Beberapa penelitian menunjukkan bahwa sering menonton televisi berdampak buruk pada perilaku, prestasi akademis, dan kesehatan anak. Namun sebagian lainnya menyebutkan bahwa anak yang menonton program edukasi di televisi memiliki pencapaian akademik yang lebih baik di sekolah dasar.
Meskipun demikian, ternyata penelitian tersebut berlaku pada anak-anak TK dan usia sekolah. Lantas, bagaimana dengan bayi dan batita?
1. Menonton Televisi
Menonton televisi merupakan aktivitas pasif, yang membutuhkan keterampilan untuk mengerti ‘isinya’. Bagi bayi, televisi merupakan aliran gambar dua dimensi yang berubah setiap 5-8 detik, dan terlihat tidak memiliki hubungan satu sama lain.
Mereka juga tidak bisa menghubungkan gambar-gambar tersebut pada suara yang muncul dari televisi, orang ataupun objek yang sesungguhnya. Sebelum bayi dapat belajar melalui televisi, ia harus dapat menghubungkan gambar-gambar ini menjadi satu kesatuan yang bermakna.
Artikel Lainnya : Cara Tepat Mendidik Anak yang Keras Kepala
2. Televisi dan Bayi
Otak bayi yang baru lahir hingga usia 2 tahun sangat berbeda dari otak usia anak-anak. Dari televisi, bayi hanya menangkap sinar, warna, dan suara yang berubah-ubah.
Hal tersebut akan merebut perhatiannya sesaat. Namun ia belum mampu memroses apa yang dilihatnya maupun memperhatikannya dalam waktu lama.
Pada akhir tahun pertama, kemampuan kognitif dan persepsi bayi semakin membaik. Ia mulai mengenali orang dan benda-benda di layar televisi.
Namun ia tetap belum bisa menghubungkan gambar-gambar tersebut satu sama lain. Begitu juga dengan objek yang sesungguhnya.
3. Televisi untuk Mendidik
Sebagian besar peneliti setuju bahwa penggunaan televisi untuk tujuan pendidikan baru dapat dilakukan setelah anak berusia 3 tahun. Di usia tersebut anak sudah mulai mengerti hubungan antara televisi dan kenyataan yang sesungguhnya.
Selain itu, pengenalan televisi yang terlalu dini ditakutkan akan menyebabkan kecanduan pada anak. Bila sudah sampai tahap ini, anak justru menjadi pasif dan kehilangan kreativitasnya.
Anda mungkin pernah berada di situasi, di mana Anda sedang menyapu. Kemudian si Kecil datang dan merebut sapu yang Anda pegang lau meniru gerakan menyapu.
Ini merupakan tanda bahwa bayi dan batita belajar lebih baik melalui orang-orang di sekitarnya dibandingkan melalui gambar-gambar. Dengan kata lain, mereka akan cepat mengingat dan memahami berbagai hal yang dilihatnya secara langsung.
Ini tidak mengherankan. Sebab otak bayi dirancang untuk belajar melalui interaksi sosial. Sejak lahir, bayi dapat mengenali wajah, suara, dan peka terhadap isyarat sosial –seperti kontak mata, ekspresi wajah, dan nada suara.
Karena itu, lingkungan yang mengandung interaksi sosial dan emosional yang positif akan membuat bayi dan batita berkembang lebih optimal. Kini Anda sudah tahu, kan, sejauh mana televisi bisa memengaruhi perkembangan otak si kecil?
(NB/RH)