Ada kondisi tertentu yang memaksa orangtua harus berbohong kepada anaknya. Misalnya, karena sesuatu yang ditanyakan anak belum cocok dipahami usianya, mencari aman,atau hanya demi si kecil berhenti menangis dan mau makan.
Dianggap, berbohong menjadi “jalan keluar” untuk melindungi anak dari masalah yang belum dapat diterima usia mereka.
Apakah benar demikian? Menurut psikolog, bolehkah orangtua berbohong kepada anak? Berikut penjelasannya
Bolehkah orangtua Berbohong kepada Anak?
Gracia Ivonika, M.Psi., Psikolog menjelaskan, jika ditanya bolehkah orangtua membohongi anaknya, sudah pasti jawabannya tidak.
Kebohongan orangtua kepada anak dapat memiliki dampak jangka panjang yang mungkin tidak Anda sadari.
“Berbohong pada anak sebaiknya dihindari karena dapat merusak kepercayaan anak pada orangtua. Apalagi pada anak-anak yang masih kecil, mereka masih membangun kepercayaan, terutama pada orangtuanya,” ucap Gracia.
Jika orangtua sering berbohong, nantinya mereka akan terbiasa untuk mencari jalan pintas dengan berbohong. Misalnya, saat anak tantrum, orangtua sengaja berbohong supaya anaknya tidak merengek lagi.
Artikel Lainnya: Kenali Ciri-Ciri Orang Berbohong Menurut Psikologi
Tanpa sadar, orangtua mempraktikkan pola berbohong, yang semakin lama anak akan belajar pola yang sama. Anak jadi punya pandangan bahwa berbohong bukanlah suatu hal yang salah.
Psikolog Gracia menambahkan, biasanya orangtua berbohong karena ada alasan yang sulit diterima anak pada saat itu.
Misalnya, konsep kematian. Mungkin saat itu Anda kesulitan untuk menjelaskan apa dan mengapa kematian terjadi.
Daripada berbohong, Gracia menyarankan, cobalah gunakan penjelasan-penjelasan yang lebih mudah dimengerti oleh anak.
“Contohnya, binatang peliharaan si kecil mati. Daripada mengatakan yang sebenarnya, orangtua malah bilang ‘oh enggak apa-apa, nanti dia (kucing) bangun lagi kok’ supaya anak tidak menangis. Anaknya jadi punya ekspektasi kalau binatangnya akan bangun lagi,” ujarnya.
“Daripada berbohong lebih baik jelaskan ‘kucingnya adek sudah tidak sakit lagi, sekarang kucingnya punya teman-teman baru. Kita doain saja dari sini supaya kucingnya bisa senang main sama teman baru-barunya’, seperti itu misalnya,” Gracia menambahkan.
Dampak Jika orangtua Berbohong kepada Anak
Menurut sebuah studi baru yang diterbitkan dalam Journal of Experimental Child Psychology, berbohong kepada anak memiliki efek yang merugikan. Salah satunya, anak-anak cenderung menjadi pembohong ketika dewasa.
Dalam penelitian ini, peneliti menanyakan 379 peserta dewasa muda apakah ayah dan ibu mereka berbohong saat masih anak-anak.
Mereka juga ditanyai seberapa sering orangtuanya berbohong. Peneliti juga menanyakan seberapa baik peserta bisa menyesuaikan diri dengan tantangan di masa dewasa.
Artikel Lainnya: Suka Berbohong? Awas Penyakit Mythomania
Hasil penelitian menunjukkan, peserta yang mengaku sering dibohongi oleh orangtuanya lebih mungkin untuk berbalik berbohong pada orangtua mereka sekarang.
Mereka juga melaporkan kalau menghadapi kesulitan yang lebih besar dalam menghadapi tantangan sosial dan psikologis.
Mereka mengalami rasa bersalah serta malu, juga menggambarkan diri mereka sebagai orang yang egois serta manipulatif.
orangtua menekankan pentingnya jujur kepada anak. Namun, di sisi lain, mereka sendiri menunjukkan ketidakjujuran dengan berbohong. Perilaku tersebut dapat mengirim pesan yang saling bertentangan di benak anak-anak.
“Pada saat anak mengerti bahwa itu merupakan kebohongan dari orangtuanya, mereka dapat menjadi bingung. Anak juga bisa menjadi tidak percaya lagi dengan perkataan orangtua. Pada akhirnya, anak dapat tumbuh sebagai pembohong,” kata Gracia.
Saran dari psikolog tersebut, lain kali jika Anda kesulitan menjelaskan suatu hal pada anak Anda cobalah beri pemahaman yang mudah dimengerti. Katakan nanti saat anak sudah dewasa, Anda akan menjelaskannya kembali.
Masih memiliki pertanyaan seputar efek orangtua berbohong kepada anak dan masalah pola asuh lainnya? Berkonsultasilah dengan psikolog anak melalui layanan Live Chat di aplikasi Klikdokter.
(HNS/AYU)