Para atlet dari seluruh Asia datang ke Indonesia, khususnya Jakarta dan Palembang, untuk bertanding di perhelatan Asian Games 2018. Namun, ada yang perlu diwaspadai terkait tingginya kadar polusi udara di Jakarta. Terutama bagi para atlet yang datang dari tempat dengan udara yang bersih. Mereka lebih rentan terhadap penyakit akut karena tubuh mereka belum beradaptasi dengan kondisi udara di Jakarta. Sedangkan di Palembang, dikhawatirkan imbas kabut asap bisa memengaruhi kesehatan para atlet.
Sudah tak bisa dimungkiri, polusi udara sangat membahayakan kesehatan. Dampak yang ditimbulkan berbagai macam, mulai dari penyakit akut hingga kronis, dari gejala yang ringan hingga mengancam nyawa. Dan jika polusi udara terhirup dalam jangka panjang, bisa memicu peningkatan risiko kanker paru dan berbagai jenis kanker lainnya, penyakit paru kronis, penyakit jantung koroner, dan stroke.
Penyakit akut akibat polusi
Kembali ke Asian Games, para atlet hanya akan tinggal di Jakarta dan Palembang selama perhelatan ini berlangsung. Meski cuma sebentar, mereka tetap perlu waspada terhadap penyakit akut yang dapat timbul akibat polusi udara. Apa saja penyakit akut tersebut?
-
Serangan asma
Bagi para atlet yang memiliki bakat asma, mereka perlu waspada. Polutan yang terdapat dalam udara dapat mencetuskan serangan asma dengan gejala berupa sesak napas yang disertai bunyi “ngik-ngik”.
Jika atlet mengalami asma selama perhelatan Asian Games, tentu dapat menurunkan performanya selama bertanding. Itulah sebabnya, obat-obat kontrol dan pereda asma perlu disiapkan oleh para atlet yang mengidap asma.
-
Infeksi saluran napas akut (ISPA)
Udara yang kotor juga dapat membuat saluran napas, mulai dari hidung hingga paru-paru, bekerja lebih ekstra untuk membersihkan saluran napas dari segala kotoran yang masuk melalui udara. Kerja berat ini menurunkan kemampuan saluran napas dalam membasmi kuman. Akibatnya berbagai penyakit infeksi saluran napas akut rentan terjadi, mulai dari selesma, radang tenggorok, hingga radang saluran pernapasan bawah.
-
Pneumonia
Pneumonia, atau infeksi paru, juga dapat dicetuskan oleh polusi udara. Polusi udara membuat daya tahan paru terhadap infeksi lebih rendah karena sistem pertahanannya dirusak oleh udara berpolusi tinggi. Alhasil, kuman yang masuk ke dalam paru akan bersarang dan berkembang biak di sana dan menyebabkan penyakit pneumonia yang ditandai oleh gejala demam, batuk berdahak, dan sesak napas.
-
Infeksi kuman tuberkulosis (TB)
Indonesia masih merupakan negara endemis TB, dan TB dapat menular melalui droplet di udara. Risiko infeksi paru akibat kuman TB meningkat pada daerah dengan tingkat polusi yang tinggi. Kandungan droplet dalam udara disertai dengan sistem pertahanan paru yang terganggu akibat polusi membuat para atlet berisiko terinfeksi kuman TB.
Lalu, apa yang harus dilakukan oleh para atlet untuk mengurangi efek polusi udara di kedua kota tempat pelaksanaan Asian Games?
Menggunakan masker saat keluar dari penginapan atlet adalah cara yang sangat mudah dan efektif. Cara sederhana ini dapat mengurangi dampak negatif polusi udara terhadap kesehatan para atlet Asian Games. Masker dapat menyaring udara yang masuk ke saluran napas sehingga kadar polusi yang terhirup jauh berkurang dibandingkan jika tidak menggunakan masker.
Pelaksanaan ajang olahraga Asian Games 2018 di Jakarta dan Palembang memang dihantui oleh adanya polusi udara. Kondisi ini dikhawatirkan dapat memengaruhi kesehatan para atlet, sehingga berefek pada performanya saat berlaga. Meski demikian, ada beberapa cara sederhana yang bisa dilakukan oleh para atlet untuk mengurangi efek polusi udara. Hal ini juga bisa memperkecil kemungkinan untuk terjangkit penyakit akibat kondisi udara yang mengandung polutan.
[RS/ RVS]