Bagi Anda para orang tua yang memiliki anak aktif dan kompetitif, terkadang rasa bangga muncul karena buah hati Anda memiliki daya juang yang tinggi. Namun, bagaimana jika anak justru terlalu kompetitif?
Tingkah laku anak yang terlalu kompetitif terkadang sulit untuk dikendalikan. Anak yang memiliki karakter seperti ini cenderung sangat aktif.
Anak yang kompetitif dalam batas wajar memang perlu mendapatkan dukungan. Namun, ada kalanya karakter kompetitif tersebut menjadi berlebihan dan bisa mengakibatkan kondisi yang mengganggu anak itu sendiri.
Untuk itu, para orang tua perlu memahami ciri-ciri anak yang terlalu kompetitif berikut ini:
1. Sombong dan Besar Kepala
Anak kompetitif sering kali sadar bahwa ia memiliki banyak kualitas positif dibandingkan anak lain.
Sebenarnya ini adalah karakter yang bagus. Namun, jika orang tua tidak bisa mengarahkannya, anak bisa berubah menjadi pribadi yang besar kepala.
Di satu sisi, mungkin Anda bangga dengan prestasinya, namun di sisi lain, tentu Anda khawatir bahwa ia akan dikucilkan oleh teman-temannya akibat kesombongannya itu.
Artikel Lainnya: Jadi Orang Tua Jangan Sombong, Ini Dampak Sosialnya pada Anak
Untuk mencegah hal tersebut, bicaralah dengan anak Anda, dan ingatkan ia agar tidak sombong.
Katakan kepadanya bahwa ketika Anda memujinya, jangan hanya fokus pada prestasinya, tetapi pada kualitas diri yang membantunya sampai di sana.
Ajari anak untuk lebih menghargai semangat, kerja keras dan motivasi dalam dirinya. Ajarkan juga anak untuk membantu teman-temannya yang lain untuk meraih prestasi seperti yang dilakukannya.
2. Menghukum Diri Sendiri Ketika Kalah
Noam Schpancer, seorang profesor psikologi di Otterbein University yang mempelajari tumbuh kembang anak, melihat bahwa seorang anak juga bisa bersikap terlalu keras pada diri sendiri.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa seorang anak bisa langsung menghukum dirinya sendiri ketika merasa kalah unggul dari anak-anak lain.
Jika kondisi ini terjadi, jangan biarkan ia menghadapinya sendiri. Terus berikan ia dukungan.
Jika anak Anda frustrasi karena kalah, pujilah usahanya dan soroti hal-hal baik yang telah ia lakukan.
Anda juga dapat mengalihkan fokusnya dari persaingan dengan mengajaknya melakukan aktivitas lain yang bisa membangkitkan semangatnya.
Artikel Lainnya: Menangani Anak yang Terlalu Aktif dan Tidak Bisa Diam
3. Berbuat Curang Saat Merasa Tidak Mampu
Tak sedikit orang yang berani melakukan segala cara untuk menang. Terkadang, akibat terlalu kompetitif, anak pun bisa melakukan hal ini.
Kecurangan yang dilakukan anak mungkin tampak wajar. Namun sebenarnya tidak boleh Anda biarkan.
Ketika Anda tahu anak berbuat curang, berikan teguran. Bahkan ketika anak curang dalam sebuah permainan sekalipun, perlakukan kecurangan tersebut sebagai pelanggaran serius.
Karena jika dibiasakan, buah hati Anda dapat terjerumus dalam masalah yang lebih besar di kemudian hari. Berikan anak hukuman yang mendidik, namun tetap membuatnya jera.
Jika anak sudah terbiasa melakukan kecurangan, ajak ia berbicara lebih dalam dari hati ke hati agar ia sadar bahwa perbuatannya salah.
4. Tidak Menghargai Pesaing
Ciri lain dari orang atau anak yang terlalu kompetitif adalah meremehkan pesaingnya. Ada kalanya dalam sebuah pertandingan, anak merasa bahwa ia lebih baik daripada teman-temannya yang lain.
Sayangnya, anak terkadang melakukannya dengan cara yang salah, seperti menyebut para pesaingnya ‘bodoh’ atau sebutan lain.
Artikel Lainnya: Cara Tepat Mendidik Anak yang Keras Kepala
Mengajarkan anak rasa hormat, bahkan bagi temannya yang lebih unggul, akan membuat anak menjadi pribadi yang positif di saat dewasa.
Beri pemahaman anak Anda untuk berbesar hati atas kekalahannya. Mintalah kepadanya agar mencontoh hal-hal yang positif dari pesaingnya sebagai bentuk menghargai orang lain.
Selanjutnya, ajarkan kepada anak untuk bersaing secara sehat, agar ia bisa belajar bangga dengan kemampuannya tanpa harus menjatuhkan orang lain.
5. Anak Menjadi Menarik Diri
Kesuksesan adalah hal yang sangat baik, tetapi memiliki perasaan bahagia jauh lebih penting.
Perhatikan jika anak tiba-tiba menjadi selalu kelelahan, kehilangan minat, atau cenderung menarik diri saat menjalani aktivitas yang terlalu padat.
Bila hal tersebut menimpa anak Anda, cari tahu apakah sebenarnya ia menyukai aktivitas yang dilakukan. Buatlah anak memilih setidaknya satu aktivitas untuk dihentikan. Amati apakah situasinya membaik.
Sederet hal di atas merupakan ciri anak yang terlalu kompetitif. Apakah anak Anda termasuk di dalamnya? Jika ya, arahkan ia untuk lebih lapang dada menerima kekalahan dan tetap berjiwa kompetitif tanpa harus memusuhi saingannya.
Bila membutuhkan saran psikolog untuk menumbuhkan jiwa kompetitif yang sehat dan seimbang pada anak, Anda bisa menggunakan fitur Live Chat di aplikasi KlikDokter.
[WA]