Rumah berantakan bisa jadi merupakan pemandangan sehari-hari bagi Anda yang memiliki anak, khususnya yang berusia balita. Mulai dari mengacak gulungan tisu toilet, mainan, mencorat-coret tembok, dan banyak lagi.
Tak dimungkiri, hal tersebut membuat para orang tua menjadi senewen. Namun, orang tua sebaiknya jangan buru-buru emosi. Pasalnya, perilaku si kecil tersebut dapat dikatakan wajar dan termasuk dalam bagian perkembangannya.
Rumah berantakan karena anak bisa jadi pertanda bahwa ia memiliki rasa ingin tahu yang besar. Dalam kegiatan yang tampak seperti mengacak-acak ini, sesungguhnya anak sedang dalam proses belajar.
Meski demikian, bukan berarti Anda sebagai orang tua tak dapat berbuat apa pun. Anda tetap bisa mengatur siasat agar rumah berantakan karena anak dapat dicegah tanpa menghambat proses belajar si kecil.
Berikut adalah beberapa kiat yang dapat Anda coba untuk menyiasati rumah berantakan karena anak yang sedang belajar:
1. Batasi Jumlah Mainan yang Terpampang
Jumlah mainan yang terlalu banyak dapat membuat rumah makin terlihat berantakan, terutama ketika si kecil memainkan semuanya dalam waktu bersamaan.
Oleh karena itu, batasi jumlah mainan yang terpampang dalam satu waktu. Pilihlah lemari dengan rak terbuka dan letakkan mainan dalam jumlah tertentu.
Sebagai panduan sederhana, untuk anak usia balita, sekitar 12-20 jenis mainan sudah lebih dari cukup. Sementara untuk anak yang lebih kecil lagi, cukup sediakan 8-10 jenis mainan.
Bila Anda memiliki mainan lebih dari jumlah tersebut, lakukan rotasi secara berkala.
Misalnya, pilih beberapa mainan untuk diletakkan di rak mainan dalam bulan ini; kemudian bulan berikutnya rotasikan dengan mainan yang lain.
Mainan yang lebih sedikit terbukti akan mengasah kreativitas anak. Selain itu, merapikan 5 jenis mainan tentu lebih mudah daripada membereskan 25 mainan sekaligus.
Artikel Lainnya: Dua Bulan Lebih Belajar di Rumah, Apakah Anak Jadi Sulit Bersosialisasi?
2. Tetapkan Aturan Bermain
Anda perlu menetapkan beberapa aturan dasar bermain bersama anak. Tentukan satu ruang atau area untuk bermain, dan letakkan rak mainan pada area tersebut.
Sampaikan pada anak bahwa mainan hanya boleh dimainkan secara bebas di area tersebut saja.
Ajarkan pula anak untuk membereskan mainan setelah digunakan dan sebelum melanjutkan kegiatan yang lain.
Hal ini dapat dilakukan dengan bantuan lagu atau permainan tertentu, agar kegiatan membereskan terasa lebih seru.
3. Beri Label pada Wadah Mainan
Pisahkan mainan berdasarkan kategorinya. Beberapa kategori umum adalah blok, puzzle, mainan bongkar pasang, mainan masak-masakan atau dokter-dokteran (dan mainan pretend play lainnya).
Siapkan wadah untuk masing-masing kategori tersebut. Tempelkan pula label pada wadahnya.
Anda dapat membuat label berupa gambar dan tulisan. Hal ini akan memudahkan anak saat ia membereskannya sendiri dan mendorong kemandirian serta rasa tanggung jawabnya.
Artikel Lainnya: Cara Mendidik Anak Sejak Dini di Rumah Sendiri
4. Buat Laci Khusus di Dapur
Adalah wajar jika anak suka mengeksplor dan mengacak laci terbawah di dapur saat ibu memasak.
Hal ini dapat disiasati dengan mendedikasikan laci terbawah untuk barang-barang rumah tangga yang memang aman untuk anak, seperti centong plastik, spatula kayu, alat masak ukuran kecil, lap, dan sebagainya.
Dengan demikian, si kecil akan tetap sibuk di dapur dengan alat-alat tersebut sambil melatih kemampuan motorik halus dan keterampilan hidup dasar.
5. Siapkan Area Melukis
Tembok yang dicorat-coret menjadi ketakutan tersendiri bagi para orang tua yang memiliki anak balita.
Satu sisi, Anda tentu tak ingin menghambat kreativitas dan daya imajinasi sang Picaso cilik. Namun di sisi lain, keindahan estetik rumah pun adalah hal yang wajib dipelihara.
Sebagai jalan tengahnya, Anda dapat mengkhususkan sebuah area di tembok rumah. Tempel karton putih yang cukup lebar dan sesuai dengan tinggi anak, lalu biarkan bagian tembok tersebut menjadi papan karya si kecil.
Tekankan pada anak bahwa ia boleh melukis di tembok, tetapi hanya di area tersebut saja.
Bila sudah tampak penuh dengan hasil lukisan si kecil, Anda dapat menggantinya dengan karton yang baru.
Alih-alih membuang karton yang lama, Anda dapat memotong beberapa bagian di dalamnya, membingkai, atau menyimpannya untuk kemudian dilihat kembali saat anak sudah lebih besar.
Alternatifnya adalah, Anda dapat menggunakan media menggambar lainnya; seperti kapur. Pilihlah kapur khusus anak untuk menghindari debu yang berlebihan.
Artikel Lainnya: Usia Berapa Anak Dapat Ditinggal Sendirian di Rumah?
Itulah cara mengatur anak yang suka bikin rumah berantakan. Satu hal yang perlu dipahami, anak yang senang mengacak-acak bukan berarti mereka nakal atau iseng.
Justru, hal tersebut menandakan bahwa anak ingin mengeksplor lingkungan di sekitarnya.
Bagian orang tua adalah memiliki taktik dan strategi jitu agar hasrat si kecil bereksplorasi dapat tersalurkan tanpa membuat Anda pusing tujuh keliling saat melihat rumah berantakan.
Terapkan beberapa kiat di atas dan nikmati waktu bersama anak dengan gembira selama di rumah.
Sudah menerapkan cara mengatur anak, namun masih menemukan banyak kendala?
Tak perlu ragu untuk minta saran lebih lanjut dari dokter melalui LiveChat 24 jam atau dengan mengunduh aplikasi Klikdokter.
(NB/AYU)