Tips Parenting

Mengenal Sindrom Anak Bungsu Berdasarkan Fakta Psikolog

Tri Yuniwati Lestari, 27 Jun 2021

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Sindrom anak bungsu adalah gambaran dari sikap manja yang pasti ada pada anak terakhir. Namun, apakah sindrom ini benar-benar ada, atau hanya anggapan semata?

Mengenal Sindrom Anak Bungsu Berdasarkan Fakta Psikolog

Terdapat sebuah teori dari beberapa puluh tahun lalu yang mengatakan bahwa urutan kelahiran anak dapat berdampak pada kepribadian seseorang. Gagasan ini kemudian memicu munculnya istilah sindrom anak bungsu.

Dalam masyarakat, anak bungsu sering diidentikkan sebagai orang yang manja lantaran mendapat perhatian lebih banyak dari orangtuanya. Keadaan ini konon dapat terbawa hingga dewasa, sehingga dapat mempengaruhi kondisi kehidupannya kelak.

Lantas, bagaimana tanggapan psikolog mengenai sindrom anak bungsu? Apakah kondisi ini pasti akan berdampak negatif pada kehidupan anak terakhir di saat ia dewasa?

Artikel Lainyna: Mengenal Peran Adik dalam Keluarga dan Rumah Tangga

 

 

1 dari 2

Mengenal Sindrom Anak Bungsu

Melansir dari healthline, psikolog bernama Alfred Adler adalah orang yang pertama kali mencetuskan sindrom anak bungsu pada 1927. Ia mengklasifikasikan anak urutan terakhir sebagai orang yang: 

  • Berjiwa sosial tinggi
  • Memiliki kepercayaan diri yang tinggi
  • Memiliki jiwa kreativitas yang tinggi
  • Lebih efisien dalam memecahkan masalah
  • Mahir membuat orang lain melakukan sesuatu untuk mereka

Namun, klasifikasi tersebut rasanya kini telah bergeser. Pasalnya, masyarakat zaman sekarang cenderung menilai anak bungsu sebagai pribadi yang manja serta menuntut perhatian lebih.

Tidak hanya itu, anak bungsu juga tampak tak bisa lepas dari predikat sebagai adik seumur hidupnya. Oleh karena itu, sebagian masyarakat, khususnya orangtuanya sendiri, hampir selalu menganggap anak bungsu sebagai orang yang belum dewasa (anak kecil).

Artikel Lainnya: Kakak Selalu Dipaksa Mengalah, Ini Dampak Psikologisnya

2 dari 2

Apakah Sindrom Anak Bungsu Selalu Negatif?

Dijelaskan oleh Gracia Ivonika, M.Psi., Psikolog, teori yang menjelaskan tentang karakteristik seseorang sesuai urutan lahir memang benar adanya. 

Namun, hal tersebut tidak serta-merta bisa menjadi tolok ukur untuk setiap orang. Karena pada dasarnya, karakteristik anak bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk lingkungan dan pola asuh orangtuanya.

“Bukan perkara anak bungsu, tengah, atau sulung. Hal yang terpenting, orangtua dapat menerapkan pola asuh yang tepat dan konsisten bagi anak,” ucap Gracia.

“Selain itu, orangtua juga mesti membangun lingkungan keluarga yang terbuka, harmonis, hangat; mengarahkan dan memenuhi kebutuhan anak secara tepat sesuai usia maupun kemampuannya; serta memberikan contoh yang baik bagi anak,” sambungnya.

Jika orangtua menerapkan pola asuh yang turut membentuk karakter anak mandiri sejak dini, maka hal tersebutlah yang akan dibawanya hingga dewasa kelak. Hal ini berlaku pada setiap anak, terlepas dari urutan lahirnya.

Bagi orangtua yang ingin menghindari terjadinya sindrom anak bungsu, berikut ini beberapa cara yang bisa dilakukan:

  1. Membiarkan anak untuk melakukan berinteraksi secara bebas agar dapat mengasah kemampuannya dalam melakukan beberapa hal. Biarkan pula mereka untuk menyelesaikan persoalannya sendiri. Dengan demikian, anak akan lebih mandiri dan tidak bergantung pada saudara atau orangtuanya.
  2. Berikan ia tanggung jawab. Hal ini harus disesuaikan dengan perkembangan dan usia anak. Anda dapat memulainya dengan meminta anak untuk membereskan mainan setiap kali selesai bermain.
  3. Jangan segan menegur saat anak bungsu melakukan kesalahan. Anak perlu mengenal rasa empati sejak usia dini. Mereka juga perlu tahu bahwa ada konsekuensi dari setiap tindakan yang dilakukannya.
  4. Berikan perhatian dengan taraf yang sama pada setiap anak. Jika anak pertama mendapatkan juara kelas, pujilah secukupnya dan jangan bandingkan dengan si bungsu. Sebaliknya, orangtua bisa lebih memberi semangat kepada si bungsu dan menyakinkan bahwa ia juga bisa menjadi juara seperti kakaknya.
  5. Cobalah untuk tidak menjadikan prestasi anak yang lahir lebih dulu sebagai standar untuk adik-adiknya. Ingat, setiap anak memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Jadi, tidak bisa disamaratakan begitu saja.

Itu dia penjelasan mengenai sindrom anak bungsu. Jika Anda memiliki pertanyaan mengenai hal ini, tak perlu ragu untuk berkonsultasi kepada psikolog melalui LiveChat 24 jam atau di aplikasi KlikDokter.

(NB/JKT)

Anak