Pertumbuhan gigi bungsu pada setiap orang tidaklah sama. Pada beberapa orang, gigi bungsu bisa tumbuh tidak sempurna atau mengalami impaksi.
Ada yang tumbuh sebagian, ada juga yang tertanam sepenuhnya sehingga tidak muncul ke permukaan.
Kondisi tersebut dikhawatirkan dapat menimbulkan permasalahan pada kesehatan, mulai dari penyakit periodontal hingga tidak jarang menjadi penyebab vertigo.
Untuk mengatasi pertumbuhan gigi bungsu yang tidak normal, biasanya perlu dilakukan pencabutan. Ini bertujuan untuk mencegah terjadinya masalah pada gigi.
Pengambilan gigi bungsu termasuk dalam perawatan bedah minor. Nah, bedah minor ini memiliki risiko tertentu.
Apa saja komplikasi operasi gigi bungsu yang bisa terjadi? Berikut beberapa di antaranya:
1. Edema
Edema atau pembengkakan adalah salah satu komplikasi operasi gigi bungsu dan operasi bedah gigi dan mulut (odontectomy) yang paling sering terjadi. Reaksi ini normal pada perawatan pembedahan.
Edema merupakan suatu tanda jika proses peradangan sedang terjadi. Peradangan dalam dunia kedokteran gigi diperlukan sebagai proses penutupan luka dan pembersihan daerah perlukaan dari bakteri.
Jadi, saat kamu mengalami efek ini, tidak perlu khawatir. Pasalnya, kondisi ini akan menghilang dengan sendirinya.
Jika sudah melaksanakan instruksi pasca pencabutan dengan baik, edema akan mencapai puncaknya di hari kedua dan menghilang pada hari kelima hingga hari ketujuh.
Artikel Lainnya: Mengatasi Bengkak Setelah Operasi Gigi Bungsu
2. Trismus
Trismus merupakan kondisi ketika seseorang tidak dapat membuka mulut lebar karena adanya gangguan pada otot pengunyahan. Penyebabnya adalah edema.
Edema akan membuat terjadinya perubahan jaringan di sekitar otot sehingga menimbulkan tekanan. Alhasil, terjadi keterbatasan dalam membuka mulut.
3. Parastesi
Saluran saraf yang berhubungan dengan gigi sangat banyak. Pada daerah rahang juga dapat dijumpai beberapa saluran saraf.
Nah, saluran saraf yang ada di dekat gigi bungsu rawan mengalami kerusakan pada saat proses pengambilan. Kondisi ini tak jarang menimbulkan parastesi atau sensasi abnormal, seperti kesemutan, mati rasa, dan gatal.
Kamu bisa mengalami berkurangnya rasa pada sisi pipi dekat gigi yang dilakukan pencabutan. Namun, hal tersebut akan membaik dalam waktu 4-8 minggu.
4. Nyeri
Nyeri merupakan komplikasi operasi gigi bungsu yang paling sering dialami pasien. Rasa nyeri ini normal terjadi, karena adanya pembedahan atau perlukaan.
Nyeri juga dapat disebabkan oleh proses peradangan yang sedang terjadi. Untuk meminimalkan rasa nyeri, dokter akan memberikan obat penghilang rasa sakit.
Artikel Lainnya: Tips Pemulihan Setelah Operasi Gigi Bungsu
5. Dry Socket
Setelah proses pencabutan, penutupan luka alami diharapkan terjadi. Penutupan luka alami biasanya tercipta oleh darah yang mengering.
Jika luka bekas pencabutan tidak kunjung mengering, akan terjadi kondisi basah yang membuat pasien merasakan ngilu hebat. Kondisi tersebut dinamakan dengan dry socket.
Efek operasi gigi bungsu ini dapat terjadi jika pasien tidak melakukan instruksi pasca pencabutan dengan baik.
Jika kamu mengalaminya, segera datang ke dokter gigi untuk mendapatkan evaluasi dan pembersihan bekas luka.
6. Bleeding
Luka tidak kunjung mengering akan mengalami pendarahan atau bleeding yang tidak kunjung berhenti. Jika kondisi tersebut disertai rasa ngilu, segeralah periksakan ke dokter gigi.
Penanganan pertama yang bisa kamu lakukan, yaitu dengan menutup dan tekan bekas luka menggunakan kasa steril. Jika kasa sudah basah, ganti dengan kasa berikutnya.
Setelah itu, kompres area bekas luka dengan es batu untuk membantu merangsang terjadinya penutupan luka.
Itulah sejumlah komplikasi operasi gigi bungsu yang sebaiknya kamu waspadai. Jika memiliki gigi bungsu yang impaksi, segera periksakan kepada dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Apabila memiliki pertanyaan seputar operasi gigi bungsu, kamu bisa menggunakan layanan Live Chat KlikDokter untuk berkonsultasi langsung dengan dokter.
Untuk selalu #JagaSehatmu, jangan lupa juga untuk baca informasi kesehatan lainnya di aplikasi KlikDokter.
[WA]
Referensi
Pedersen GO. 1988. Bedah mulut. Purwanto, Basoeseno, editor. Oral surgery. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1996. h. 60-100.
Balaji SM. Oral and maxillofacial surgery. Delhi: Elsevier. 2009: 230–242.
Lawler W, Ali A, William J. Buku pintar patologi untuk kedokteran gigi. Agus Djaya, editor. Essential pathology for dental students. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1992. h. 9-15.
Hendaya H, Kasim A. Parestesi sebagai komplikasi pascabedah molar tiga bawah impaksi. Jurnal Kedokteran Gigi 2004; 93–94.