Anjuran minum delapan gelas air putih setiap hari tentunya sering Anda dengar. Jika terbiasa melakukannya, berarti kebutuhan cairan tubuh sudah terpenuhi.
Bagaimana jika yang terjadi justru sebaliknya? Kurang minum bisa menyebabkan timbulnya dehidrasi atau kekurangan cairan.
Sekitar 70 persen tubuh manusia mengandung cairan yang berperan penting untuk mendukung kinerja organ. Begitu tubuh mengalami dehidrasi, kerja organ pun terganggu atau lebih buruknya lagi, bisa berhenti berfungsi.
Gejala yang umumnya timbul akibat dehidrasi meliputi kulit kering, mata cekung, bibir serta mulut kering, frekuensi buang air kecil menurun, serta urine berwarna kuning pekat.
Jika dehidrasi tidak ditangani dengan tepat, hal tersebut dapat memicu terjadinya komplikasi. Berikut adalah sejumlah komplikasi dehidrasi yang perlu Anda waspadai:
1. Gagal Ginjal
Gagal ginjal merupakan komplikasi dehidrasi yang paling umum.
Pasalnya, ginjal memiliki tugas mengeluarkan zat sisa metabolisme yang tidak diperlukan tubuh lewat urine. Jika tubuh kekurangan cairan, zat sisa itu tetap menumpuk dalam tubuh.
Dehidrasi bisa berdampak pada penyakit batu ginjal dan infeksi saluran kemih. Apabila keadaan tersebut tidak segera ditangani, gagal ginjal pun dapat terjadi.
Artikel lainnya: Hati-Hati, Makanan dan Minuman Ini Bisa Memicu Dehidrasi
2. Gangguan Keseimbangan Elektrolit
Tubuh manusia membutuhkan elektrolit sebagai penghantar sinyal listrik antarsel. Ketika mengalami dehidrasi, otomatis terjadi pula gangguan keseimbangan elektrolit yang berupa penurunan atau peningkatan jumlah elektrolit tertentu.
Padahal, keseimbangan elektrolit harus dijaga agar semua organ tubuh berfungsi baik. Jika tidak, sistem organ vital tubuh bisa terdampak.
Gangguan elektrolit akibat dehidrasi hebat bisa ditandai dengan hilangnya cairan lewat keringat berlebih, diare, atau muntah.
Apabila kondisi ketidakseimbangan elektrolit parah ini tidak segera ditangani, bisa muncul dampak serius, seperti serangan jantung, kejang, dan koma.
3. Tekanan Darah Menurun
Tekanan darah disebut rendah jika berada di bawah angka 90/60 mmHg. Kondisi ini merupakan komplikasi dehidrasi. Sebab, dehidrasi dapat menurunkan volume darah di dalam tubuh.
Volume darah merujuk pada sejumlah cairan yang bersirkulasi di pembuluh darah. Penting untuk memastikan volume darah berada di angka normal, agar seluruh jaringan tubuh bisa menerima darah dalam jumlah cukup.
Saat tubuh mengalami dehidrasi, penurunan volume darah akan terjadi sehingga organ-organ tidak dapat memperoleh oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan untuk bekerja dengan baik.
Artikel lainnya: Dehidrasi, Dampak DBD yang Harus Ditangani dengan Cepat
4. Kesadaran Menurun
Seperti yang telah dijelaskan di atas, sirkulasi darah bisa terganggu saat tubuh mengalami dehidrasi hebat. Padahal, darah mengandung oksigen dan nutrisi yang berguna untuk menyokong kerja organ-organ vital tubuh.
Ketika volume darah berkurang dan sirkulasi darah terhambat, kinerja organ tubuh pun dapat terganggu.
Situasi tersebut bisa membuat tubuh mengalami ketidakseimbangan elektrolit. Bila kondisi dehidrasi tidak ditangani lebih lanjut, komplikasi yang lebih parah dapat terjadi, misalnya pingsan.
5. Badan Semakin Lemas
Jika tubuh kita kekurangan cairan, maka akan mengalami kondisi badan lemas.
Ini ada kaitannya dengan penurunan volume darah, sehingga jantung akan bekerja lebih keras untuk mendistribusikan oksigen dan nutrisi ke organ tubuh lainnya, termasuk otot.
Tak heran, saat mengalami dehidrasi, badan Anda dapat terasa kurang berenergi. Pasalnya, tubuh berusaha keras untuk tetap berfungsi tanpa asupan cairan yang cukup. Bila dibiarkan, kelelahan yang dialami bisa berdampak fatal bagi tubuh.
6. Heat Injury
Kurang minum saat melakukan aktivitas berat atau ketika cuaca sedang panas terik, dapat menyebabkan Anda mengalami heat injury.
Komplikasi dehidrasi ini bisa beragam, mulai dari heat cramp ringan, heat exhaustion, sampai heat stroke yang mengancam jiwa. Apa perbedaan di antara ketiganya?
Heat cramp merupakan tahap pertama dari kegawatdaruratan panas (heat emergency).
Heat cramp umum terjadi ketika Anda aktif secara fisik di tengah cuaca panas, tetapi juga bisa terjadi akibat cuaca yang sangat panas. Nyeri otot dan sesak adalah dua gejala paling umum.
Artikel lainnya: Waspada, Dehidrasi Bisa Ganggu Kehidupan Seksual Anda
Heat exhaustion memiliki gejala yang sedikit lebih kompleks daripada heat cramp. Kondisi ini umum dialami atlet atau siapa saja yang beraktivitas di tengah cuaca panas ekstrem.
Beberapa gejala yang sering muncul pada kondisi heat exhaustion, yaitu pusing, detak jantung cepat, rasa haus luar biasa, keringat berlebihan, mual dan muntah, serta kulit pucat.
Sementara itu, heat stroke merupakan tingkat yang paling parah. Selain memunculkan gejala yang mirip heat exhaustion, ada beberapa tanda lain yang patut diwaspadai.
Sebut saja halusinasi, suhu tubuh melebihi 40 derajat Celsius, disorientasi, denyut nadi cepat atau terlalu lemah, kejang, sampai kehilangan kesadaran.
7. Kerusakan Otak
Karena tubuh manusia mengandung sekitar 70 persen air, semua sel di dalam tubuh, termasuk sel otak, hanya bisa bekerja baik jika asupan cairan tubuh terpenuhi.
Jika tubuh mengalami dehidrasi, sel otak tidak bisa berfungsi baik sehingga dapat mengarah ke masalah kognitif.
Akibatnya, Anda akan merasa sulit untuk konsentrasi. Hal ini juga bisa menurunkan kemampuan kognitif dan motorik.
Hasil penelitian menunjukkan, tingkat dehidrasi sebanyak dua persen saja sudah bisa menurunkan performa seseorang saat mengerjakan tugas-tugas yang membutuhkan perhatian, motorik, dan memori.
Setiap kelompok usia memiliki komplikasi dehidrasi yang berbeda-beda. Ketika kelompok usia 65 tahun mengalami dehidrasi, mereka berisiko tinggi terkena demensia.
Meskipun dehidrasi berhubungan dengan disfungsi otak, belum bisa dipastikan apakah kondisi kekurangan cairan tersebut dapat menjadi penyebab demensia.
8. Kematian
Saat Anda kehilangan cairan sebanyak 10 persen atau lebih dari berat tubuh, dehidrasi yang terjadi sudah bisa dikatakan berat dan suhu tubuh pun mulai tidak terkontrol.
Tubuh dapat mulai “mengering”, sirkulasi darah terhambat, dan kinerja organ vital tubuh menurun.
Dehidrasi berat yang tidak diimbangi penanganan tepat dapat memperbesar risiko kematian. Risiko ini rentan dialami kelompok usia bayi dan anak-anak.
Perlu diketahui, dehidrasi akibat diare merupakan penyebab kematian utama anak-anak di dunia. Data UNICEF pada tahun 2017 menyebutkan sekitar 8 persen kematian kelompok usia anak di bawah 5 tahun disebabkan oleh diare.
Artinya, lebih dari 1.300 anak meninggal setiap hari atau sekitar 480.000 anak dalam satu tahun.
Artikel lainnya: Waspada Bahaya Dehidrasi akibat Diare
9. Kejang
Salah satu komplikasi dehidrasi adalah kejang. Kejang merupakan gerakan kontraksi berulang secara involunter (tidak terkontrol). Kondisi ini terjadi akibat adanya ketidakseimbangan elektrolit.
Elektrolit merupakan salah satu sinyal komunikasi antarsel di dalam tubuh. Ketika terjadi ketidakseimbangan elektrolit, utamanya kalsium dan natrium, maka pesan antar sel akan terganggu.
Hal tersebut dapat menyebabkan gerakan otot secara involunter atau kejang.
10. Syok Hipovolemik
Syok hipovolomeik merupakan sebuah kondisi gawat darurat akibat berkurangnya volume cairan atau darah di dalam tubuh. Kondisi ini ditandai dengan kesadaran yang mulai menurun dan tekanan darah di bawah 80/60 mmHg.
Jika tidak segera ditangani, maka syok hipovolemik dapat mengancam jiwa. Hal itu karena volume darah tubuh tidak cukup untuk mendistribusikan nutrisi dan oksigen ke seluruh tubuh.
Itulah beberapa komplikasi dari dehidrasi yang dapat terjadi. Jika Anda ingin tanya lebih lanjut mengenai topik ini, konsultasikan ke dokter via Live Chat atau baca terus artikel kesehatan di aplikasi KlikDokter.
[RS]