Di leher manusia terdapat sebuah kelenjar yang mengatur hampir semua aktivitas tubuh. Tahukah Anda tentang nama dari kelenjar tersebut? Ya, kelenjar tiroid.
Tiroid merupakan salah satu kelenjar di tubuh yang berbentuk seperti kupu-kupu dan terletak di depan leher. Fungsi dari kelenjar ini adalah untuk mengeluarkan hormon yang mengatur metabolisme tubuh, seperti mengatur suhu tubuh, detak jantung, pemecahan energi dari makanan, dan sebagai hormon pertumbuhan.
Terdapat 3 hormon yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid, yaitu T3, T4 dan kalsitonin. Bila Anda periksa kesehatan dan ditemukan bahwa kadar hormon tersebut tidak seimbang, maka yang terjadi kemudian adalah gangguan tiroid.
Waspadai gangguan tiroid
Apakah Anda sering mengalami gangguan menstruasi? Atau, sering merasa lemas, berkeringat dingin, nafsu makan banyak tetapi berat badan turun, sering berdebar- debar, rambut mudah rontok? Jika ya, bisa jadi Anda sedang mengalami gangguan tiroid.
Secara garis besar, terdapat 2 jenis gangguan pada kelenjar tiroid: hipotiroid dan hipertiroid.
-
Hipotiroid
Hipotiroid adalah keadaan dimana hormon yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid berjumlah sedikit. Umumnya, hal ini disebabkan oleh gangguan autoimun, adanya riwayat pengangkatan kelenjar tiroid, atau pengaruh obat-obat tertentu yang mengandung litium.
Apabila seseorang mengalami gangguan hipotiroid, yang umumnya akan muncul adalah keluhan badan lemas, mudah lelah, dan berat badan meningkat. Rambut juga menjadi mudah rontok, mudah kedinginan (intoleransi suhu dingin), konstipasi atau sembelit, gangguan siklus menstruasi hingga menurunnya libido.
-
Hipertiroid
Hipertiroid berlawanan dengan hipotiroid. Hipertiroid terjadi ketika kelenjar tiroid terlalu banyak menghasilkan hormon. Kondisi hipertiroid dapat disebabkan oleh adanya gangguan autoimun atau peradangan pada kelenjar tiroid.
Hipertiroid umumnya akan memberikan gejala, seperti tangan mudah bergetar (tremor), sering berdebar-debar, kulit kering, berat badan turun, suasana hati tidak stabil (mood swings), masalah tidur hingga gangguan sistem pencernaan.
Tak jarang juga, pada kondisi hipertiroid, terdapat goiter. Ini adalah pembesaran kelenjar tiroid, yang biasanya akan tampak seperti benjolan di leher bagian depan.
Gangguan tiroid, baik hipertiroid maupun hipotiroid, banyak terjadi pada orang dewasa dengan rentang usia 20–40 tahun. Meski demikian, tidak menutup kemungkinan bahwa keluhan tersebut juga dapat terjadi pada bayi yang baru lahir.
Gangguan tiroid pada bayi baru lahir disebut dengan hipotiroid kongenital. Keadaan ini umumnya terjadi akibat kurangnya konsumsi iodium pada ibu hamil, kelainan bentuk kelenjar, atau karena adanya gangguan produksi hormon tiroid.
Faktanya, hormon tiroid menjadi salah satu hormon yang penting bagi tumbuh kembang bayi dan anak. Akibat dari kekurangan hormon ini pada bayi, akan menyebabkan gangguan perkembangan dari sistem saraf pusat (otak) sehingga retardasi mental tak bisa dihindari lagi.
Beberapa gambaran klinis pada bayi yang terlahir dengan hipotiroid congenital, antara lain:
- Bayi kurang aktif
- Malas minum ASI (mengisap payudara ibu)
- Tubuh berwarna kuning
- Lidah membesar
- Perut tampak bucit
- Pusar terlihat bodong
Seiring dengan waktu, bayi tersebut akan tumbuh dengan perawakan pendek, sulit untuk diajak komunikasi, dan memiliki IQ (Intelligent Quotient) yang rendah.
Mengetahui bahwa gangguan tiroid dapat menyebabkan berbagai dampak negatif pada bayi, orang tua sebaiknya tidak menolak apabila dokter akan melakukan skrining hipotiroid kongenital. Skirining ini aman, dan biasanya dilakukan saat bayi berusia 48–72 jam atau sebelum pulang dari rumah sakit.
Jika Anda merasa pernah mengalami gejala hipotiroid atau hipertiroid seperti yang telah disebutkan, jangan tunda untuk segera berobat ke dokter. Semakin dini terdeteksi, semakin cepat pula masalah gangguan tiroid tersebut diatasi.
[NB/ RVS]