Mata minus atau rabun jauh merupakan salah satu jenis gangguan refraksi yang menjadi target program "Vision 2020" dari World Health Organization (WHO). Rata-rata orang yang menderita gangguan mata ini menggunakan lensa kontak agar dapat beraktivitas seperti biasanya.
Gangguan refraksi sendiri merupakan gangguan mata yang dapat diatasi dengan penggunaan kacamata atau lensa kontak yang sesuai dengan kondisi mata seseorang.
Karena lebih praktis ketika digunakan, lensa kontak lebih menjadi pilihan di dalam masyarakat dibandingkan dengan penggunaan kacamata.
Meski sangat tidak disarankan digunakan saat tidur, pada kondisi medis tertentu, dokter spesialis mata dapat menyarankan penggunaan lensa kontak khusus yang tidak perlu dilepas setiap hari.
Jenis lensa kontak yang dapat menjadi pilihan
Sebelum membeli atau menentukan lensa kontak, sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter spesialis mata, sehingga dapat memperoleh jenis lensa kontak yang tepat dan nyaman untuk digunakan setiap hari.
Secara garis besar terdapat dua jenis lensa kontak yang dapat menjadi pilihan, yaitu soft lens dan hard lens. Kedua jenis lensa kontak ini memiliki kelebihan dan kekurangan yang dapat dipertimbangkan:
-
Soft lens
Lensa kontak jenis ini bersifat lebih lunak karena dibuat dengan berbagai jenis material plastik. Bahan penyusun lensa kontak ini pun bersifat hidrofilik atau water loving, dimana lebih cenderung untuk menyerap air ke dalam permukaannya.
Kondisi ini membuat lensa kontak menjadi lebih lunak dan fleksibel, sehingga lebih nyaman ketika digunakan pertama kali.
-
Hard lens
Bersifat lebih keras atau kaku dan sering disebut dengan Rigid Gas Permeable (RGP), lensa kontak jenis ini memungkinkan peredaran oksigen lebih besar hingga lima kali lipat, sehingga lebih baik untuk kesehatan kornea dan dapat terhindar dari mata kering.
Mengenal lensa kontak jenis Rigid Gas Permeable (RGP)
Lensa RGP dapat membantu menjaga kesehatan kornea yang sering kali mengalami kekurangan oksigen ketika menggunakan soft lens. Orang yang baru pertama kali menggunakan RGP akan merasa tidak nyaman pada mata karena bahannya yang bersifat lebih keras, terlebih jika sudah pernah menggunakan soft lens sebelumnya.
Namun, sensasi tersebut akan hilang seiring berjalannya waktu ketika sudah terbiasa menggunakan RGP.
Pada kondisi tertentu, dokter spesialis mata dapat menyarankan penggunaan lensa kontak sepanjang hari, termasuk saat tidur dan akan diperiksa hingga jadwal kontrol berikutnya.
Jenis lensa kontak yang digunakan dapat dalam bentuk soft lens maupun hard lens.
Soft lens yang dapat digunakan selama tidur harus mendapat persetujuan dari oleh lembaga Food and Drug Administration (FDA), yaitu yang berbahan hidrogel silikon dan dapat digunakan hingga tujuh hari. Sedangkan, hard lens yang disetujui oleh FDA dapat digunakan hingga 30 hari.
Terapi mata dengan lensa kontak
Salah satu kondisi mata yang dapat diterapi menggunakan lensa kontak ketika sedang tidur adalah mata minus. Dokter spesialis mata dapat menyarankan menggunakan metode ortokeratologi, di mana orang tersebut akan menggunakan lensa kontak untuk membentuk permukaan kornea selama tidur.
Setelah diterapi dengan metode ini semalaman, orang tersebut dapat terbebas dari penggunaan kacamata atau lensa kontak pada keesokan harinya. Efek dari terapi ini dapat bertahan hingga 24 jam.
Meski demikian, penggunaan lensa kontak yang tidak perlu dilepas setiap hari harus sesuai dengan petunjuk dokter. Hal ini karena sangat dipengaruhi oleh kondisi mata dan toleransi seseorang untuk menggunakan lensa kontak.
Ketika sudah memilih jenis lensa kontak dan durasi yang sesuai, berikutnya harus melalui tahapan fitting lensa kontak agar dapat disesuaikan dengan bentuk kornea. Dengan demikian, mata akan tetap terasa nyaman ketika lensa kontak digunakan sehingga tidak menimbulkan iritasi mata.
[NP/ RVS]