Kesehatan Hewan

Mengapa Parasetamol Tidak Cocok dan Mematikan untuk Kucing

Parasetamol bisa berbahaya bahkan mematikan untuk kucing karena metabolisme mereka tidak dapat memprosesnya dengan baik. Pahami risikonya dan cara menjaga kucing tetap sehat.

Mengapa Parasetamol Tidak Cocok dan Mematikan untuk Kucing

Kucing, seperti manusia, bisa mengalami demam dan sakit. Ketika kucing tampak lesu, tidak nafsu makan, atau terlihat tidak nyaman, banyak pemilik kucing merasa ingin segera mengobati mereka dengan memberikan obat.

Salah satu obat yang kerap dipilih adalah paracetamol, obat penghilang nyeri dan penurun demam yang umum digunakan pada manusia.

Namun, meskipun paracetamol adalah obat yang aman bagi manusia jika digunakan sesuai dosis, obat ini dapat berbahaya, bahkan mematikan, bagi kucing.

Penggunaan parasetamol pada kucing dapat menyebabkan reaksi beracun yang mengancam kesehatan mereka.

Artikel ini akan menjelaskan mengapa parasetamol tidak cocok untuk kucing, bahaya yang ditimbulkannya, serta alternatif pengobatan yang lebih aman untuk mengatasi demam pada kucing.

Artikel lainnya: Cara Mengobati Kucing Flu

Mengapa Parasetamol Tidak Cocok untuk Kucing

Paracetamol, atau acetaminophen, adalah obat analgesik dan antipiretik yang digunakan untuk mengurangi nyeri dan menurunkan demam pada manusia.

Namun, sistem metabolisme kucing berbeda dari manusia dan bahkan hewan peliharaan lainnya, seperti anjing.

Salah satu perbedaan utama adalah bahwa kucing tidak memiliki enzim yang dibutuhkan untuk memetabolisme parasetamol dengan benar, sehingga zat ini menjadi beracun bagi tubuh mereka.

Beberapa alasan mengapa paracetamol sangat berbahaya bagi kucing adalah:

1. Ketidakmampuan kucing memetabolisme parasetamol

Paracetamol dipecah dalam hati oleh enzim yang disebut glucuronyl transferase, yang bertanggung jawab untuk mengkonjugasi paracetamol agar dapat dikeluarkan oleh tubuh.

Manusia dan anjing memiliki enzim ini dalam jumlah yang cukup, tetapi kucing kekurangan enzim ini, sehingga mereka tidak dapat memetabolisme parasetamol dengan baik.

Akibatnya, zat beracun yang disebut N-acetyl-p-benzoquinone imine (NAPQI) terbentuk di hati kucing, yang dapat merusak jaringan hati dan menyebabkan kerusakan pada sel-sel darah merah.

2. Kerusakan hati dan sel darah merah

Ketika kucing terpapar paracetamol, zat beracun NAPQI mulai menyerang hati dan menyebabkan kerusakan pada jaringan hati.

Selain itu, NAPQI juga mengikat sel darah merah dan menyebabkan oksidasi, sehingga hemoglobin (protein pengangkut oksigen dalam darah) tidak lagi berfungsi dengan baik.

Proses ini mengakibatkan terbentuknya methemoglobin, yang tidak dapat mengangkut oksigen secara efektif ke jaringan tubuh. Akibatnya, kucing bisa mengalami gejala kekurangan oksigen seperti sesak napas, gusi membiru, dan lemas.

3. Toksisitas parasetamol yang cepat

Paracetamol memiliki tingkat toksisitas yang sangat cepat pada kucing, bahkan dalam dosis kecil.

Hanya 50 hingga 100 mg paracetamol yang setara dengan setengah tablet kecil pada manusia dapat menyebabkan keracunan serius pada kucing dengan gejala seperti muntah, bengkak di wajah atau kaki, sesak napas, dan bahkan kerusakan organ yang mengancam jiwa.

Karena kucing sangat sensitif terhadap paracetamol, penggunaan obat ini tidak pernah direkomendasikan oleh dokter hewan dan dianggap sebagai kesalahan medis serius.

Artikel lainnya: Jenis Vitamin untuk Kucing agar Selalu Sehat

Gejala Keracunan yang Parah dan Cepat

Kucing yang mengalami keracunan paracetamol biasanya menunjukkan gejala dalam waktu 1 hingga 4 jam setelah konsumsi. Gejala-gejala tersebut termasuk:

  1. Nafas yang cepat dan berat.
  2. Perubahan warna pada gusi, bibir, atau lidah menjadi kebiruan atau kecokelatan.
  3. Lemas dan tidak responsif.
  4. Pembengkakan pada wajah atau kaki.
  5. Muntah dan kurang nafsu makan Jika gejala ini tidak segera ditangani, keracunan paracetamol pada kucing dapat menyebabkan kematian akibat kegagalan fungsi hati atau kekurangan oksigen yang parah.

Artikel lainnya: 20 Ciri-Ciri Kucing Sakit yang Harus Diwaspadai

Apa Pengganti Paracetamol untuk Kucing Demam?

Ketika kucing mengalami demam atau sakit, pemilik hewan peliharaan harus menghindari memberikan obat manusia secara langsung tanpa konsultasi dengan dokter hewan.

Ada beberapa alternatif pengobatan yang lebih aman dan efektif untuk kucing yang demam, yang hanya boleh diberikan setelah berkonsultasi dengan dokter hewan:

1. Konsultasi dan diagnosis dokter hewan

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah membawa kucing ke dokter hewan. Demam pada kucing bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi virus, bakteri, atau peradangan.

Dokter hewan akan memeriksa suhu tubuh kucing, mengidentifikasi penyebab demam, dan meresepkan obat yang aman dan sesuai dengan kondisi kucing.

2. Obat penurun demam khusus hewan

Dokter hewan mungkin akan meresepkan obat penurun demam yang dirancang khusus untuk kucing. Beberapa obat hewan yang mengandung zat aktif tertentu dapat diberikan dengan aman kepada kucing dalam dosis yang sesuai.

Sebagai contoh, meloxicam adalah obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) yang sering digunakan pada kucing, tetapi hanya boleh diberikan oleh dokter hewan yang telah menentukan dosis yang tepat.

3. Perawatan suportif

Selain obat-obatan, kucing yang demam juga memerlukan perawatan suportif. Pastikan kucing memiliki akses ke air minum segar untuk menghindari dehidrasi, yang umum terjadi saat kucing demam.

Pemilik juga bisa memberikan lingkungan yang tenang dan nyaman agar kucing merasa lebih baik. Jika kucing menolak makan, konsultasikan dengan dokter hewan untuk pemberian makanan khusus atau cairan nutrisi tambahan.

4. Penggunaan antibiotik atau antivirus sesuai rekomendasi dokter hewan

Jika demam pada kucing disebabkan oleh infeksi bakteri, dokter hewan mungkin akan meresepkan antibiotik yang aman untuk kucing.

Penggunaan antibiotik tanpa resep dokter hewan sangat tidak dianjurkan, karena bisa membahayakan kesehatan kucing jika tidak sesuai dengan dosis yang tepat.

Demikian pula, jika penyebab demam adalah infeksi virus, dokter hewan akan memberikan pengobatan yang sesuai dan mungkin merekomendasikan langkah-langkah imunisasi untuk mencegah infeksi di masa depan.

5. Pemantauan suhu tubuh secara berkala

Setelah diberikan perawatan, pemilik kucing sebaiknya memantau suhu tubuh kucing secara berkala untuk memastikan bahwa kondisinya semakin membaik. Suhu normal kucing berkisar antara 37,5 hingga 39,2 derajat Celcius.

Jika suhu tubuh kucing tetap tinggi atau meningkat setelah perawatan, segera konsultasikan kembali dengan dokter hewan.

Paracetamol, meskipun aman untuk manusia dalam dosis tertentu, sangat berbahaya bagi kucing karena sistem metabolisme mereka yang tidak dapat mengurai obat ini.

Kucing yang diberi paracetamol berisiko mengalami keracunan serius yang dapat menyebabkan kerusakan hati, kesulitan bernapas, dan bahkan kematian.

Oleh karena itu, sangat penting bagi pemilik kucing untuk menghindari penggunaan obat-obatan manusia pada hewan peliharaan mereka tanpa rekomendasi dokter hewan.

Sebagai gantinya, pilihan pengobatan yang lebih aman, seperti perawatan suportif dan obat khusus hewan, dapat diberikan dengan bimbingan dari profesional medis hewan.

Memahami perbedaan antara tubuh manusia dan hewan peliharaan sangat penting untuk menjaga kesehatan dan keselamatan mereka.

Dengan perawatan yang tepat dan konsultasi medis, pemilik kucing dapat membantu kucing mereka pulih dari demam dan penyakit dengan cara yang aman dan efektif, tanpa mengambil risiko dengan memberikan obat-obatan yang tidak sesuai.

Jaga kesehatan kucing Kamu dengan lebih baik! Unduh aplikasi media kesehatan KlikDokter untuk informasi terpercaya tentang perawatan hewan. Temukan juga tips kesehatan lainnya hanya di KlikDokter. Jangan lupa juga untuk selalu #JagaSehatmu ya!

  • Plumb, D. C. (2011). Plumb’s Veterinary Drug Handbook. Wiley-Blackwell.
  • Rumbeiha, W. K., & Fitzgerald, S. D. (2005). “Acetaminophen toxicosis in cats.” Veterinary Medicine, 100(8), 624-632.
  • Peterson, M. E., & Talcott, P. A. (2013). Small Animal Toxicology. Saunders.
  • Davis, L. E., & Westfall, T. D. (2010). “Analgesics and anti-inflammatory drugs in veterinary medicine.” Veterinary Pharmacology and Therapeutics, 9th ed., Blackwell Publishing.