Alergi merupakan reaksi tubuh yang berlebihan terhadap zat atau material tertentu qxyang sebenarnya tidak berbahaya.
Ragam alergi yang dialami manusia cukup luas, mulai dari alergi makanan, debu, serbuk sari, obat-obatan, hingga bahan-bahan tertentu yang menyentuh kulit.
Salah satu jenis alergi yang cukup unik namun tidak banyak disadari adalah alergi terhadap logam atau metal.
Meskipun terdengar tidak biasa, alergi logam cukup umum dan dapat memengaruhi banyak orang, terutama mereka yang memiliki kulit sensitif atau sistem kekebalan tubuh yang rentan terhadap bahan logam tertentu.
Alergi logam atau metal ini sering kali muncul ketika seseorang menggunakan perhiasan, alat medis, atau barang sehari-hari yang mengandung unsur logam seperti nikel, kobalt, dan kromium.
Reaksi alergi yang ditimbulkan oleh logam dapat bervariasi, mulai dari ruam kulit hingga reaksi yang lebih serius seperti gatal-gatal dan pembengkakan.
Bersama dr. Dyah Novita Anggraini, artikel ini akan membahas mengapa seseorang bisa mengalami alergi logam, gejala yang muncul, dan cara mengatasinya agar tetap bisa menjalani aktivitas sehari-hari dengan nyaman.
Artikel lainnya: 9 Penyakit Penyebab Kulit Gatal yang Tidak Boleh Disepelekan
Mengapa Seseorang Bisa Alergi pada Logam atau Metal?
Alergi logam atau metal biasanya terjadi karena sistem kekebalan tubuh bereaksi terhadap partikel logam yang masuk ke dalam kulit atau tubuh.
Sistem kekebalan menganggap partikel logam ini sebagai "ancaman," dan menghasilkan reaksi peradangan sebagai upaya untuk melindungi tubuh. Salah satu logam yang paling sering memicu alergi adalah nikel.
Nikel ditemukan dalam banyak produk sehari-hari seperti perhiasan, koin, kancing, kacamata, dan bahkan dalam beberapa jenis makanan.
Selain nikel, logam lain yang sering menyebabkan alergi adalah kromium dan kobalt, yang sering digunakan dalam produk logam industri, kosmetik, atau bahan pelapis. Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang lebih rentan terhadap alergi logam:
1. Genetik
Alergi logam, seperti jenis alergi lainnya, dapat diturunkan dalam keluarga. Jika salah satu orang tua memiliki riwayat alergi logam, kemungkinan anak juga akan mengalami hal yang sama.
2. Paparan yang berulang
Semakin sering seseorang terpapar logam tertentu, semakin tinggi risiko alergi berkembang. Penggunaan perhiasan logam setiap hari, pemasangan alat medis berbahan logam seperti kawat gigi, atau penggunaan kosmetik yang mengandung logam bisa memicu reaksi alergi.
3. Kerentanan kulit
Orang yang memiliki kondisi kulit sensitif atau penyakit kulit seperti eksim lebih berisiko mengalami alergi logam. Kulit yang sudah rentan mengalami iritasi lebih mudah bereaksi terhadap paparan logam.
4. Lingkungan kerja
Pekerjaan yang melibatkan logam berat atau paparan logam dalam jumlah besar seperti pekerjaan di bidang industri, pertambangan, atau perhiasan dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami alergi logam.
Artikel lainnya: Penyebab Kulit Gatal Seluruh Badan dan Cara Mengatasinya
Tanda yang Muncul Bila Seseorang Alergi terhadap Logam atau Metal
Alergi logam biasanya memunculkan gejala yang paling terlihat pada kulit, karena sebagian besar logam bersentuhan langsung dengan kulit.
Gejala yang paling umum muncul adalah dermatitis kontak, yaitu peradangan pada kulit yang disebabkan oleh kontak langsung dengan zat yang memicu alergi. Berikut beberapa tanda yang muncul saat seseorang mengalami alergi logam:
1. Ruam merah
Salah satu gejala yang paling umum dari alergi logam adalah munculnya ruam merah pada area kulit yang bersentuhan langsung dengan logam.
Misalnya, ruam di sekitar telinga setelah mengenakan anting-anting, atau di sekitar pergelangan tangan setelah memakai jam tangan.
2. Gatal-gatal
Gatal yang intens di sekitar area yang terpapar logam juga merupakan gejala yang sering muncul. Kulit bisa terasa panas dan gatal selama berjam-jam atau bahkan berhari-hari setelah terpapar.
3. Pembengkakan dan lepuhan
Dalam kasus yang lebih serius, kulit yang terpapar logam bisa membengkak dan terbentuk lepuhan kecil yang berisi cairan. Lepuhan ini bisa menyebabkan rasa sakit dan iritasi lebih lanjut.
4. Kulit kering atau bersisik
Beberapa orang mengalami kulit kering atau bersisik setelah kontak dengan logam. Gejala ini bisa berlangsung lebih lama dan menyebabkan ketidaknyamanan.
5. Reaksi sistemik (jarang terjadi)
Meskipun jarang, beberapa individu yang sangat sensitif bisa mengalami reaksi alergi yang lebih luas dan berat, seperti kesulitan bernapas atau pembengkakan pada bagian tubuh yang lain. Reaksi ini memerlukan penanganan medis segera.
Artikel lainnya: Penyakit Kulit yang Bisa Muncul Akibat Kosmetik dan Skincare
Cara Mengatasi Alergi Logam atau Metal
Mengelola alergi logam memerlukan kombinasi antara pencegahan dan perawatan. Langkah-langkah berikut bisa membantu mengatasi alergi logam atau setidaknya meminimalkan gejala yang muncul:
1. Menghindari paparan logam
Langkah paling efektif untuk mencegah alergi logam adalah dengan menghindari kontak langsung dengan logam pemicu alergi, terutama nikel, kobalt, dan kromium. Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan:
- Gunakan perhiasan tanpa nikel
Saat memilih perhiasan, pastikan produk tersebut bebas dari nikel atau terbuat dari logam yang aman seperti emas murni, perak sterling, atau titanium.
- Hindari produk dengan kandungan logam
Beberapa produk kosmetik, seperti eyeshadow atau cat kuku, mungkin mengandung logam. Bacalah label produk dengan teliti untuk menghindari produk yang mengandung bahan berisiko.
- Lindungi kulit dengan lapisan pelindung
Jika harus mengenakan barang logam, seperti kancing atau gesper, cobalah untuk melapisi logam dengan selotip atau cat bening untuk mencegah kontak langsung dengan kulit.
2. Penggunaan krim kortikosteroid
Untuk mengatasi ruam atau iritasi yang sudah muncul, dokter sering meresepkan krim kortikosteroid. Krim ini membantu meredakan peradangan dan mengurangi rasa gatal serta bengkak.
3. Antihistamin
Antihistamin dapat digunakan untuk meredakan gejala alergi seperti gatal-gatal dan pembengkakan. Obat ini bekerja dengan menghambat produksi histamin, zat kimia yang dilepaskan oleh sistem kekebalan tubuh saat terjadi reaksi alergi.
4. Penggunaan krim pelembap
Kulit yang mengalami alergi logam sering kali menjadi kering dan bersisik. Menggunakan krim pelembap yang hypoallergenic secara rutin bisa membantu menjaga kelembapan kulit dan mencegah gejala semakin parah.
5. Terapi desensitisasi
Untuk beberapa kasus yang sangat parah dan kronis, dokter mungkin menyarankan terapi desensitisasi, di mana pasien secara bertahap dipaparkan pada logam yang memicu alergi dalam jumlah kecil hingga tubuh beradaptasi dan gejala alergi berkurang. Terapi ini memerlukan pengawasan ketat dari dokter.
6. Menggunakan produk pengganti
Bagi mereka yang bekerja di lingkungan dengan banyak logam, mengenakan sarung tangan pelindung atau menggunakan alat kerja berbahan non-logam bisa membantu mencegah reaksi alergi.
Alergi logam adalah kondisi yang cukup umum dan bisa sangat mengganggu, terutama bagi mereka yang sering terpapar logam melalui perhiasan, alat medis, atau pekerjaan.
Meskipun penyebab pastinya bervariasi, alergi logam sebagian besar disebabkan oleh respons berlebihan sistem kekebalan tubuh terhadap unsur logam tertentu seperti nikel, kromium, dan kobalt.
Gejalanya terutama muncul pada kulit dalam bentuk ruam, gatal, atau bahkan lepuhan. Mengelola alergi logam membutuhkan kombinasi tindakan pencegahan, pengobatan dengan krim kortikosteroid atau antihistamin, serta penggunaan produk yang bebas dari logam.
Dengan langkah-langkah pencegahan yang tepat, seseorang yang memiliki alergi logam tetap dapat menjalani kehidupan sehari-hari dengan nyaman dan minim gangguan.
Untuk informasi lebih lanjut tentang alergi logam atau metal, serta tips kesehatan lainnya, download aplikasi media kesehatan KlikDokter sekarang dan akses berbagai artikel kesehatan yang bermanfaat! Jangan lupa untuk selalu #JagaSehatmu ya.
- Sharma, A. D. (2007). Nickel allergy and its clinical implications. Indian Journal of Dermatology, Venereology, and Leprology, 73(5), 307-312.
- Thyssen, J. P., & Menné, T. (2010). Metal allergy—a review on exposures, penetration, genetics, prevalence, and clinical implications. Chemical Research in Toxicology, 23(2), 309-318.
- Gawkrodger, D. J. (2005). Nickel sensitivity and allergic contact dermatitis: Epidemiology, immunology, and clinical impacts. The British Journal of Dermatology, 153(4), 549-556.Jacob, S. E., & Silverberg, N. B. (2007). Nickel allergic contact dermatitis. Pediatric Dermatology, 24(1), 39-43.