Sepertinya hampir tidak ada orang yang tenang-tenang saja di masa pandemi seperti sekarang ini. Semuanya penuh ketidakpastian, bila tak bisa beradaptasi maka efek buruknya bisa terjadi.
Apalagi sebagai orang tua, Anda harus bekerja tetapi juga tetap harus merawat buah hati di rumah.
Lahir dan bertumbuh di masa sekarang juga tidaklah mudah. Saking fokusnya pada daya tahan tubuh, stimulasi tumbuh kembang termasuk perkembangan otak dan kognitif jadi dilupakan. Padahal, ini sangat penting untuk anak-anak agar mereka bisa berkembang menjadi generasi unggul di masa mendatang.
Hal itulah yang coba diangkat dalam tiga sesi Popmama Parenting Academy 2020 yang disponsori oleh Cerebrofort.
Stimulasi untuk Anak yang Siap Hadapi Masa Depan
Ini merupakan tema yang diusung dalam sesi pertama Popmama Parenting Academy 2020 dengan Cerebrofort (29/9).
Dalam obrolan edukasi menarik secara virtual tersebut, hadir pula dua narasumber tepercaya yaitu dr. Reza Fahlevi, Sp.A. dari Klikdokter dan Neha Vaswani selaku Co-founder Happy Teepee Art & Mindfulness Atelier.
Masa depan dan kondisi ketidakpastian sempat disorot oleh Neha. Menurutnya, pendidikan yang diberikan kepada anak tak melulu mesti tentang akademik, karena life skill pun perlu diberikan.
Dengan banyak mengeksplorasi hal baru dan bermain, anak-anak jadi punya kesiapan untuk beradaptasi lebih cepat dan lebih baik.
“Karakter futuready tidak perlu berprestasi di sekolah. Anak-anak sebaiknya harus kreatif dan mampu beradaptasi, menciptakan sesuatu yang original, dan memiliki multiple intelligence. Ketika rapor anak jelek, bukan berarti dia bodoh. Orang tua harus lihat kecerdasannya di bidang lain. Potensi lebih dari sekadar itu,” jelas Neha.
Tentunya karakter futuready dan tumbuh kembang yang optimal berkaitan langsung dengan otak anak.
Artikel Lainnya: 5 Nutrisi Penting bagi Kesehatan Anak
Dokter Reza menjelaskan, apabila dalam 1.000 hari pertama seorang anak mendapatkan stimulasi dan nutrisi lengkap dan seimbang, maka cabang-cabang dari otak dan perkembangannya menjadi lebih kompleks dan optimal.
Dokter Reza mengatakan, “Apa, sih, nutrisi yang lengkap itu? Tentunya ada makronutrien dan mikronutrien, nutrisi itu penting sekali. Makro contohnya karbohidrat, protein, dan seterusnya. Sedangkan mikronutrien seperti zat besi, vitamin A, dan lain-lain.”
Apabila kondisi anak memang memerlukan multivitamin tambahan untuk memenuhi kebutuhan mikronutriennya, bisa saja diberikan. Intinya, tergantung kebutuhan setiap anak.
Kombinasi antara stimulasi, nutrisi lengkap seimbang, dan multivitamin dapat membantu ayah dan bunda membesarkan anak yang futuready!
Artikel Lainnya: Sudahkah Anak Anda Mendapatkan Nutrisi yang Cukup?
Persiapan Anak Unggul di Masa Emas Tumbuh Kembang
Hal menarik selanjutnya dilanjutkan dalam Kulwap (Kuliah WhatsApp) yang diselenggarakan Kamis lalu (1/10) bersama dokter spesialis anak, dr. Margareta Komalasari, Sp. A.
Dokter yang berpraktik di RS Brawijaya Hospital, Jakarta Selatan itu mengatakan, proses unik dari faktor genetik, lingkungan, perilaku, dan stimulasi akan membentuk karakter serta mengoptimalkan tumbuh kembang si kecil.
Sama seperti yang dikatakan dr. Reza, itu semua berkaitan dengan otak anak. Ketika semuanya terpenuhi, cabang dari sel-sel otak akan kompleks dan baik untuk proses belajarnya. Lantas, bagaimana cara mewujudkannya?
“Jawabannya adalah nutrisi dan pola asuh yang baik. Nutrisi yang diberikan bisa berupa ASI, MPASI, dan bicara soal makanan, harus ada protein, karbohidrat, vitamin, lemak, dan lain sebagainya,” jelas dr. Margareta.
Ia menjelaskan, DHA dan AA merupakan komponen penting bagi semua membran sel tubuh, terutama untuk pertumbuhan otak dan retina mata anak yang sedang berkembang.
“Untuk pola asuh, terdiri dari kasih sayang dan stimulasi, terutama bermain. Ketika dua hal ini dipenuhi, si kecil bisa tumbuh menjadi anak yang unggul,” lanjutnya.
Artikel Lainnya: Nutrisi Penting agar Anak Tak Alami Stunting
Soal nutrisi, terutama mikronutrien yang diperlukan dalam pertumbuhan otak sekaligus meningkatkan fungsinya, adalah AA dan DHA. Asam folat pun ternyata tak boleh ketinggalan!
Nah, apabila Anda dihadapkan pada kondisi anak yang memiliki kondisi khusus sehingga mikronutriennya tak bisa terpenuhi, suplemen atau multivitamin tambahan bisa berperan. Kendati begitu, produk suplemen yang dipilih pun tidak boleh sembarangan.
Orang tua bisa juga perlu memperhatikan kandungan penting dari suplemen yang hendak diberikan agar sesuai dengan kebutuhan si kecil, selain memperhatikan faktor manufaktur yang tepercaya.
Cerebrofort adalah produk multivitamin dari Kalbe Consumer Health, tetap konsisten sejak 1972 dengan komitennya dalam menghadirkan suplemen anak berkualitas dan tepercaya.
Cerebrofort Gold Syrup hadir dalam 2 rasa yaitu Orange dan Strawberry dengan kandungan nutrisi esensial seperti DHA, EPA, AA, L-glutamic acid, folic acid, lysine, serta vitamin A, B, C, dan D.
Produk ini dapat menjadi pilihan tepat sebagai suplemen untuk tumbuh kembang anak, membantu metabolisme, serta memelihara kesehatan.
Cerebrofort Gold Syrup bisa dikonsumsi anak usia 1-12 tahun. Suplemen ini juga dapat dicampur dengan susu, sari buah, atau makanan lainnya.
Selain itu, Cerebrofort juga tersedia dalam format gummy, yaitu Cerebrofort Marine Gummy yang memiliki kandungan DHA dan EPA, memiliki dalam 5 varian rasa buah yang enak (Mango, Strawberry, Orange, Grape, Mixed Fruit). Cerebrofort Marine Gummy cocok untuk anak usia 4 tahun ke atas dan telah memiliki kemampuan mengunyah yang baik.
Dalam mengonsumsinya, disarankan untuk mengikuti dosis yang tercantum pada kemasan atau berdasarkan rekomendasi dokter.
Stimulasi yang diberikan, baik dari nutrisi maupun pola asuh, harus pas. Tidak boleh sampai overstimulasi alias pemberian berlebihan yang tidak sesuai usianya.
Artikel Lainnya: Penting! Kebutuhan Nutrisi Anak Sesuai Tingkatan Usia
Tips Mencetak Anak Berprestasi dan Visioner!
Sampailah di sesi ketiga Popmama Parenting Academy 2020 bersama Cerebrofort (1/10). Sesi ngobrol virtual via YouTube yang satu ini dihadiri dua narasumber, yaitu Saskhya Aulia Prima, M.Psi., Psikolog dan dr. Attila Dewanti, Sp.A.(K).
Orang tua kerap kali tidak menyadari, anak yang berprestasi dan anak visioner itu berbeda. Namun, kedua goals ini dapat dicapai dengan stimulasi yang sama.
“Anak visioner merupakan anak yang punya gambaran masa depan dan punya partisipasi, apalagi di tengah ketidakstabilan,” terang Psikolog Saskhya.
Dirinya menambahkan, “Selain itu, anak visioner punya adaptasi yang tinggi, kemampuan belajar yang tinggi, serta mandiri dalam berperilaku, berpikir, dan beremosi. Intinya, dia tahu apa yang mau dia lakukan.”
“Lalu bagaimana dengan anak berprestasi? Sekali lagi, tak melulu soal akademik. Anak berprestasi memiliki motivasi internal (motivasi yang memang datang dari dirinya sendiri) serta bisa survive di segala kondisi.”
Kedua hal tersebut bisa didapatkan dengan stimulasi, khususnya yang datang dari rumah.
Artikel Lainnya: Gizi yang Cukup Bisa Tingkatkan Kemampuan Komunikasi Anak?
“Orang tua wajib menciptakan dan memberikan rasa aman dan nyaman. Jika tidak, bagaimana dia mau percaya diri untuk melakukan hal-hal positif kan? Pahami perasaannya lalu variasikan juga stimulasinya. Mencoba banyak hal saat kecil itu baik,” kata Saskhya.
Ternyata, minat dan bakat seseorang baru bisa stabil saat usianya mencapai 15 tahun. Jika sedari kecil ia sudah mencoba banyak pilihan, maka ketika remaja ia sudah bisa memilih mana yang terbaik dan paling disukai.
Untuk menyokong stimulasi demi menghasilkan anak visioner dan berprestasi, tentu dibutuhkan pula nutrisi. Dokter Attila berpendapat, nutrisi optimal adalah salah satu pilar penting!
Ketika menu seimbang diberikan kepada buah hati, otak bisa berkembang maksimal. Ini penting karena otak merupakan pusat dari pertumbuhan seorang anak.
“Sayangnya, pasti ada kondisi yang membuat si kecil lagi tidak doyan makan, misalnya lagi sakit dan lain sebagainya. Supaya kebutuhan mikronutriennya terpenuhi, bisa pakai suplemen tambahan,” sarannya.
Ibu memang sebaiknya menyiapkan dulu makanan utama untuk si kecil. Misalnya, olahan bayam, brokoli, seafood, alpukat, susu, dan semacamnya.
Sebab, sumber gizi secara alami semuanya ada di situ. Saat sedang tak nafsu makan, sakit, atau kelelahan, barulah suplemen bisa ditambahkan jadi asupan.
“Yang perlu diingat juga oleh orang tua, semuanya tidak boleh dipaksakan, khususnya stimulasi. Anak harus didukung, lalu jangan lupa istirahat dan berikan makanan bernutrisi,” dr. Attila menutup perbincangan kala itu.
Mencetak generasi unggul dan visioner tidaklah instan. Hal tersebut harus dipupuk sejak dini.
Berikan stimulasi yang pas, jaga faktor lingkungan sekitarnya, dan cukupi kebutuhan nutrisinya. Niscaya Indonesia akan memiliki anak-anak sehat dan inovatif, sekali pun dihadapkan oleh ketidakstabilan di masa depan.
Konsultasikan seputar gizi anak lebih mudah dengan dokter lewat Tanya Dokter dari Klikdokter.
(FR/AYU)