Apakah anak Anda tidak mau menatap orang lain, enggan tersenyum, atau mengalami keterlambatan bicara? Awas, jangan anggap sepele. Bisa jadi hal tersebut merupakan pertanda bahwa si Kecil mengidap autisme.
Faktanya, penelitian menyebutkan bahwa 1 dari 70 anak mengalami autisme. Kondisi ini biasanya baru diketahui saat usia anak sudah lebih dari dua tahun. Padahal sebenarnya, tanda autisme sudah bisa mulai dikenali sejak bayi. Dengan mengetahuinya sedari dini, berbagai terapi bisa dilakukan, sehingga anak autis bisa beraktivitas dan berkomunikasi layaknya anak normal.
Tanda autisme pada anak
Apa saja yang menjadi tanda-tanda autisme pada anak?
- Pada usia 6 bulan, anak tidak pernah atau jarang tersenyum, tertawa, atau menunjukkan ekspresinya.
- Pada usia 6 bulan, anak tidak berekspresi bila diajak bicara oleh orang terdekatnya.
- Pada usia 6 bulan, bila mainan kesukaannya digerakkan ke sana dan ke mari, anak tidak mampu mempertahankan kontak mata dengan mainan tersebut.
- Anak tidak pernah atau jarang berteriak maupun menimbulkan suara tertentu untuk menarik perhatian orang tuanya.
- Anak tidak pernah atau jarang merentangkan tangan untuk minta digendong atau dipeluk.
- Pada usia 6 bulan, anak bereaksi berlebihan bila mendengar suara berisik. Misalnya, anak jadi terlihat ketakutan atau menutup telinganya.
- Hingga usia 12 bulan, anak belum bisa mengucapkan kata “baba, dada, mama” atau sejenisnya.
- Hingga usia 12 bulan, anak tidak melambaikan tangan bila orang terdekatnya pergi.
- Hingga usia 12 bulan, anak tidak menunjuk benda-benda yang menarik perhatiannya.
- Hingga usia 12 bulan, anak tidak pernah atau jarang merespons bila orang memanggil namanya.
- Belum bisa menyebutkan satu kata pada usia 16 bulan.
Sulit dideteksi
Bila terdapat salah satu tanda autisme di atas, orang tua sebaiknya segera membawa si Kecil ke dokter spesialis anak. Hal ini untuk memastikan apakah dirinya benar-benar mengidap autisme atau kondisi medis lainnya.
Pasalnya, mendeteksi autisme bukanlah perkara yang mudah. Dibutuhkan pemeriksaan oleh beberapa dokter ahli, di antaranya dokter spesialis anak dan psikiater. Selain itu, kondisi ini juga tak dapat langsung diketahui hanya dengan sekali kunjungan.
Jika hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa anak mengidap autisme, terapi yang rutin dan terstruktur sangat perlu untuk dilakukan. Hal ini bertujuan agar anak autis tetap dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
Berikut beberapa terapi autisme pada anak yang direkomendasikan oleh American Academy of Pediatrics (AAP):
● Behavioral training
Anak akan diajarkan untuk bisa mandiri, belajar berinteraksi dengan orang lain, dan belajar untuk mengekspresikan apa yang sedang dirasakannya.
● Terapi wicara, terapi fisik, dan terapi okupasi
Ketiga jenis terapi ini merupakan hal yang penting dan wajib dilakukan dalam membantu anak autis untuk bisa berkembang dengan baik.
Terapi wicara bermanfaat untuk membantu anak agar tak lagi mengalami keterlambatan bicara dan mampu berkomunikasi dengan baik. Terapi fisik dan okupasi bermanfaat untuk mengatasi dan memperbaiki gangguan motorik serta gangguan koordinasi.
● Support group
Bergabung dengan support group juga tak kalah pentingnya. Selain saling mendukung satu sama lain, melalui grup ini, masing-masing anggotanya juga bisa belajar dan bertukar pengalaman dalam membesarkan anak yang mengalami autisme.
● Obat-obatan
Obat tidak menyembuhkan dan tidak mengurangi gejala autisme. Namun, pengidap autisme sering mengalami gangguan tidur, cemas, atau depresi. Obat-obatan diberikan untuk mengatasi keluhan-keluhan tersebut.
Autisme pada anak bukanlah akhir dari segalanya. Lakukanlah deteksi dini dan terapi secara paripurna, agar anak yang mengidap kondisi ini bisa tetap memiliki tumbuh kembang yang optimal.
[NB/ RVS]