Penyakit kusta memang tidak terdengar sesering kasus demam atau diabetes. Namun, tetap ada beberapa orang di Indonesia yang masih mengalaminya.
Angka prevalensi kusta di Indonesia pada tahun 2017 yaitu sebesar 0,70 kasus per 10.000 penduduk. Angka penemuan kasus baru sebesar 6,08 kasus per 100.000 penduduk.
Sayangnya, Indonesia masih menempati peringkat ketiga negara dengan penderita kusta terbesar setelah India dan Brazil. Wilayah yang masih terdeteksi angka kejadian kusta yaitu Jawa bagian timur, Sulawesi, Papua, Papua Barat, Maluku, dan Maluku Utara.
Bahkan, World Health Organization (WHO) mengkategorikan kusta sebagai salah satu penyakit tropis yang terabaikan (neglected tropical disease). Agar dapat terhindar, kita perlu mengenal penyakit kusta lebih jauh lagi.
Kusta merupakan penyakit infeksi pada saraf dan kulit, penyebab kusta adalah bakteri Mycobacterium leprae. Penularan penyakit ini dapat melalui pernapasan, udara, atau kontak langsung dengan penderita yang belum diobati.
Artikel lainnya: Yuk, Kenali Bakteri Penyebab Kusta
Kusta Bisa Menyebabkan Kebutaan?
Salah satu gejala umum kusta selain adanya bercak baal atau mati rasa adalah kerusakan pada mata. Kerusakan ini dapat meliputi gangguan refleks berkedip, tidak menutupnya kelopak mata (lagoftalmus), hingga yang terburuk adalah kebutaan.
Maka dari itu, pemerintah sangat mengimbau agar penyakit ini bisa ditangani lebih awal untuk mencegah terjadinya kecacatan. Untuk mendiagnosis penyakit ini sejak dini, masyarakat perlu diedukasi mengenai ciri-ciri penyakit kusta yang meliputi:
- Timbul bercak pada kulit yang dirasakan mati rasa saat disentuh.
- Area kulit yang mengalami bercak lebih kering, kaku, dan tebal.
- Adanya luka namun tidak terasa sakit.
Bercak ini dapat berwarna kemerahan atau putih mirip panu dengan ukuran seperti koin atau sebesar telapak tangan. Oleh karena itulah kusta sering disalahartikan sebagai penyakit kulit lainnya.
Saat menemukan gejala awal, sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter terdekat. Semakin cepat diketahui dan diobati, maka komplikasi kecacatan kusta dapat dicegah.
Jangan biarkan kusta menjadi momok dan disebut sebagai “penyakit kutukan”.
Artikel lainnya: Tes Buta Warna
Stigma ini akan membuat pasien malu dan sungkan berobat ke dokter karena takut dikucilkan dari masyarakat. Padahal, kusta sama sekali bukanlah penyakit keturunan yang bisa disepelekan.
Umumnya, kusta membutuhkan pengobatan selam 6-12 bulan menggunakan obat khusus yaitu MDT (Multidrug Therapy). Pemerintah telah menyediakan obat ini secara gratis di puskesmas terdekat.
Cara Mencegah Penularan Kusta
Berikut beberapa langkah yang bisa Anda lakukan untuk menghindari terkena kusta:
- Menjaga sistem kekebalan tubuh adalah kunci pencegahan kusta. Dengan memiliki pertahanan yang baik, maka tubuh dapat mengeliminasi bakteri yang menginfeksi.
- Tingkatkan daya tahan tubuh dengan mengonsumsi makanan bergizi, cukup istirahat, olahraga rutin, hindari stres berlebih, dan konsumsi suplemen vitamin bila diperlukan.
- Hindari bepergian ke daerah endemik kusta.
- Pastikan rumah memiliki ventilasi yang baik dan sinar matahari dapat masuk. Hal ini akan mencegah berkembangnya bakteri kusta.
- Hindari menggunakan peralatan pribadi secara bergantian dengan orang yang dicurigai atau terdiagnosis kusta.
- Jagalah kebersihan diri dengan selalu mencuci tangan.
- Gunakan masker untuk mencegah penularan.
- Ingatkan kerabat yang terjangkit penyakit ini untuk berobat rutin.
Kusta bukanlah penyakit yang menyeramkan dan tidak dapat disembuhkan. Dengan lebih awal terdiagnosis dan diobati dengan tepat, gangguan ini bisa teratasi dan dicegah komplikasinya termasuk kebutaan.
Ingin tahu lebih lengkap seputar penyakit kusta atau penyakit kulit lainnya? Yuk konsultasi dengan dokter via Live Chat di aplikasi KlikDokter, hadir 24 jam untuk Anda!
(FR/ RH)