Ketika bisnis ritel konvensional lesu, ditandai dengan tutupnya sejumlah gerai dan department store, situs belanja online seolah menjadi angin segar bagi banyak orang. Konsumen seperti Anda tidak lagi terjebak dalam kemacetan ketika akan belanja di supermarket atau mal.
Praktis? Tentu saja! Masalahnya, konon keseringan belanja online tidak baik untuk kesehatan, karena bisa lemahkan otot dan tulang. Benarkah?
Dilansir dari Dailymail, Professor Karen Middleton, chief executive dari Chartered Society of Physiotherapy, secara terang-terangan menyalahkan tumbuhnya bisnis belanja.
Keprihatinan Professor Middleton tampaknya beralasan, sebab dalam dua tahun terakhir, jumlah pembelanja online naik dua kali lipat. Di Inggris, Amerika, dan sejumlah negara lainnya kecenderungan ini terus meningkat. Bukan tak mungkin hal yang sama juga terjadi di Indonesia.
Kenyamanan yang Merugikan Otot dan Tulang
Menurutnya, cara belanja seperti ini memang lebih nyaman dan praktis. Hal ini cenderung membuat konsumen menghilangkan sejumlah cara belanja yang justru berguna untuk memperkuat otot dan tulang.
Konsumen menjadi semakin jarang berjalan kaki dan mengangkat belanjaan dari pasar atau toko ke rumah. Sekarang, konsumen tinggal menunggu barang tiba di rumah.
Meski demikian, Professor Middleton menyangkal pendapatnya itu sebagai bentuk penolakannya terhadap kemajuan jaman.
Hanya saja, tumbuhnya bisnis ini seakan membuat konsumen jadi malas bergerak, karena belanjaan mereka bisa langsung diantarkan ke tempat. Akibatnya, tidak terjadi aktivitas fisik dan otot serta tulang menjadi jarang digunakan.
Sebelumnya, para ahli telah menemukan bahwa menurunnya kekuatan otot bisa dihubungkan dengan adanya penyakit Alzheimer pada lansia. Sementara itu, selama beberapa dekade, para pakar juga mengakui adanya hubungan antara kurangnya massa otot dan timbulnya artritis.
Komentar Profesor Middleton sendiri pernah muncul pada sebuah survei yang dilakukan terhadap 2000 orang. Penelitian ini dilakukan untuk melihat berapa tingkat risiko para lansia mengalami risiko jatuh akibat lemahnya otot. Penelitian tersebut akhirnya menemukan hasil bahwa sekitar 24 persen lansia di atas usia 65 tahun, ternyata sepanjang minggu tidak melakukan aktivitas yang bisa memperkuat tubuh.
Ia dengan tegas menyarankan para lansia untuk menghindari pemikiran bahwa menjadi lemah dan mudah sakit adalah bagian dari proses penuaan yang tidak bisa dihindari. Ia menyarankan sejumlah aktivitas sederhana yang bisa dilakukan untuk memperkuat otot dan tulang, yang bisa dilakukan oleh siapa saja.
Cara Mudah Jaga Otot dan Tulang
Menurut Profesor Middleton, ada banyak cara sederhana untuk tetap aktif. Namun yang terpenting adalah memulainya. Anda tidak harus langsung pergi ke pusat kebugaran untuk angkat beban. Lakukan saja aktivitas fisik sederhana seperti berkebun, jalan pagi atau melompat-lompat kecil. Anda juga bisa melakukan latihan body-weight ringan seperti duduk lalu berdiri dari kursi, dengan repetisi sesuai kebutuhan Anda.
Begitu bermanfaatnya aktivitas fisik untuk menjaga kekuatan otot dan tulang, Anda dianjurkan untuk melakukan beragam kegiatan. Bahkan gerakan sederhana seperti berjalan kaki dari toko ke rumah, sambil membawa barang belanjaan pun sangat disarankan bagi para lansia.
Nah, meski Anda juga kerap belanja online, jangan tinggalkan cara belanja konvesional untuk menjaga kekuatan otot dan tulang. Berjalan kaki sambil membawa barang belanjaan juga bisa membuat otot dan tulang menjadi sehat.
[RVS/ RH]