Biasanya, Anda langsung berteriak memanggil anak atau tergopoh-gopoh membawakan alas kaki saat melihatnya bermain atau beraktivitas bertelanjang kaki. Atau, kadang Anda melihat dengan heran anak-anak tetangga yang berlarian di luar rumah tanpa pelindung kaki. “Memang tidak bahaya, ya?” kata Anda dalam hati. Sebetulnya, perlukah membiarkan anak bermain bertelanjang kaki atau justru harus dilarang?
Sebagai orang tua, tentunya Anda merasa kekhawatiran ini beralasan. Bagaimana jika tanah atau area yang dipijak anak dipenuhi batu (apalagi yang tajam), kotoran (misalnya kotoran hewan), atau parahnya lagi benda tajam seperti pecahan kaca, paku, atau benda-benda lainnya yang tajam dan/atau berkarat? Kemungkinan-kemungkinan tersebut memang tak boleh diabaikan. Namun, tak bisa dimungkiri bahwa membiarkan anak bermain tanpa alas kaki bisa berperan baik terhadap tumbuh kembangnya.
Pakai alas kaki vs tanpa alas kaki
Ada beragam pendapat apakah perlu membiarkan atau melarang anak beraktivitas bertelanjang kaki. Padahal sebetulnya aktivitas itu juga dilakukan oleh orang dewasa.
American Podiatric Medical Association (APMA), yaitu kumpulan ahli kesehatan kaki (podiatris) Amerika Serikat (AS), pernah mengeluarkan pernyataan yang berkaitan dengan perdebatan ini.
“Lari tanpa alas kaki telah disebut-sebut dapat meningkatkan kekuatan dan keseimbangan, sembari mempromosikan gaya lari yang lebih alami. Namun, risiko berlari tanpa alas kaki meliputi kurangnya perlindungan yang dapat menyebabkan cedera seperti luka tusuk dan peningkatan stres pada bagian tubuh dari pinggul hingga jari kaki (lower extremity)”. Itulah potongan pernyataan APMA seperti dikutip di Very Well Family.
Tak hanya itu, ada sebuah studi yang dilakukan Universitas Jaén, Spanyol, yang dipublikasikan di jurnal “Gait & Posture” menemukan, ada pro dan kontra tentang membiarkan anak berlarian tanpa alas kaki. Menurut para peneliti, mengenakan alas kaki bisa meningkatkan dampak gaya reaksi tanah, yang dapat menimbulkan risiko cedera tertentu. Namun, berlari bertelanjang kaki atau dengan alas kaki minimal dapat meningkatkan rotasi internal tibia, yang juga telah dikaitkan dengan jenis cedera tertentu.
Ada pula studi dari Universitas Stellenbosch, Afrika Selatan, yang menemukan bahwa anak-anak yang tumbuh besar tanpa mengenakan sepatu memiliki keunggulan berbeda ketimbang anak-anak yang tumbuh besar dengan sepatu.
Disebutkan bahwa anak-anak yang tumbuh besar dengan berjalan tanpa alas kaki memiliki keseimbangan tubuh yang lebih baik, serta bisa lompat lebih tinggi ketimbang anak-anak lainnya yang besar dengan memakai sepatu.
“Tahun-tahun usia dini anak sangat penting untuk pengembangan keseimbangan dan peningkatan lainnya yang bisa dengan cepat diamati hingga usia 9-10 tahun. Penjelasan yang mungkin adalah, bahwa kebiasaan pakai alas kaki memengaruhi arsitektur muskoskeletal kaki, yang pada gilirannya mungkin terkait dengan kinerja motorik,” kata Profesor Ranel Veter dari departemen olahraga Universitas Stellenbosch, seperti dikutip di Sunday Times.
Bertelanjang kaki bisa membantu bayi belajar berjalan
Meski semua sepatu bayi terlihat menggemaskan dan rasanya ingin memakaikannya ke bayi, tapi tak ada bukti ilmiah bahwa bayi perlu pakai sepatu saat ia sudah belajar berjalan.
Faktanya, bayi justru dianjurkan untuk belajar berjalan tanpa alas kaki. Hal ini dibenarkan oleh dr. Astrid Wulan Kusumoastuti dari KlikDokter.
“Bayi akan lebih mudah berjalan saat bertelanjang kaki. Ini karena telapak kaki bayi lebih mudah mencengkeram permukaan tempat ia berjalan, jika dibandingkan saat memakai kaus kaki atau sepatu,” jelasnya.
Belajar berjalan bertelanjang kaki juga diketahui dapat meningkatkan keseimbangan, kekuatan, dan koordinasi bayi.
Apa yang salah dengan sepatu?
Menurut penjelasan dari dr. Dyah Novita Anggraini dari KlikDokter, sebagian bayi berkaki datar saat mulai berjalan. Namun, seiring usianya bertambah dan makin menguatnya otot dan ligamen kaki yang menahan tulang kaki, maka bentuk kaki bayi akan melengkung ke dalam.
Ada sebuah penelitian yang melibatkan 2.300 anak usia 4-13 tahun. Temuannya, pemakaian sepatu pada usia dini dapat menghambat perkembangan lengkung kaki anak. Sebanyak 8,6 persen anak yang mengenakan sepatu kaki sejak kecil mengalami insiden kaki datar.
Tak hanya itu, penelitian lain juga menjelaskan bahwa sepatu yang dipakai terlalu sering oleh anak juga bisa sebabkan kelemahan kaki. Lebih dari itu, daya gerak juga bisa berkurang. Bahkan, analisis terhadap 11 penelitian yang terbit di “Journal of Foot and Ankle Research” menyimpulkan, pemakaian sepatu bisa mengubah gaya jalan anak secara alami.
“Hal itu terjadi karena dasar sol yang keras pada sepatu, yang membuat kaki anak tidak mendapatkan rangsangan alami secara langsung. Ruang kaki anak pun jadi terbatas, sehingga tidak fleksibel saat berjalan. Kondisi ini membuat kemampuan alami jemari kaki untuk bergerak berkurang hingga 50 persen pada usia 9 tahun,” jelas dr. Dyah.
Imbauan agar anak tidak terlalu sering mengenakan sepatu
Imbauan ini bersumber dari adanya beberapa manfaat anak yang tidak terlalu sering mengenakan sepatu, antara lain:
1. Otot kaki anak berkembang lebih kuat
Rangsangan alami langsung pada telapak kaki anak yang tidak menggunakan alas kaki menstimulasi otot serta ligamen yang berfungsi untuk menahan tulang lebih kuat.
2. Melatih keseimbangan tubuh anak
“Ini dapat membantu stimulasi alami pada kaki anak, sehingga dapat mengasah fungsi sensori di area kaki. Hasilnya, anak tak mudah jatuh dan bisa mempertahankan keseimbangan tubuhnya,” papar dr. Dyah.
3. Mencegah infeksi
Tidak terkurung di dalam sepatu membuat sirkulasi udara di area kaki menjadi sangat baik, sehingga kulit kaki anak mudah bernapas. Ini dapat mencegah terjadinya infeksi jamur.
Pastikan lingkungan sekitar aman
Jika Anda masih ragu untuk membiarkan anak berkeliaran tanpa sepatu di luar ruangan, setidaknya biarkan anak nyeker di dalam ruangan. Namun, khususnya di luar ruangan, dikutip dari Very Well Family ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum membiarkan anak beraktivitas tanpa sepatunya.
- Tetap pakaikan anak sepatu saat ia beraktivitas di sekitar kolam renang atau kolam ikan, rumput yang basah, atau di ruang ganti pakaian. Lingkungan yang hangat dan lembap dapat meningkatkan pertumbuhan jamur, virus, dan bakteri.
- Lakukan vaksin tetanus sesuai jadwal. Terdapat potensi anak menginjak atau tergores benda tajam, yang mana anak bisa berisiko terkena tetanus.
- Meski pakai sepatu, jangan lupa oleskan tabir surya seperti bagian tubuh lainnya. Ingat, kaki juga bisa terpapar sinar matahari.
- Lebih baik pakai sepatu jika cuaca sedang panas dan terik, apalagi jika anak bermain di jalanan beraspal atau berpasir. Kondisi ini bisa sebabkan luka bakar.
- Jika terdapat luka tusukan akibat benda tajam, segera bawa ia ke dokter karena bisa menjadi serius jika tidak ditangani dengan baik.
- Jangan melepas sepatu di lingkungan yang tidak aman seperti dekat api unggun atau tempat bakar sampah. Sepatu juga harus dipakai saat anak melakukan aktivitas yang bisa mencederai kakinya, seperti memotong rumput dengan alat pemotong rumput, dan lain-lain.
- Pertimbangkan lingkungan, misalnya adanya kotoran hewan, hewan seperti serangga, ular, parasit, atau makhluk hidup lain yang mungkin bersentuhan dengan kaki anak. Tetapkan area aman bertelanjang kaki dan mana yang tidak, dan pastikan anak mengerti akan hal ini.
Berbagai penjelasan di atas bisa menjadi pertimbangan orang tua dalam memutuskan untuk membiarkan atau melarang anak bermain bertelanjang kaki. Dengan banyaknya manfaat aktivitas tanpa sepatu, baiknya jangan dilewatkan begitu saja. Satu hal penting, pastikan lingkungan tempat anak bermain dan beraktivitas aman, sehingga ia terhindar dari cedera atau risiko penyakit yang tak diinginkan.
[RVS]