Mungkin Anda nyaris tidak pernah mendengar istilah TBC kulit. Kondisi yang cukup dikenal, bakteri Mycobacterium tuberculosis penyebab TBC menyerang organ paru.
Padahal, bakteri yang sama juga bisa menginfeksi kulit! Bagaimana gejala dan cara mengatasinya, simak penjelasannya berikut ini.
Apa Itu TBC Kulit?
Hal tersebut dibenarkan oleh dr. Sepriani T. Limbong. Berdasarkan penjelasannya, kuman Mycobacterium tuberculosis, memang bisa menyerang hampir semua sistem organ manusia, tidak hanya paru.
“Kalau ke tulang namanya TB tulang, kalau ke kelenjar getah bening namanya TB kelenjar, kalau ke ginjal jadi TB ginjal. Nah, kalau ke kulit disebut TB Kulit atau cutaneous tuberculosis,” ujar dr. Sepri.
TBC kulit adalah kondisi yang jarang. Bahkan, di negara seperti India dan Cina yang masih cukup banyak kasus TB, cutaneous tuberculosis masih jarang terjadi atau <0,1 persen.
Sebagian besar proses perjalanan penyakit tuberkulosis berawal dari saluran pernapasan. Nantinya, dari paru, kuman TB bisa ikut ke pembuluh darah dan menginfeksi organ lain.
“Kuman TB juga bisa masuk langsung ke kulit, biasanya diawali dari luka dulu. Area yang paling sering adalah telapak kaki,” ujar dia lagi.
Respon imun pasien dan virulensi mikobakteri menentukan jenis dan tingkat keparahan TB kutis. Selain itu, dijelaskan dr. Sepriani, tanda gejala TBC kulit tergantung dari jenisnya.
“Tentunya, gejala tersebut disertai juga tanda-tanda khas infeksi TB. Misalnya, keringat malam, demam, berat badan turun tanpa sebab yang jelas selama setidaknya dua minggu,” ujarnya lagi.
Artikel Lainnya: Ini yang Harus Anda Lakukan Saat Kena TBC
Jenis-Jenis TBC Kulit
Perkumpulan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin (Perdosi) membagi jenis TBC kulit ke dalam primer dan sekunder.
TBC kulit primer, yakni tuberkulosis chancre adalah infeksi langsung pada kulit atau selaput lendir dari sumber luar mikobakteri menghasilkan luka awal.
Luka ini memiliki lekukan yang dangkal, kokoh, dan juga kasar saat diraba. Ini bisa berlangsung 2-3 minggu sejak kuman masuk ke dalam tubuh. Sementara itu, jenis TBC kulit sekunder, adalah berikut ini.
-
TB verrucosa cutis
TB verrucosa cutis terjadi setelah masuknya langsung bakteri TB ke kulit seseorang.
Ditandai sebagai pertumbuhan kutil keunguan atau merah kecokelatan. Lesi paling sering terjadi pada lutut, siku, tangan, kaki, dan bokong.
Luka dapat bertahan selama bertahun-tahun, tapi dapat hilang bahkan tanpa pengobatan.
-
Lupus vulgaris
Ini adalah jenis TB yang cepat berkembang serta progresif. Gejala kelainan kulit ini berupa kelompok benjolan berwarna cokelat kemerahan, dengan konsistensi seperti agar-agar (disebut nodul jeli apel)
Benjolan ini bertahan selama bertahun-tahun, menyebabkan kerusakan, bahkan dapat berujung pada kanker kulit.
Artikel Lainnya: Efek Samping Obat Tuberkulosis yang Perlu Diwaspadai
-
Skrofuloderma
Lesi kulit terjadi akibat penjalaran infeksi TB dari organ di bawah kulit, utamanya kelenjar getah bening; tapi bisa juga dari tulang, atau sendi. Jenis ini kerap dikaitkan dengan TBC paru.
Gejala TBC kulit Skrofuloderma adalah luka terasa keras dan tidak nyeri, tapi bisa membentuk borok atau pembengkakan.
Skrofuloderma dapat sembuh tanpa pengobatan, meski membutuhkan waktu bertahun-tahun dan meninggalkan luka parut tak beraturan.
-
Miliary TB
Pada jenis ini, infeksi TB kronis telah menyebar dari infeksi primer (biasanya di paru-paru) ke organ dan jaringan lain melalui aliran darah.
Luka pada kulit berbentuk bintik merah kecil yang berkembang menjadi bisul dan abses. Biasanya, terjadi pada orang dengan imun rendah, misalnya HIV, AIDS, dan kanker.
Artikel Lainnya: Sering Batuk, Benarkah Selalu Gejala TBC?
Perawatan untuk TBC Kulit
Dokter Sepri menjelaskan, untuk menegakkan diagnosis, biasanya dokter akan melakukan sejumlah pemeriksaan.
“Misalnya, pemeriksaan biopsi kulit. Jadi diambil jaringan kulitnya lalu diperiksa di bawah mikroskop. Selain itu, pemeriksaan bakteriologik, atau pewarnaan Ziehl Nielsen namanya, untuk menemukan kuman MTb-nya,” tutur dia.
Usai diketahui, penderita penyakit TB paru atau luar paru perlu diobati dengan obat antituberkular.
Ini biasanya melibatkan kombinasi antibiotik yang diberikan selama beberapa bulan dan terkadang bertahun-tahun.
Terkadang, eksisi bedah (operasi pengangkatan entitas, seperti organ, tumor, lesi) untuk TB kulit lokal dilakukan.
Dokter Sepri mengingatkan, cara mencegah bakteri penyebab TBC sebenarnya sama dengan TBC pada umumnya. Yaitu, menjaga kebersihan dan pemenuhan nutrisi yang baik.
"Pastikan juga ventilasi di rumah baik. Kuman TB paling senang di tempat gelap dan lembap. Kalau ada kondisi khusus seperti diabetes, hipertensi, HIV, Anda harus rutin kontrol. Biasanya, TB semakin parah kalau ada komorbid seperti itu," kata dia.
”Satu hal lagi, jangan lupa untuk vaksin BCG, khususnya untuk bayi,” dr. Sepri menambahkan.
Dapatkan informasi terbaru seputar kesehatan hanya di aplikasi Klikdokter.
(AYU/ARM)