Tips Parenting

6 Bahaya Jika Sering Melarang Anak Menangis

dr. Sepriani Timurtini, 20 Des 2022

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Tanpa sadar, melarang menangis ternyata punya dampak buruk bagi kesehatan mental anak, lho. Apa saja bahaya yang dapat ditimbulkan?

6 Bahaya Jika Sering Melarang Anak Menangis

Kalimat seperti “Jangan nangis! Itu tandanya cengeng” atau “Masa begitu saja nangis, sih?” mungkin sering dilontarkan para orangtua ketika melihat anak mengekspresikan rasa sedihnya. 

Beberapa orangtua juga ada yang membiarkan tangis anak atau langsung menghentikannya dengan berbagai cara, seperti membentak. Padahal, menangis tidak selalu menandakan anak lemah atau cengeng.  

Sayangnya, masih banyak yang menganggap ekspresi kegembiraan seperti senyum dan tertawa itu adalah contoh emosi baik. Sedangkan, ekspresi seperti marah, sedih, lalu menangis adalah emosi buruk sehingga harus ditahan.

Ketika melarang anak menangis, itu sama saja membuat anak berhenti mengungkapkan kesedihan, merasa salah, dan tidak dibolehkan merasakannya.  

Mama dan Papa harus tahu, ada dampak buruk akibat melarang atau membentak anak saat menangis bagi kesehatan mental anak:

1. Merasa Orangtua Merendahkan Perasaannya

Jika orangtua kerap memarahi anak saat menangis, anak akan merasa orangtua merendahkan perasaannya dan tidak menganggap perasaan sedih ataupun marah itu tidak penting. Hal tersebut akan memicu masalah emosional di kemudian hari. 

Artikel lainnya: Tips Mengatasi Anak Menangis dan Merengek di Tempat Umum

2. Menghambat Kepercayaan Diri Anak 

Bila orangtua melarang anak menangis, anak akan merasa perasaan atau emosi yang dirasakannya tidak penting. Akibatnya, rasa percaya dirinya pun terhambat untuk berkembang. Hal ini tentu berdampak negatif, terutama saat ia berada di usia sekolah kelak. 

3. Anak Takut Meminta Bantuan 

Anak yang sering dibentak atau didiamkan secara paksa saat menangis akan cenderung takut untuk meminta bantuan kepada orang lain, bahkan termasuk orangtuanya. Tentunya ini akan merugikan dirinya sendiri saat ia dewasa.

4. Anak akan Sering Menyalahkan Diri 

Memendam emosi seperti sedih atau marah dapat berpotensi membuat anak sering menyalahkan dirinya sendiri. Ia mungkin akan merasa rasa sedih yang dialaminya itu berlebihan dan akibat dari tindakannya sendiri. 

Artikel lainnya: 12 Penyebab Bayi Menangis Terus, Tanda Masalah Kesehatan?

5. Sulit Berempati pada Orang Lain 

Jika anak tumbuh dalam lingkungan yang terus-menerus melarangnya menangis, ia mungkin saja akan tumbuh menjadi anak yang sulit memahami perasaan orang lain. Akibatnya, ia akan sulit berempati pada orang lain. 

6. Masalah Bersosialisasi 

Jika anak sudah tumbuh menjadi pribadi yang tidak mengerti perasaan orang lain, pada akhirnya ia akan sulit bersosialisasi dengan rekan sebayanya saat sekolah dan bekerja nanti. 

Lalu, bagaimana bila melihat atau menghadapi anak menangis? Cara terbaik adalah menunjukkan empati pada perasaan anak. Tunjukkan Mama dan Papa memahami apa yang ia rasakan, atau setidaknya melihat bahwa ia sedang sedih atau marah. 

Misalnya, ketika anak menangis tidak dibelikan mainan, bisa katakan, ”Kamu nangis gara-gara tadi tidak Mama belikan mainan, ya?” 

Menanyakan hal seperti itu membuat anak tahu orangtuanya memperhatikan perasaannya. Dengan demikian, orangtua bisa masuk ke dalam luapan emosi anak dan lebih mudah menjelaskan alasan kenapa tidak memberikannya mainan. 

Artikel lainnya: Cara Tepat untuk Mengatasi Anak Tantrum

Memberikan pengertian memang tidak bisa sekali atau dua kali dilakukan. Kemungkinan butuh berulang kali agar anak mengerti. Inilah tugas orangtua untuk tak henti mencari cara menjelaskan atau bahkan memahami emosi anak lebih baik. 

Kemudian, tawarkan anak untuk menenangkan dirinya, misalnya dengan memeluk, mengelus, atau tetap berada di dekatnya. Mama dan Papa juga bisa bantu anak untuk mencari jalan keluar dari masalah yang ia rasakan.  

Untuk tahu tips parenting lainnya, download aplikasi KlikDokter. Orangtua juga bisa konsultasi ke psikolog lebih cepat dan mudah!

(FR/JKT)

pola asuh