Pemeriksaan feses atau sampel tinja adalah tes yang dilakukan untuk mendeteksi masalah pada saluran pencernaan. Jika kamu memiliki masalah perut, dokter mungkin akan menganjurkan untuk melakukan tes kultur feses.
Pemeriksaan tinja berguna untuk memeriksa dan mencari adanya kemungkinan bakteri, virus, atau kuman lainnya pada kotoran, yang mungkin menjadi penyebab sakit yang dialami.
Bagaimana langkah langkah pemeriksaan feses? Kapan diperlukan? Baca terus ulasan berikut, ya.
Kondisi Apa yang Butuh Pemeriksaan Kultur Tinja?
Menurut dr. Devia Irine Putri, ada beberapa gejala yang membuat pasien dianjurkan melakukan tes feses, contohnya:
- Diare yang berlangsung lebih dari beberapa hari
- Kotoran mengandung darah atau lendir
- Sakit atau kram perut
- Mual
- Muntah
- Demam
“Tes kultur tinja dilakukan untuk mencari tahu penyebab diare yang dialami, terutama yang sudah berlangsung lama. Kemudian, juga mencari tahu penyebab adanya darah atau lendir di BAB, serta mengetahui penyebab gangguan pencernaan lainnya,” ucap dr. Devia.
Artikel Lainnya: Deteksi Penyakit Hati dari Warna Feses
Tipe Metode Pemeriksaan Feses
Ada beberapa jenis pemeriksaan feses, yaitu:
- gFOBT (guaiac-based fecal occult blood test): Mendeteksi adanya darah di tinja
- FIT (fecal immunochemical test): Mendeteksi adanya darah di tinja
- Tes kultur tinja: Mencari bakteri yang biasanya tidak ditemukan di pencernaan
- Tes lemak tinja: Mencari kelebihan lemak di tinja bila ada masalah penyerapan lemak
Prosedur Pemeriksaan Feses
Untuk menjalani pemeriksaan kultur tinja, pasien akan diminta untuk meletakkan sedikit feses di wadah. Tes kultur feses tidak harus dilakukan di rumah sakit. Pasien dapat mengambil sampel feses di rumah.
Sebelum mengambil sampel feses, dokter akan menjelaskan terlebih dahulu beberapa instruksi yang perlu diperhatikan. Berikut beberapa langkah mengambil sampel tinja:
- Tempatkan sesuatu di toilet untuk menampung kotoran, bisa gunakan plastik bersih
- Saat mengambil sampel, usahakan kotoran tidak menyentuh bagian dalam toilet agar tidak terkontaminasi bakteri lainnya
- Ambil dan masukkan feses ke wadah dengan sendok atau spatula kecil sekali pakai. Sampel feses tidak perlu terlalu banyak, dan pastikan bagian yang berdarah atau berlendir terambil
- Hindari tinja yang bercampur urine
- Masukkan wadah ke kantung plastik tertutup
Berikan sampel tinja kepada dokter sesegera mungkin. Kalau tidak sempat, sampel dapat disimpan di lemari es dulu, tetapi tidak lebih dari 24 jam.
Beritahu dokter juga tentang obat apa pun yang sedang rutin diminum. Karena, hal ini dapat memengaruhi hasil tes.
Artikel Lainnya: Blue Poop Challenge, Perlukah Tes Pencernaan Ini Dilakukan?
Pembacaan Hasil Pemeriksaan Kultur Tinja
Dokter biasanya akan memberitahu untuk kembali ke rumah sakit setelah hasil laboratorium keluar. Pemeriksaan lab biasanya memakan waktu 1-2 hari.
Dokter Devia menjelaskan, hasil tes kultur feses dapat berupa negatif dan positif.
“Hasil tes negatif, itu artinya normal dan tidak ada kuman penyebab infeksi. Sedangkan, hasil tes positif itu berarti ada bakteri, virus, atau parasit yang menjadi sumber infeksi,” ucap dr. Devia.
Jika sudah diketahui penyebabnya, dokter akan memberi obat sesuai penyebab penyakitnya.
Jangan menunda untuk memeriksakan diri ke dokter jika kamu mengalami diare atau kram perut yang berlarut-larut. Pemeriksaan yang lambat dapat memperparah infeksi.
Konsultasi dengan dokter untuk mengetahui lebih lanjut seputar pemeriksaan feses. Mau tahu lebih banyak seputar tes kesehatan? Download aplikasi KlikDokter, solusi untuk #JagaSehatmu!
(FR/NM)
Referensi:
Turkish Archives of Pediatrics. Diakses 2022. The importance of stool tests in diagnosis and follow-up of gastrointestinal disorders in children.
Journal of Clinical Microbiology. Diakses 2022. Improved stool concentration procedure for detection of Cryptosporidium oocysts in fecal specimens.
Canadian Cancer Society. Diakses 2022. Stool test.
Health Direct Australia. Diakses 2022. Stool tests.
Ditinjau oleh dr. Devia Irine Putri