Tips Parenting

Orang Tua Sering Mengkritik, Anak Bisa Terkena Gangguan Mental

Bobby Agung Prasetyo, 31 Jan 2021

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Menurut penelitian, pola asuh yang terlalu sering mengkritik bisa sebabkan gangguan mental pada anak. Ini penjelasannya.

Orang Tua Sering Mengkritik, Anak Bisa Terkena Gangguan Mental

Ada banyak alasan mengapa orang tua mengkritik anak-anak mereka. Salah satunya mungkin karena orang tua melihat itu sebagai kewajiban, agar anak bisa menjadi lebih baik lagi.

Namun kadang, tanpa disadari, kritikan yang dilontarkan orang tua malah membuat anak merasa dihakimi. Inilah yang harus diperhatikan karena jika tak dilakukan dengan hati-hati, apa yang orang tua ucapkan bisa menyebabkan gangguan mental pada anak.

Dilansir Scientific American, survei yang dilakukan pada 2015 menunjukkan bahwa pola asuh yang terlalu banyak mengkritik anak dapat memicu gangguan kecemasan (anxiety disorder).

Untuk survei tersebut, para peneliti meminta 4,000 orang dewasa dari segala usia untuk menceritakan memori masa kecil mereka. Kemudian, para peneliti menghubungkannya dengan laporan kesehatan mental para partisipan.

Hasilnya menunjukkan bahwa anak yang memiliki orang tua otoriter cenderung lebih sulit berhadapan dengan kegagalan pada masa dewasanya.

Artikel Lainnya: Kalimat-kalimat Toxic yang Mampu Menjatuhkan Mental Anak

1 dari 2

Sering Dikritik Sebabkan Gangguan Mental pada Anak?

Greg Hajcak Proudfit, psikolog klinis dari Stony Brook University, mengatakan bahwa pola asuh otoriter secara tidak langsung akan melatih otak anak untuk membesar-besarkan setiap kesalahan, sekecil apa pun. Hal inilah yang kemudian dapat memicu gangguan mental seperti kecemasan.

Studi lainnya menunjukkan bahwa pola asuh yang terlalu banyak memberi hukuman dan kritikan mungkin berperan dalam ADHD (attention deficit hyperactivity disorder) berkepanjangan pada anak, seperti dikutip dari Guardian.

Selama tiga tahun, grup peneliti dari Florida International University mempelajari 388 anak dengan ADHD – dan orang tua mereka. Dalam studi tersebut, peneliti merekam orang tua sedang berbicara kepada anak mereka selama lima menit, lalu hasil rekaman tersebut dijadikan analisis.

Para peneliti lalu menemukan hubungan antara kebiasaan sering mengkritik anak dengan gejala ADHD yang berkelanjutan. Mereka menambahkan bahwa menurunkan porsi dan derajat kritikan dapat membantu menurunkan gejala ADHD pada anak.

Meski demikian, peneliti tidak menyebut pola asuh orang tua sebagai penyebab gejala ADHD yang berkepanjangan.

Artikel Lainnya: Kenali Gejala Umum ADHD pada Anak

2 dari 2

Cara Mengkritik Anak yang Benar

Menurut dr. Sepriani Timurtini Limbong, cara penyampaian kritik yang tidak baik dapat berdampak negatif untuk anak. Akibatnya, anak menjadi pemurung, tidak percaya diri, takut mencoba hal baru, bahkan mengalami sakit hati yang berlarut-larut.

“Jika ingin mengkritik anak, sampaikanlah dengan jelas. Hindari kata-kata yang menghakimi dan menyakiti, seperti ‘kamu nakal, ‘kamu bodoh’, dan sebagainya. Lebih baik utarakan dengan jelas kesalahan yang dilakukan anak, misalnya ‘memukul teman bukan hal yang baik karena itu akan menyakitinya’.”

Hindari menyampaikan kritik saat Anda masih merasa kesal terhadap anak. “Rasa marah sering kali menutupi maksud baik Anda.” Lagi pula, jika diucapkan dengan baik-baik, anak malah akan lebih mudah untuk mendengar dan menerimanya.

Pernah, kan, anak menjadi makin ngeyel saat Anda mengkritiknya sambil marah? 

Pola asuh otoriter yang cenderung menghukum, menghakimi, dan mengkritik anak bukanlah yang ideal. Jika tidak setuju dengan perilaku anak, sampaikan kritikan dengan tegas tapi tetap penuh kasih sayang.

Apalagi untuk anak yang masih dalam masa tumbuh kembang, terlalu sering mengkritik anak dengan tajam justru dapat memicu gangguan mental seperti gangguan kecemasan pada kemudian hari.

Jadi, sekali lagi, perhatikanlah kata-kata yang akan Anda gunakan sebelum mengucapkannya kepada anak.

[RS/ RVS]

Gangguan Mental
Anak