Beberapa wilayah di Indonesia sedang diselimuti kabut asap akibat kebakaran hutan. Fenomena ini tak hanya mengancam fungsi pernapasan, tapi juga berpotensi memberikan efek negatif pada kesehatan mata.
Dikatakan oleh dr. Arina Heidyana dari KlikDokter, iritasi mata adalah kondisi selain gangguan saluran napas yang bisa terjadi akibat paparan kabut asap kebakaran hutan. Iritasi mata khususnya terjadi pada orang-orang yang terpapar kabut asap secara berulang tanpa perlindungan.
“Iritasi mata merupakan dampak yang paling banyak terjadi jika mata terus terkena paparan kabut asap. Biasanya, mata akan terasa lebih gatal, berair dan berubah menjadi merah,” ungkap dr. Arina.
Tak hanya iritasi, kabut asap akibat kebakaran hutan juga bisa menyebabkan mata kering. Ini terjadi karena zat kimia yang terdapat pada kabut asap bisa menempel pada lapisan mata, yang pada akhirnya mengurangi efektivitas fungsi kelopak mata untuk melembapkan.
“Bagi orang-orang yang mengalami mata kering, membasuh mata dengan air bersih atau obat tetes mata dapat dijadikan tindakan alternatif untuk mengurangi keluhan. Sebab, tindakan tersebut mampu menghilangkan partikel-partikel yang mampu merusak lapisan mata,” ujar dr. Arina.
Di samping iritasi dan mata kering, paparan kabut asap akibat kebakaran hutan juga bisa menyebabkan konjungtivitis. Ini adalah penyakit mata yang terjadi akibat peradangan selaput lendir mata. Konjungtivitis ditandai dengan mata yang terasa perih, berair, dan berwarna merah.
“Jika terjadi konjungtivitis akibat paparan kabut asap, pengobatannya adalah dengan meneteskan air mata buatan (artificial tears) secara berkala hingga iritasi sepenuhnya teratasi,” ungkap dr. Arina.
Bahaya lain akibat kabut asap kebakaran hutan
Selain berbahaya bagi pernapasan dan sistem penglihatan (mata), paparan kabut asap akibat kebakaran hutan yang terjadi berulang juga berisiko menyebabkan terjadinya:
-
Alergi
Menurut dr. Devia Irine Putri, paparan kabut asap tak hanya memicu munculnya masalah pada saluran napas dan mata. Kondisi tersebut juga bisa menyebabkan alergi yang berkepanjangan.
-
Gangguan kulit
Kabut asap akibat kebakaran hutan mengandung senyawa kimia berbahaya, yang jika terpapar ke kulit secara berulang dan berkelanjutan dapat merusak struktur kolagen dan menghambat produksinya.
Maka itu, jika Anda tinggal berdekatan dengan lokasi terjadinya kabut asap, gunakanlah pakaian tertutup saat berada di luar rumah. Hal ini juga berlaku bagi Anda yang tinggal di daerah tinggi polusi, seperti Jakarta.
-
Meningkatkan risiko kanker kulit
Senyawa berbahaya berbentuk partikel-partikel yang berasal dari kabut asap kebakaran hutan dapat dengan mudah menempel dan menyusup masuk ke dalam kulit. Jika hal ini terjadi secara berulang dan dalam jangka waktu yang lama, risiko terjadinya kanker kulit akan semakin besar. Risiko bisa meningkat berkali-kali lipat jika Anda juga sering terpapar sinar ultraviolet dari matahari.
Kabut asap akibat kebakaran hutan yang melanda beberapa wilayah di Indonesia adalah bencana yang mesti segera ditindaklanjuti. Jika tidak, bukan hanya kerusakan biota alam, fenomena tersebut juga bisa mengancam keselamatan warga karena mampu memberikan dampak negatif pada kesehatan saluran napas, mata, dan anggota tubuh lainnya.
(NB/ RVS)