Bagi orang tua, menyaksikan tumbuh kembang anak memang membahagiakan, apalagi jika ia sudah lancar bicara. Sayangnya, ada satu hal yang kadang bikin kesal dan bingung ketika si anak mulai lancar bicara, yaitu ia jadi sering bertanya.
Pertanyaan kenapa begini atau kenapa begitu pun tak cuma dilontarkan sekali dua kali. Pokoknya setiap ada hal baru, anak jadi sering bertanya kenapa.
Untuk hal lama atau yang sebelumnya juga sudah pernah dijelaskan, si bocah mungil itu masih tetap bertanya. Kalau sudah begini, kesabaran pun mulai diuji. Apalagi jika Anda berdua termasuk orang tua yang sibuk dengan pekerjaan segunung.
Alasan Di Balik Anak Sering Bertanya “Kenapa?”
Fase perkembangan sering bertanya ini biasanya dimulai ketika anak berusia 2-3 tahun dan berlanjut hingga usia 4-5 tahun.
Menanyakan “kenapa” adalah tanda keingintahuan dan keinginan untuk memahami dunia di sekitar mereka, yang mungkin tampak besar dan menakutkan bagi balita.
Pemahaman ini pada dasarnya membantu meningkatkan keamanan dan kepercayaan diri anak. Jadi, pertanyaan "kenapa" ini sangat penting buat mereka dan memang umum terjadi pada balita.
Hal itu pun dibenarkan oleh Ikhsan Bella Persada, M.Psi., Psikolog. “Ya, anak jadi banyak tanya-tanya ‘kenapa’ karena memang begitulah tahap perkembangan mereka. Mereka lagi mengembangkan aspek kognitifnya, sehingga mereka bisa lebih memahami kenapa sesuatu bisa terjadi,” jelasnya.
Ikhsan menambahkan, “Orang tua sebaiknya jangan kesal atau lelah. Ini tanda bahwa anak Anda sedang mengembangkan kemampuan berpikir logisnya. Wajar sekali kalau anak sering bertanya kenapa. Justru orang tua harus senang ketika anak banyak bertanya.”
Penting untuk ada orang dewasa di sekitar anak guna menjaga dan menjawab pertanyaan si kecil. Memang, di momen tersebut ada unsur mencari perhatian.
Namun, dengan adanya komunikasi dua arah, ini bisa menjadi pertukaran makna yang luar biasa bagi komunikator pemula seperti buah hati Anda.
Artikel Lainnya: Anak Suka Membantah, Ini Cara Bunda Menghadapinya
Cara Menghadapi Anak yang Bertanya Kenapa
Buat orang tua yang kadang kewalahan dengan pertanyaan anak soal kenapa, kenapa, dan kenapa, Psikolog Ikhsan punya tips ampuh untuk menjawabnya.
Tips berikut bisa dilakukan ortu agar komunikasi dengan buah hati tetap terbangun tanpa harus menarik napas panjang, dan anak pun bisa mendapatkan haknya dalam bentuk penjelasan.
- Ubah dulu pola pikir tentang repotnya menjawab pertanyaan anak. Ingatlah bahwa dulu Anda pernah berada di posisi mereka. Pahami bahwa semua pertanyaan ‘kenapa’ itu memang proses perkembangan dari seseorang.
- Tetap jawab pertanyaan sebisa Anda. “Kalau anak banyak tanya, kita sebagai orang tua jawab saja apa pun yang ia tanyakan. Kalau Anda memang tidak tahu jawabannya, jawab jujur saja, ‘Wah, kenapa ya? Mama juga tidak tahu, tapi mama coba cari jawabannya, ya’. Intinya jangan dicuekin, kasihan,” sarannya.
- Ajak anak eksplorasi langsung. “Misalkan, anak bertanya, ‘Kenapa lantai ini tidak boleh kotor dan harus bersih dari sampah? Kenapa aku nggak boleh buang sampah di sini?’ Nah, Anda bisa kasih contoh langsung.
Coba praktikkan kalau ada sampah di situ dan dekatkan sedikit sampah tersebut ke anak. Ketika anak jijik dan tidak suka, Anda bisa kasih penjelasan. ‘Karena kalau kotor begini tidak enak, kan, dek? Makanya kita tidak boleh buang di sini, harus di tempat sampah.’ Dengan begitu, anak bisa mengerti.” jelas Ikhsan.
- Hindari menunjukkan ekspresi marah, mengeluh, dan penolakan, karena nanti anak bisa kecewa dan justru enggan untuk berpikir kritis ke depannya.
- Ajak anak ke tempat-tempat edukasi, misalnya museum atau perpustakaan agar anak bisa eksplorasi lebih banyak.
Tetapi di masa pandemi seperti sekarang, Anda bisa membelikannya ensiklopedia saja atau menjelajahi museum secara virtual.
Biarkan juga anak mengakses video-video edukasi yang menyenangkan di YouTube, tetap pakai batasan waktu.
Artikel Lainnya: Atasi Gagap Bicara pada Anak dengan Permainan Ini
- Coba kembalikan pertanyaan kenapa tersebut ke anak Anda. Anak-anak yang penasaran dan sering bertanya kenapa, mungkin juga dapat memberikan jawaban.
Misalkan, dia bertanya soal kenapa langit warnanya biru. Anda bisa tanya “Kalau menurut adek, kenapa langit itu warnanya biru? Bisa ceritain ke mama”.
Jika dia menjawab dengan hal-hal lucu misalnya ada monster kapas biru di langit dan lain sebagainya, dengarkan saja, tidak perlu dibantah. Jangan lupa untuk berikan respons ketika dia bercerita dengan semangat.
- Beri penjelasan yang sederhana dan mudah dipahami, apalagi jika hal yang ditanyakan adalah topik dewasa. Jawab beberapa pertanyaannya, lalu saat sampai di batas yang terlalu sensitif dan sulit, alihkan dengan hal lain yang lebih menarik. Misalnya, ajak anak bermain atau masak bersama. Umumnya, anak akan mudah terdistraksi.
- Anda bisa mengajarkan anak untuk mengganti kalimat pertanyaan kenapa begini atau kenapa begitu.
Contoh, daripada selalu menanyakan dengan kalimat “Kenapa pohon bisa tumbuh besar?”, coba sarankan ia bertanya seperti, “Ma, ceritain Adek tentang pohon yang tumbuh besar, dong.”
Nantinya, Anda bisa menceritakan soal pohon dimulai dari bibit yang diletakkan di tanah, lalu disiram air setiap hari, disinari cahaya matahari, dan lama kelamaan tumbuh besar.
Dengan menjelaskan atau menceritakan proses, Anda turut membantu sembari memberi penjelasan lebih luas dan mudah untuk buah hati.
Itu dia cara menghadapi anak yang banyak bertanya “kenapa”. Untuk informasi tumbuh kembang anak dan pola asuh, bisa Anda dapatkan dengan mengunduh aplikasi Klikdokter.
(OVI/AYU)