Tak jarang Anda mendapati seseorang menderita sakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dan tipes atau tifus sekaligus pada waktu bersamaan atau berdekatan. Dua penyakit tersebut menjadi penyakit yang kerap menginfeksi masyarakat, khususnya di musim hujan. Jika ditinjau dari gejala tipes dan dbd hampir sama, namun penyebab tipes dan DBD sangat berbeda.
Tipes merupakan infeksi yang terjadi pada usus halus manusia dan disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Meski asam lambung sebenarnya dapat membunuh kuman, kuman Salmonella kebal terhadap pertahanan asam lambung. Karena itulah, dalam jumlah tertentu seseorang akan terkena infeksi. Bakteri Salmonella biasanya didapat dari makanan tidak higienis.
Sementara itu, DBD merupakan penyakit yang ditularkan oleh nyamuk pembawa virus Dengue. Gejala DBD yang umumnya timbul adalah demam tinggi, sakit kepala, nyeri sendi, muncul ruam-ruam di kulit, dan nyeri di belakang mata. Nah, salah satu ciri yang sangat khas dari DBD adalah menurunnya kadar trombosit.
Tifus disebabkan oleh bakteri Salmonella, sedangkan DBD ditularkan oleh nyamuk pembawa virus dengue. Lalu, mengapa seseorang bisa terkena keduanya sekaligus meski penyebabnya berbeda?
Artikel Lainnya: Kenali Gejala Tipes dan Komplikasinya Jika Tidak Segera Diobati
Mengapa Tipes dan DBD Selalu Bersamaan?
Menurut dr. Dyah Novita Anggraini, tifus dan DBD memang dua penyakit berbeda yang sebenarnya tidak ada kaitannya sama sekali. Meski keduanya tidak berkaitan karena penyebabnya berbeda, bukan berarti seseorang tidak bisa terinfeksi keduanya dalam waktu yang berdekatan.
“Sebenarnya bukan bersamaan. Biasanya, orang tersebut menderita salah satunya dulu. Nah, ketika daya tahan tubuhnya semakin menurun akibat salah satu penyakit, barulah dia tertular penyakit selanjutnya dalam jarak waktu yang dekat,” tutur dr. Dyah Novita.
Ditambahkan oleh dr. Dyah, pada umumnya, orang akan terserang DBD dulu, karena itulah yang paling membuat sistem kekebalan tubuh menjadi buruk.
Selain itu, seseorang yang terkena DBD biasanya akan banyak mengonsumsi makanan dan cairan supaya trombositnya naik. Hal tersebut dapat meninggikan risiko tertular bakteri Salmonella dari makanan yang dikonsumsi.
“Tapi perlu diketahui juga, pada dasarnya orang Indonesia memiliki bakteri Salmonella di sistem pencernaannya, cuma tidak terlalu banyak. Apalagi orang Indonesia termasuk orang yang gemar jajan dan jarang menjaga kebersihan. Ketika kecapekan atau kondisi badan drop, barulah bakteri itu menjadi aktif,” dr. Dyah Novita menambahkan.
Oleh karena itu, tetap jaga kebersihan tangan dan makanan yang Anda konsumsi saat sedang terkena DBD. Bila tidak, sakit tifus bisa saja menyerang Anda tidak lama kemudian. Cara paling sederhana yang dapat dilakukan adalah mencuci tangan dan makan makanan higienis. Hal ini juga berlaku bagi kerabat yang menjaga Anda selama sakit. Dengan cara ini, risiko untuk terkena penyakit lanjutan saat sakit DBD, terutama tifus, bisa diminimalkan.
Jika masih ada pertanyaan mengenai DBD bisa langsung klik tanya dokter. Dokter kami segera menjawab pertanyaan Anda.
[HNS/ RVS]