Agresif, apa yang ia inginkan harus segera dituruti, sulit ditenangkan, enggan menuruti arahan dan tidak disiplin adalah beberapa hal yang sering kali dilontarkan orangtua ketika ditanya tentang masalah dalam pengasuhan anak —khususnya balita. Jika Anda memiliki masalah yang sama, berarti Anda tidak sendiri. Faktanya hal tersebut sangat wajar terjadi dan merupakan salah satu tahapan perkembangan anak.
Sebelum melangkah pada pola penerapan disiplin, perlu diingat bahwa disiplin adalah suatu proses pengajaran, bukan hukuman dan tidak bisa terbentuk dalam waktu singkat. Jadi kuncinya adalah: sabar dan konsistensi. Dua hal ini yang harus Anda tanamkan dalam diri Anda sebagai orangtua, sosok guru utama sang anak.
Artikel Lainnya : Tips untuk Membuat Anak Disiplin
Time- out: Waktu Untuk Anak, Ruang Bagi Orangtua
Beberapa orangtua menerapkan time-out sebagai salah satu cara menerapkan disiplin untuk anak. Time-out dilakukan dengan menepatkan sang anak di tempat tertentu dan jauh dari orang lainnya saat ia sedang dalam kondisi emosi dan sulit ditenangkan. Pada anak yang lebih besar, metode ini dinilai cukup efektif. Akan tetapi, anak di bawah usia 3 tahun cenderung sulit menerima konsep ini. Beberapa anak justru malah merasa terasing dan ‘disingkirkan’.
Untuk menghindari salah tafsir tersebut, Anda dapat mengangkat sang anak lalu menempatkannya bersama Anda di area tertentu, baik di dalam maupun luar rumah. Yang penting, situasinya harus tenang hingga emosi anak dapat mereda dengan sendirinya.
Metode time-out ini tidak hanya berlaku untuk anak, namun juga orangtua. Terkadang orangtua sulit untuk mengendalikan emosi ketika menghadapi tingkah laku anak. Ingat, apa pun yang terjadi, memukul bukanlah jalan keluar untuk membuat anak lebih disiplin. Bila Anda merasa sudah tidak bisa mengendalikan emosi, tarik diri Anda sejenak dari situasi ini. Masuk dalam ruangan selama beberapa menit hingga Anda cukup tenang, namun pastikan anak Anda aman di luar sana.
Kenalkan Anak Konsekuensi
Mungkin anak Anda terlalu kecil untuk memahami bahwa menonton televisi terlalu lama dapat mengganggu kesehatan mata, atau mengurangi waktunya untuk beraktivitas fisik. Bahkan, anak di bawah usia 5 tahun masih terlalu sulit memahami bahwa ketika memukul, ia menyakiti seseorang. Lalu, apa yang harus Anda lakukan?
Anda bisa mulai memperkenalkan konsep apa yang baik dan tidak baik dilakukan, dengan membuat konsekuensi menggunakan pendekatan sesuai dengan minat dan kegemarannya. Sebagai contoh, Anda bisa mengatakan ‘Kalau kamu menonton tivi lebih dari 30 menit, kamu tidak boleh main mobil-mobilan bersama kakak’, dan berlakukan konsekuensi tersebut dengan konsisten.
Kembali lagi, kunci pengajaran ini adalah kesabaran dan konsistensi. Bila dalam prosesnya Anda melibatkan emosi, anak akan mencontohnya kemudian menerapkannya ketika ia menghadapi masalah. Jadi, jagalah pikiran Anda tetap dingin dan atur napas. Percayalah, pengajaran baik yang Anda lakukan hari ini akan membuahkan hasil ketika anak Anda beranjak dewasa.
[RS/RH]