Covid-19

Efek Samping Vaksin COVID-19 Moderna

dr. Adeline Jaclyn, 12 Apr 2022

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Efek samping vaksin Moderna pada tubuh bisa beragam, dari gejala ringan hingga berat. Apa saja reaksi vaksin moderna? Cek selengkapnya di sini.

Efek Samping Vaksin COVID-19 Moderna

Moderna merupakan salah satu vaksin COVID-19 yang digunakan di Indonesia. Kini, distribusi vaksin Moderna di Indonesia sudah memasuki penggunaan dosis ke-3 atau booster. 

Vaksin Moderna dibuat menggunakan metode mRNA. Cara kerja vaksin mRNA yaitu memberikan informasi genetik kepada tubuh agar menghasilkan protein virus atau bakteri. Dalam hal ini, protein lonjakan yang ditemukan di permukaan virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19.

Informasi genetik protein SARS-CoV-2 yang diberikan vaksin mRNA pada tubuh memicu sistem imun memproduksi antibodi yang spesifik. Tubuh kemudian mengidentifikasi dan menyiapkan sistem pertahanan untuk melawan infeksi virus SARS-CoV-2 di kemudian hari. 

Data uji klinis menunjukkan, vaksin Moderna memiliki tingkat kemanjuran 94,1 persen dalam mencegah gejala COVID-19

Kendati begitu, terdapat pula efek samping vaksin Moderna yang harus diketahui. Efeknya pun tidak selalu muncul pada setiap orang dan dapat dirasakan secara berbeda.

Artikel Lainnya: Terima Vaksin Booster Saat Puasa, Apa Efeknya bagi Tubuh

Efek Samping Vaksin Moderna yang Tergolong Umum

Beberapa efek samping umum atau reaksi vaksin Moderna adalah: 

  • Demam.
  • Nyeri di bekas suntikan.
  • Bengkak pada lengan.
  • Nyeri otot.
  • Merasa lelah.
  • Kedinginan.
  • Mual.
  • Muntah. 
  • Mengantuk.
  • Sakit kepala.

Berdasarkan hasil uji klinis, deretan efek samping tersebut dilaporkan terjadi sekitar 2-3 hari pascapenyuntikan dosis kedua.

Catatan dari Food and Drug Administration (FDA) di Amerika Serikat mengungkapkan, nyeri di bekas suntikan merupakan reaksi paling umum yang dialami 92 persen peserta vaksinasi. Ada pula kondisi kelelahan yang dialami 70 persen peserta.

Efek lelah dan mengantuk pada peserta vaksinasi Moderna disebabkan oleh sistem pertahanan tubuh yang tengah bekerja untuk membentuk antibodi.

Artikel Lainnya: Bolehkah Terima Vaksin COVID-19 saat Haid? Ini Kata Dokter

Efek Vaksin Moderna yang Jarang Terjadi

Sementara itu, FDA juga mencatat efek samping vaksin Moderna yang jarang terjadi dan kecil kemungkinannya dialami peserta vaksinasi. Dua di antaranya yaitu miokarditis dan perikarditis. 

Miokarditis merupakan kondisi peradangan di otot jantung. Sedangkan perikarditis adalah peradangan yang terjadi di bagian selaput jantung.

Kedua efek samping yang jarang terjadi ini dapat muncul selang beberapa hari pascapenyuntikan dosis kedua. Gejala lainnya, meliputi sesak napas, nyeri dada, dan jantung berdebar kencang.

Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), efek samping vaksin Moderna pada jantung paling sering terjadi pada remaja dan usia dewasa. Namun, sebagian besar pasien dapat cepat pulih setelah memperoleh pengobatan.

Selain miokarditis dan perikarditis, vaksin Moderna dianggap dapat menyebabkan sejumlah efek samping langka lainnya.

Artikel Lainnya: Daftar Orang yang Tidak Dapat Menerima Vaksin Booster

Efek samping ini disinyalir terjadi akibat tubuh merespons kandungan bahan-bahan tertentu di dalam vaksin. Berikut efek samping yang dapat terjadi:

  • Pembengkakan kelenjar getah bening ketiak.
  • Anafilaksis (alergi parah).
  • Sulit bernapas.
  • Pembengkakan pada area bibir dan wajah yang pernah diinjeksi implan.
  • Radang tenggorokan.
  • Ruam di sekujur tubuh.

Untuk itu, FDA sangat menganjurkan peserta vaksinasi Moderna yang mengalami efek samping berat agar melapor kepada dokter dan tenaga medis guna memperoleh penanganan lebih lanjut.

Itu dia sejumlah efek samping vaksin Moderna.  Jika ingin tanya lebih lanjut seputar vaksin virus corona, konsultasi ke dokter via Live Chat KlikDokter

(OVI/JKT)

Referensi:

NHS UK. Diakses 2022. Coronavirus (COVID-19) vaccines side effects and safety

Healthline. Diakses 2022. Moderna COVID-19 Vaccine Side Effects: How Long They Last

Vaksinasi
virus corona