Wakil Gubernur Jawa Timur Terpilih, Emil Dardak, tengah berduka. Adiknya, Eril Dardak, meninggal dunia di usia 21 tahun pada hari Rabu (12/12/2018), diduga akibat asma. Ia ditemukan tergeletak di kamar kosnya di daerah Dago, Bandung. Terlepas dari benar atau tidaknya bahwa asma yang merenggut nyawa Eril, tetapi penyakit asma patut diwaspadai karena memang bisa menyebabkan kematian.
Data yang dilansir American Lung Association menyebut, hanya 1/3 kematian akibat asma yang terjadi di rumah sakit. Artinya, banyak penderita asma yang meninggal dunia tidak sempat mendapatkan penanganan medis di rumah sakit. Hal ini patut diperhatikan karena setiap serangan asma memiliki potensi mengancam jiwa.
Tanda dan gejala klasik asma, antara lain mengi, dada terasa terhimpit, batuk, dan sulit bernapas. Kebanyakan penderita asma pasti pernah merasakan kesulitan bernapas. Penderita dengan kondisi parah malah mungkin mengalaminya lebih sering.
Kematian akibat asma biasanya terjadi pada serangan asma yang bertambah parah dalam kurun waktu beberapa hari hingga beberapa minggu. Secara medis serangan asma hebat yang menyebabkan hipoksemia (penurunan kadar oksigen di dalam darah), hiperkarbia (peningkatan kadar karbon dioksida dalam darah), dan gagal napas disebut juga dengan status asmatikus. Kondisi ini termasuk gawat darurat sehingga harus ditangani segera.
Serangan asma yang hebat dapat menyebabkan penurunan fungsi paru-paru, sering kali terjadi setelah infeksi saluran napas. Pada kondisi ini, akan terjadi sumbatan saluran napas total dan perubahan konsentrasi oksigen dan karbon dioksida di dalam darah sehingga penderita asma akan kesulitan bernapas. Penderita akan terlihat terengah-engah saat bernapas, mengalami penurunan kesadaran, kejang, henti jantung, dan meninggal dunia.
Faktor risiko kematian karena serangan asma
Asthma and Allergy Foundation of America menyebutkan, umumnya 80-85% penderita asma yang meninggal dunia mengalami perburukan gejala dalam kurun waktu 12 jam hingga beberapa minggu sebelum kematian. Jadi sebetulnya, penderita asma sudah dapat mengenali tanda-tandanya dan dapat segera mencari bantuan medis sebelum kondisi status asmatikus itu terjadi.
Berikut adalah faktor-faktor risiko kematian karena serangan asma:
- Riwayat serangan asma berat sebelumnya.
- Asma yang tidak terkontrol dengan peningkatan frekuensi sesak napas, terbangun pada malam hari, dan membutuhkan obat reliever atau pereda.
- Riwayat status asmatikus sebelumnya dimana Anda membutuhkan perawatan di ICU (Intensive Care Unit).
- Pernah dirawat lebih dari dua kali di rumah sakit karena asma atau lebih dari tiga kali di Unit Gawat Darurat.
- Menggunakan dua kemasan atau lebih obat jenis bronkodilator kerja pendek (misalnya, albuterol) dalam 1 bulan.
- Tidak mengetahui pencetus serangan asma atau penyebab gejala asma bertambah berat.
- Penggunaan obat-obatan terlarang.
- Memiliki riwayat gangguan mental.
- Memiliki riwayat medis lainnya seperti riwayat serangan jantung atau penyakit paru-paru.
- Tinggal jauh dari rumah sakit.
Sama seperti penyakit alergi lainnya, walaupun tidak dapat disembuhkan namun asma bisa dikontrol. Selain menggunakan obat, cara untuk mengontrol asma adalah dengan menghindari faktor pencetusnya, misalnya asap rokok, bulu binatang, atau bahkan udara dingin. Jika tidak dikontrol dengan baik, asma dapat berakibat fatal hingga menyebabkan kematian.
[RS/ RVS]