Kecerdasan anak terdiri dari beberapa aspek, yaitu kecerdasan intelektual, spiritual, kreativitas, dan yang tidak kalah pentingnya adalah kecerdasan emosional. Mengapa? Kepribadian seseorang terbentuk dalam proses yang panjang dan dimulai dari bayi. Oleh karena itu, mengembangkan kecerdasan emosional anak merupakan hal yang sangat penting untuk membentuk kepribadian anak yang baik setelah dewasa. Dengan kepribadian yang baik, maka anak akan memiliki etika yang baik pula di kemudian hari.
Pengembangan kecerdasan emosional anak berawal dari rumah, yakni dari pola asuh orang tua. Ada empat jenis pola asuh orangtua, di antaranya:
- Authoritative yaitu pola asuh yang hangat namun tegas. Orangtua mendorong anaknya menjadi mandiri dan memiliki kebebasan, namun tetap memberi batas dan kontrol pada anaknya.
- Authoritarian yaitu pola asuh yang menuntut kepatuhan yang tinggi dari anak-anak. Orangtua lebih banyak menggunakan hukuman, batasan, kediktatoran, dan kaku.
- Neglectful yaitu pola asuh di mana orangtua hanya menunjukkan sedikit komitmen dalam mengasuh anak, yang berarti mereka hanya memiliki sedikit waktu dan perhatian untuk anaknya.
- Indulgent yaitu pola asuh yang cenderung menerima, lunak, dan lebih pasif dalam kedisiplinan. Orangtua mengumbar cinta kasih, tidak menuntut, dan memberi kebebasan tinggi pada anak untuk bertindak sesuai keinginannya.
Dari keempat pola asuh tersebut, pola asuh yang terbaik untuk membentuk kecerdasan emosional anak adalah pola asuh yang pertama yaitu authoritative. Karena jenis pola asuh ini memberikan keseimbangan antara perhatian, pengertian, cinta kasih, dan kehangatan dengan ketegasan serta kedisplinan. Jika anak melakukan suatu hal yang positif, berikan pujian atau hadiah kecil. Sebaliknya jika anak melakukan kesalahan, berikan hukuman yang sewajarnya. Berikan juga pengertian kepada anak mengapa hal tersebut penting diterapkan dalam keluarga.
Selain itu, untuk mengembangkan kecerdasan emosional anak, ada beberapa hal yang harus dibiasakan oleh orang tua yaitu:
- Memahami sudut pandang anak. Anak bukanlah orang dewasa. Orangtua perlu memahami bahwa pola pikir dan sudut pandang seorang anak akan berbeda dengan orangtua. Dengan memahami sudut pandang anak, Anda akan lebih mudah untuk memberikan pengertian kepada anak, mengapa dia perlu atau tidak boleh melakukan suatu hal.
- Berikan contoh yang baik. Seorang anak akan mengikuti perilaku orangtuanya. Oleh karena itu, untuk mengembangkan kecerdasan emosional anak, tentunya Anda juga harus memiliki kecerdasan emosional yang baik pula. Tunjukkan perilaku yang positif dan penuh tanggung jawab, baik di rumah maupun di luar rumah.
- Biarkan anak berekspresi dan dengarkan pendapatnya. Banyak orangtua yang tidak pernah mengganggap pendapat anak merupakan hal yang penting didengarkan. Hal ini merupakan suatu kesalahan besar. Untuk membentuk anak dengan kecerdasan emosional yang baik, orangtua harus menjadi ‘telinga’ untuk mendengarkan pendapat anak ataupun curahan hatinya. Pertimbangkan keinginan anak, jika menurut Anda memang sesuai maka ikuti; namun jika tidak sesuai, berikan pengertian yang baik kepada anak.
- Ajarkan cara pemecahan masalah. Hal ini sangat penting agar anak terbiasa untuk memecahkan masalahnya sendiri, sehingga nantinya terbentuk suatu kemandirian. Ajarkan kepada anak untuk tidak hanya dapat melakukan komplain terhadap suatu hal, namun ia harus memikirkan juga solusi untuk memecahkan masalah tersebut.
Dengan menerapkan hal-hal di atas, orangtua akan mampu membentuk seorang anak dengan kecerdasan emosional yang baik sehingga memiliki kepribadian dan etika yang baik pula di masa mendatang. Hal ini sangat penting karena sudah terbukti bahwa seseorang yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi lebih disenangi dan lebih mudah mendapatkan posisi strategis, baik dalam masyarakat maupun dalam pekerjaan nantinya.