Asma adalah penyakit yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan dapat dialami oleh siapa saja, mulai dari anak hingga orang dewasa. Saat ini, 1 dari 13 orang mengidap penyakit asma. Selain itu, asma menjadi penyebab ketiga tersering anak dirawat di rumah sakit.
Sebagaimana penyakit lainnya, asma pun tidak luput dari berbagai mitos, baik mengenai gejala maupun pengobatannya. Berikut adalah tujuh mitos tentang asma dan fakta medisnya:
Mitos 1: Asma terjadi karena masalah saraf dan psikologis
Pernyataan tersebut lahir karena sebagian orang menganggap bahwa asma disebabkan masalah faktor psikis dan depresi. Faktanya, hal tersebut sama sekali tidak tepat.
Asma adalah penyakit yang melibatkan paru-paru dan saluran pernapasan. Gejala asma terjadi karena penyempitan saluran pernapasan, disertai peradangan berulang. Hal ini dipicu banyak hal, seperti debu, cuaca dingin, serbuk sari bunga, dan tungau.
Mitos 2: Asma dapat sembuh total
Seiring berjalannya waktu, kondisi asma memang dapat membaik. Gejalanya mungkin akan berkurang dan semakin jarang terjadi kekambuhan. Meski demikian, bukan berarti asma benar-benar sembuh.
Bila terpapar pencetusnya, gejala asma akan muncul kembali. Asma dapat dikontrol, tetapi tidak dapat disembuhkan.
Mitos 3: Suplemen dapat mengatasi asma
Hal tersebut tidak sepenuhnya tepat. Saat ini, beredar berbagai suplemen yang diyakini dapat menyembuhkan asma. Namun, sampai sejauh ini belum ada penelitian ilmiah yang dapat membuktikan bahwa suplemen tersebut benar-benar efektif untuk pengobatan asma.
Saran terbaik yang dapat diberikan untuk penderita asma adalah mengonsumsi makanan sehat dan bergizi seimbang, seperti buah, sayuran, makanan rendah lemak, dan tinggi serat.
Mitos 4: Pengobatan asma dapat menyebabkan kecanduan
Tidak benar sama sekali. Obat asma umumnya memang dikonsumsi jangka panjang dan saat terjadi kekambuhan gejala. Meski demikian, tidak ada obat asma yang dapat menyebabkan ketergantungan.
Selanjutnya
Mitos 5: Jika digunakan dalam jangka panjang, obat asma tidak akan efektif lagi
Tidak ada istilah kebal atau resisten obat dalam pengobatan asma. Konsumsi obat dengan dosis yang tepat dan sesuai anjuran dokter akan memastikan obat asma tetap efektif untuk penderitanya.
Pada beberapa kondisi, obat asma mungkin tidak memberikan efek karena ada infeksi di saluran pernapasan sehingga harus diatasi penyebabnya.
Mitos 6: Penderita asma tidak boleh berolahraga
Salah satu tujuan pengobatan asma adalah agar penderitanya dapat aktif kembali dan melakukan kegiatan olahraga. Olahraga dapat meningkatkan kapasitas paru, membuat gejala asma lebih mudah dikontrol, dan membuat tubuh lebih bugar sehingga tidak mudah terkena infeksi pernapasan.
Jenis olahraga yang dapat dilakukan oleh penderita asma adalah berjalan, bersepeda, berlari santai, dan berenang. Untuk menghindari kelelahan yang berat, lakukan olahraga dengan intensitas ringan terlebih dahulu dan tingkatkan secara bertahap.
Mitos 7: Asma hanya perlu diobati saat serangan
Pernyataan tersebut tidak sepenuhnya benar. Terdapat dua jenis pengobatan asma, yaitu pengontrol dan pelega. Pengontrol dikonsumsi saat pasien tidak sedang serangan, berfungsi untuk mencegah kekambuhan.
Sementara itu, pelega dikonsumsi saat serangan asma kambuh dan berfungsi untuk melegakan saluran pernapasan. Sebagian besar penderita asma memerlukan pengontrol asma yang dikonsumsi rutin agar tidak terjadi kekambuhan.
Nah, kini Anda sudah tahu fakta medis di balik berbagai mitos tentang asma. Sebarkan informasi ini kepada teman dan kerabat Anda agar tak ada lagi yang salah kaprah.
[RS/ RVS]