Tips Parenting

Yang Perlu Diperhatikan Ketika Orangtua Mau Curhat ke Anak

Ayu Maharani, 22 Mar 2021

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Ada kalanya Anda tak bisa menahan beban sendirian dan ingin curhat ke anak. Sebelum itu, pertimbangkan dulu beberapa hal berikut, ya.

Yang Perlu Diperhatikan Ketika Orangtua Mau Curhat ke Anak

Selama ini mungkin kita lebih sering mendengar tips agar anak mau curhat ke orangtua. Banyak hal yang perlu dilakukan agar ayah dan ibu bisa menjadi sahabat anak. Tapi, bagaimana jika sekarang posisinya dibalik? Apakah tetap ada aturan tertentu yang wajib diterapkan saat ortu mau curhat ke anak?

Jawabannya, tentu saja ada. Jika hal tersebut tidak diperhatikan oleh orangtua, dampaknya ke anak justru tidak baik, lho. Anda sebagai ayah atau ibunya, tidak mendapatkan perhatian yang diinginkan ketika mencurahkan isi hati.

Gracia Ivonika, M.Psi.,Psikolog pun membenarkan hal tersebut. Menurutnya, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan saat orangtua cerita pada anak. Hal yang dimaksud itu adalah:

1. Perhatikan Usia dan Kemampuan Anak

Ayah dan ibu harus memahami bahwa anak yang masih kecil masih belum bisa mencerna informasi dengan baik. Untuk arahan sederhana saja, beberapa anak masih suka melakukan kesalahan. 

“Jika yang disampaikan adalah masalah, tentu hal tersebut semakin susah diterima oleh anak. Masalah itu kan situasinya kompleks, ya. Jadi Anda perlu tahu dulu kapasitas dan kemampuan anak dalam memahami cerita,” jelasnya.

2. Gunakan Bahasa yang Mudah Dimengerti

Dunia orang dewasa dan anak itu berbeda. Sebisa mungkin gunakan bahasa yang simpel tanpa istilah-istilah yang rumit. 

Biarkan dia memahami dulu inti dari cerita Anda dan merasakan apa yang tengah dirasakan. Jika yang dipergunakan adalah kata-kata yang terlalu susah, baku, dan ambigu, anak hanya akan menghabiskan waktunya untuk mencari maksud kosakata itu. 

Artikel lainnya: Alasan Anak Perempuan Lebih Sering Curhat ke Sesama

1 dari 3

3. Pertimbangkan Dampaknya ke Anak

Psikolog Gracia menerangkan bahwa hal yang satu ini berhubungan dengan karakteristik si anak.

“Mungkin bagi ortu, keluhan Anda itu biasa-biasa aja. Tapi, untuk anak yang sensitif, ia akan menanggapinya dengan serius. Ia juga akan khawatir bahwa ayah/ibunya sedang tidak baik-baik saja,” terangnya lagi.

Sebagai contoh, di tengah menuju akhir bulan, orang dewasa yang mendapatkan penghasilan per bulan biasanya akan mengalami “krisis”. Hal seperti itu sangat biasa bagi orang yang sudah bekerja. “Krisis” yang dimaksud bukan berarti jatuh miskin.

Namun, anak yang perasa bisa mengartikannya lain. Curhatan orangtuanya akan benar-benar dipikirkan. Ia akan merasa sedih dan cemas dengan kondisi keluarganya. Bukan tak mungkin ia jadi ingin membantu orangtuanya bekerja dan jadi tak fokus belajar.

Artikel Lainnya: Mengapa Remaja Susah Curhat ke Orang Tua? Ini Kata Psikolog

2 dari 3

4. Tidak Perlu Terlalu Sering dan Lama

Curhat ke anak kadang membuat ortu lupa waktu. Entah saking serunya atau memang kebiasaan, waktu yang dipakai untuk cerita jadi panjang sekali. Ortu lupa jika anak juga punya kebutuhannya sendiri. 

Terlalu banyak waktu yang dipakai untuk mendengarkan keluh kesah orangtua, apalagi satu arah, justru bisa menularkan stres ke anak. Ketika kedua belah pihak stres, kondisi rumah justru semakin memanas dan tak nyaman. 

5. Langsung to The Point Saja 

Hindari menceritakan dan mengeluhkan latar belakang masalah yang terlalu detail ke anak, apalagi sampai berbelit-belit dan mengulang.

“Kita ambil contoh masalah ekonomi di masa pandemi. Ortu sebaiknya tidak mengeluh panjang lebar dan menanyakan langkah selanjutnya ke anak, yang ia sendiri pun belum tahu caranya. Langsung saja kasih arahan untuk berhemat jika kondisinya sedang sulit,” saran Gracia. 

Artikel lainnya: Curhat Bisa Bermanfaat bagi Kesehatan, Ini Alasannya

3 dari 3

6. Pilah-Pilih Topik Curhatan

Topik seks dan kebencian terhadap sesuatu sebaiknya tidak diceritakan kepada anak di bawah umur. Terdapat perbedaan antara mengedukasi dengan menceritakan pengalaman yang kurang penting. Jadi, jangan melewati batas.

Bisa-bisa anak Anda justru meniru hal-hal negatif yang Anda lakukan lewat curhatan tadi. 

7. Ceritakan tentang Cara Menyelesaikan Permasalahannya

Jangan cuma membagikan yang susah-susahnya saja, ya, Ayah dan Ibu. Jika masalahnya sudah selesai, psikolog Gracia menyarankan Anda untuk menceritakan cara penyelesaiannya juga. 

Tujuannya, agar anak mulai belajar tentang problem solving dan tetap tenang ketika berada di situasi yang kurang mengenakkan.

“Pastikan anak memahami pesan positif yang disampaikan dari curhatan orangtua, sehingga anak juga bisa belajar dan mendapatkan pemahaman dari perspektif yang positif, bukan malah merasa terbebani,” imbuh Gracia. 

Setelah membaca ulasan di atas, bisa jadi Anda mulai menyadari cara Anda curhat ke anak selama ini tidak tepat. Bila hal itu terjadi, jangan ragu untuk meminta maaf. 

“Jika merasa bersalah karena telah membebaninya atau kelepasan meluapkan emosi, jangan sungkan untuk meminta maaf,” tutur Gracia.

Setelah minta maaf, jelaskan juga bahwa hal sempat dilakukan tadi tidak boleh ditiru karena kurang baik.

Kini Ayah dan Ibu telah mengetahui sejumlah hal yang perlu dilakukan ketika ingin mencurahkan isi hati ke anak. Bila masih ada pertanyaan seputar pola asuh, tanyakan pada psikolog kami lewat fitur Live Chat di aplikasi Klikdokter.

[HNS/JKT]

pola asuh