Mendisiplinkan anak memang tidak mudah. Tanpa disadari, orangtua kerap melakukannya dengan cara menghukum anak. Padahal, bila terlalu sering menghukum anak, akibatnya sangat buruk bagi tumbuh kembang mereka.
Mengenali Jenis Hukuman
Berdasarkan publikasi dari Virginia State University, terdapat empat jenis hukuman. Keempatnya adalah hukuman fisik, hukuman verbal, hukuman yang bersifat penahanan, dan yang terakhir adalah hukuman penalty.
Contoh hukuman fisik adalah memukul, menampar, menjewer, dan menyentil. Sedangkan hukuman verbal adalah hukuman yang diberikan dengan menggunakan kata atau kalimat yang menyakitkan perasaan anak. Misalnya: “Kalau kamu nakal, Mama tidak sayang kamu lagi”.
Menghukum anak dengan fisik atau verbal memberikan dampak psikis pada anak. Hukuman tersebut dapat membuat anak membenci dirinya sendiri. Anak akan berpikir bahwa ada sesuatu yang salah dengan dirinya, sehingga dia diperlakukan seperti itu oleh orangtuanya.
Anak menjadi berpikir bahwa mereka memang nakal sehingga akhirnya cenderung bertingkah nakal. Selain itu, bila orangtua kerap menggunakan kekerasan untuk menyelesaikan masalah, anak pun akan menirunya saat berkonflik dengan orang lain.
Lalu seperti apa hukuman yang bersifat penahanan? Misalnya: “Kalau kamu tidak mengerjakan PR, kamu tidak boleh menonton televisi”. Sedangkan contoh jenis hukuman penalti: “Karena kamu sudah ceroboh menghilangkan ponsel ayah, ayah akan mengurangi uang jajan kamu”.
Artikel Lainnya : Penyebab dan Cara Mengatasi Anak yang Berperilaku Kasar
Metode Konsekuensi
Salah satu cara efektif untuk mendisiplinkan anak adalah dengan menggunakan metode konsekuensi. Artinya, orangtua perlu membiarkan anak mendapatkan konsekuensi atas perbuatan yang dia lakukan.
Seperti apa konsekuensi yang dimaksud? Misalnya, bila anak tidak mau ikut makan malam bersama keluarga, orangtua bisa memberikan konsekuensi yaitu membiarkan anak kelaparan.
Akan tetapi, perlu diingat agar saat menyampaikannya, orangtua sebaiknya menghindari nada bicara tinggi. Hindari pula penggunaan kata-kata kasar. Melalui metode ini, anak akan belajar dari pengalaman.
Anak yang merasakan konsekuensi tidak nyaman atas perbuatannya, cenderung tidak akan mengulanginya lagi. Namun, metode ini memang tidak bisa digunakan setiap kali anak tidak disiplin.
Tapi ada hal lain yang harus Anda perhatikan bila ingin menerapkan metode ini, yaitu usia anak. Metode ini tidak dapat diterapkan pada anak di bawah tiga tahun.
Jadi, pandai- pandailah membaca situasi. Menghukum anak, apalagi secara fisik dan verbal, bukanlah metode disiplin yang efektif. Sedangkan hukuman yang bersifat penahanan dan penalti bisa menjadi efektif untuk mendisiplinkan anak apabila orangtua dapat menggunakannya dengan tepat.
(BA/ RH)