Suasana belajar online memang berbeda dengan belajar langsung di sekolah. Perbedaan cara ajar, tidak bertemu teman, tak jajan di kantin, susah sinyal, sulit menangkap pelajaran, semuanya bisa membuat anak kurang antusias dengan school from home.
Meski ada wacana bahwa sekolah tatap muka akan diberlangsungkan beberapa bulan lagi, hal itu tidak lantas membuat orangtua tenang.
Di satu sisi, ortu khawatir dengan penularan virus corona. Sisi lainnya, mereka kasihan melihat anak yang cenderung tak mood belajar online.
Karena tak mau kesehatan mental anak selama pandemi terganggu, ada beberapa pertanyaan yang bisa Anda lontarkan untuk mengecek kondisi psikologis mereka sejauh ini.
Gracia Ivonika, M. Psi. Psikolog mengingatkan, meski bisa diajukan kepada anak dengan usia variatif, perlu diingat dulu bahwa pertanyaan di bawah ini tidak bisa langsung mengidentifikasi masalah mental anak.
Artikel Lainnya: Orang Tua Sering Mengkritik, Anak Bisa Terkena Gangguan Mental
Identifikasi dan diagnosis hanya bisa dilakukan oleh tenaga profesional, seperti psikolog dan psikiater. Daftar pertanyaan di bawah ini berfungsi untuk memberi gambaran saja.
1. Bagaimana Sekolah Hari Ini?
Pertanyaan yang pertama ini memang harus ditanyakan orangtua kepada anak ketika selesai sekolah (tatap muka ataupun online).
Dari respons anak, orang dewasa bisa mencoba mengenali apa yang sedang terjadi. Anak yang happy biasanya akan menceritakan banyak hal ketika dipancing pertanyaan.
Anak yang merasa biasa saja cenderung menceritakan satu topik. Sementara, pada anak yang bermasalah, umumnya mereka malas menceritakan apa yang sudah dialami selama belajar tadi. Mereka biasanya akan menghindar atau menjawabnya singkat.
2. Apa Kamu Kangen dengan Teman-teman?
Pertanyaan yang kedua ini mungkin terdengar sepele. Namun, Anda sebaiknya tidak meremehkan rasa rindu dan kesepian yang dirasakan oleh anak-anak.
Banyak siswa yang punya motivasi tinggi pergi ke sekolah untuk bertemu dengan teman-teman agar mood menjadi baik. J
ika vitamin-nya mendadak hilang, ada kemungkinan semangat untuk belajarnya juga berkurang.
Pada anak yang benar-benar sensitif, pertanyaan ini bisa memancing anak untuk mencurahkan isi hatinya. Jangan anggap berlebihan jika ia bercerita sambil menangis.
Artikel Lainnya: Anak dengan Gangguan Mental, Apa yang Orang Tua Perlu Lakukan?
3. Bagaimana Hubungan Kamu dengan Teman-teman?
Psikolog Gracia juga menyarankan Anda untuk mencari tahu bagaimana hubungan anak dengan teman-temannya.
Meskipun rindu, kadang anak tidak bisa meluapkan perasaan tersebut karena malu dan bingung.
Bisa juga selama pandemi ini banyak temannya yang menolak untuk diajak bertemu karena tak diperbolehkan orangtuanya. Hal itu bisa membuatnya sedih dan pertemanan pun merenggang.
4. Apakah Kamu Lebih Lelah Belajar Online?
Orang kerap menganggap bahwa segala sesuatu yang dilakukan di rumah tidak ada rasa capeknya sama sekali. Padahal, belum tentu begitu.
Duduk dalam waktu lama, menatap layar komputer, dan tidak bisa berinteraksi secara langsung juga akan melelahkan dan mengganggu kesehatan mental anak.
Belum lagi jika ada topik atau bagian pelajaran yang belum terlalu dipahaminya, kesalahpahaman tersebut akan membuat dirinya kesal dan menambah rasa lelah.
Jika anak mengaku capek, sebaiknya ortu tidak memarahinya, apalagi sampai menyebutnya malas. Sama seperti work from home, kondisi tersebut juga membuat orang dewasa lelah dan penat, bukan?
Artikel lainnya: Dampak Buruk Co-Parenting Pada Kondisi Mental Anak
5. Apakah Kamu Bosan Belajar di Tempat yang Sama?
Bukankah selama ini mereka belajar di kelas dan sekolah yang sama? Kenapa pertanyaan seperti ini perlu diajukan saat berdiskusi?
Ya, benar adanya bahwa tempat belajar mereka di luar sama-sama saja. Namun, momen yang terjadi di ruang kelas bersifat dinamis. Ada banyak hal yang bisa ia jumpai dan saksikan, meski di tempat yang sama.
Sementara di rumah, dia akan terjebak di tempat yang sama dengan momen atau rutinitas yang itu-itu saja.
Ditambah dengan banyaknya distraksi dari orang rumah, tentu hal tersebut tidak kondusif dan membuat anak bosan.
Jawaban “iya” dari anak bisa menjadi inspirasi Anda untuk mendekorasi atau mengubah interior rumah.
Bila keadaan memungkinkan dan kebetulan ada space, Anda bisa menambahkan tanaman hias dan kolam air mancur kecil dengan ikan.
Tinggal letakkan meja dan kursi yang pas, spot tersebut bisa menjadi lokasi belajar anak.
6. Apa Perubahan yang Paling Besar Kamu Rasakan selama Belajar Online Ini?
Jika ingin mendalami perasaan anak, orangtua juga bisa mengajukan pertanyaan yang satu ini.
Pertanyaan seputar perubahan-perubahan yang dirasakan akan membantu anak dalam mengidentifikasi kesulitan (hal negatif) dan manfaat (hal positif) selama pandemi ini. Dari sinilah mereka juga akan belajar untuk mencari solusinya.
Artikel lainnya: Cara Orang Tua Tahan Emosi Saat Dampingi Anak Sekolah Online
7. Adakah yang Bisa Ayah/Ibu Bantu?
Karena pengalaman anak belum sebanyak orangtua, mereka biasanya masih bingung memutuskan mana solusi terbaik untuk mengatasi kesulitannya. Sebagai orangtua, Anda bisa menawarkan sejumlah bantuan.
“Hindari hanya menggali informasi atau keluhan, cobalah untuk membantunya dalam memberikan solusi,” saran Gracia.
“Jika anak membagikan pengalaman positif selama belajar online, ayah dan ibu harus mengapresiasinya agar mereka tetap semangat. Validasi perasaan anak itu sangat penting,” tambahnya.
Menurut psikolog Gracia, terkadang bukan metode belajar online itu yang mengganggu kondisi mental anak.
Bisa jadi terganggunya psikis anak karena hal yang lebih personal lagi, termasuk kondisi rumah dan keluarga. Itu sebabnya, Anda bisa memberikan pertanyaan terbuka seputar hal tersebut.
Bila membutuhkan bantuan psikolog untuk menangani masalah kesehatan mental anak selama pandemi, manfaatkan konsultasi online LiveChat di aplikasi Klikdokter.
(HNS/AYU)