Hampir semua orang tua pernah menghadapi kondisi anak susah makan. Sebagai orang tua, Anda tentu membutuhkan cara membujuk, memaksa, hingga mengejar-ngejar anak untuk mau makan.
Tapi, tenang saja, Anda tidak sendirian, kok. Masih banyak orang tua di luar sana yang memiliki masalah yang sama dengan Anda. Jadi, cobalah kenali penyebab anak susah makan dan cara mengatasinya agar tumbuh kembang si Kecil pun berjalan secara optimal.
Penyebab anak susah makan
Ada beberapa penyebab yang dapat membuat anak mengalami kesulitan atau gangguan makan. Pertama, adanya kelainan anatomi atau organ, seperti hidung, bibir, mulut, lidah, dan lainnya. Kedua, adanya kelainan pada saraf yang berfungsi untuk menelan.
Meskipun pada umumnya kelainan tersebut relatif lebih jarang terjadi, dua faktor tersebut dapat menyebabkan gangguan besar pada pola makan anak. Akibatnya, anak jadi kesulitan membuka mulut, mengunyah, dan menelan.
Faktor ketiga yang paling banyak ditemui adalah karena perilaku anak, yang disumbang sedikit banyak dari peran orang tua. Secara alamiah, anak pada umumnya memang mengalami kesulitan makan pada usia tertentu, yang sering kali dimulai pada usia 2-5 tahun.
Pada tahun pertama, bayi mengalami proses transisi perubahan dari konsumsi makanan cair (ASI atau susu formula) ke makanan semi solid (umumnya dimulai di usia 6 bulan) ke makanan solid (biasanya mulai di usia 9 bulan), dan makanan keluarga (dimulai di usia 1 tahun).
Ada anak yang dapat cepat beradaptasi, ada pula yang tidak. Anak yang mengalami kesulitan beradaptasi akan lebih mudah mengalami kesulitan makan. Hal ini dapat diperparah oleh adanya gangguan pada area mulut, seperti tumbuh gigi, gigi berlubang, sariawan, penyakit kaki, tangan, dan mulut, dan sebagainya.
Selain itu, bayi lahir dengan preferensi rasa tertentu, yaitu mereka lebih menyukai rasa manis dan asin atau gurih. Hal ini berhubungan dengan survival manusia yang sejak lahir sudah diprogram untuk menyukai makanan yang rasanya manis karena mengandung karbohidrat, yang merupakan sumber energi utama tubuh manusia.
Sementara itu, asin atau gurih melambangkan rasa dari protein, yang penting untuk pertumbuhan serta perbaikan sel-sel dan jaringan tubuh. Sebaliknya, bayi memang kurang suka dengan rasa makanan yang pahit, seperti sayur-sayuran.
Hal itu masih termasuk ke dalam program survival manusia, karena biasanya makanan yang pahit itu mengandung racun. Sayur-sayuran memang memiliki rasa pahit untuk mencegah agar ia tidak dimakan oleh manusia atau hewan. Oleh karena rasa tersebut, jadilah anak susah untuk makan sayur.
Dalam perkembangan anak, wajar saja kalau sering kali si Kecil enggan dalam mencoba makanan baru. Hal ini disebut juga dengan neophobia, yang terutama menonjol pada anak usia 2-3 tahun. Namun jangan khawatir, hal ini perlahan akan menghilang pada usia 5-8 tahun.
Selain dari faktor sang anak, pola asuh orang tua juga memiliki andil dalam menyebabkan anak susah makan. Hal ini karena pola makan anak sedikit banyak dibentuk dari peran orang tua dalam memberikan teladan, batasan, dan aturan yang baik.
Anak yang dibebaskan untuk makan sambil main gawai atau menonton televisi akan lebih mudah terpecah perhatiannya, sehingga menjadi lebih susah makan dan cenderung mengemut makanannya, karena lebih tertarik kepada gawai atau televisi.
Anak yang tidak dibiasakan untuk makan bersama dengan keluarga di meja makan juga bisa memiliki kesulitan makan, karena tidak dibiasakan disiplin serta mendapatkan teladan dan contoh yang baik dari keluarga mengenai tata cara makan yang benar.
Mengatasi anak susah makan
Jika telah terbentuk pola kebiasaan dari seorang anak, maka tentunya akan butuh waktu untuk mengubahnya. Tetapi, mengubah pola makan dan kebiasaan seorang anak bukannya tidak mungkin, lo. Justru, semakin dini diubah, maka akan semakin mudah dan cepat perubahan itu terjadi.
Jangan tunggu hingga terlambat. Namun memang dalam melaksanakannya dibutuhkan kesabaran dan usaha yang lebih ekstra.
Pertama, orang tua harus menerapkan jadwal teratur makan besar dan makan selingan anak. (makan besar 3 kali, makan selingan 2 kali). Kedua, tetapkan peraturan bahwa anak harus makan di meja makan, duduk diam tanpa gawai, televisi, buku, dan mainan.
Hal tersebut dimaksudkan agar ia bisa fokus terhadap makanan dan makan dengan cepat. Selain itu, dengan duduk bersama di meja makan, anak bisa mencontoh teladan orang tua yang tidak main gawai ketika makan, dan tidak pilih-pilih makanan.
Ketiga, orang tua harus memberikan batasan makan selama 30 menit. Apabila anak tidak habis, maka makanan harus dibersihkan dan anak baru bisa mendapat makanan di jam makan berikutnya, misalnya di jam makanan selingan.
Hal ini mengajarkan anak untuk menghargai waktu makannya, sehingga ia fokus untuk makan dan tidak terpecah perhatiannya oleh hal-hal lain.
Berikan anak makanan dalam porsi kecil dulu, sambil melihat seberapa mampu anak untuk makan. Bagi anak usia 1 tahun, ia cukup makan nasi sebanyak 4 sendok makan, 2-3 tahun sebanyak 6 sendok makan, dan usia 4-8 tahun sebanyak 8 sendok makan.
Hindari memaksa dan memarahi anak. Anak dengan mudah dapat mengasosiasikan (menghubungkan) kegiatan makan dengan hal yang mengerikan dan tidak mengenakkan, apabila setiap kali makan ia selalu mendapatkan omelan dari orang tua. Hal ini bisa membuat ia semakin tidak mau makan.
Kunci yang terpenting dalam menghadapi anak susah makan adalah perbanyak stok sabar Anda. Apabila merasa kebingungan dan putus asa, Anda bisa meminta bantuan dari tenaga profesional seperti psikolog anak dan dokter anak.
[NP/ RVS]