Waktu tidur yang cukup dan berkualitas adalah dambaan setiap orang. Sebab, keadaan tersebut turut berperan pada kesehatan tubuh secara keseluruhan dan mood untuk beraktivitas pada keesokan harinya. Sayang, bagi penderita alergi dan asma, mendapatkan tidur yang cukup dan berkualitas tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Hal ini karena penyakit tersebut benar-benar bisa mengganggu tidur malam penderitanya.
Berdasarkan penjelasan dr. Karin Wiradarma dari KlikDokter, alergi dan asma dapat memberikan gejala, seperti bersin, batuk, hidung tersumbat, serta mata yang berair dan gatal. Sekumpulan gejala tersebut dapat menyebabkan gangguan tidur.
"Jenis alergi yang paling sering menyebabkan gangguan tidur adalah rinitis alergi dan asma," jelas dr. Karin.
Gejala alergi itu sendiri merupakan keadaan yang sangat mungkin terjadi di malam hari. Hal ini didasari oleh beberapa alasan berikut ini:
- Tingkat kortisol tubuh, yang merupakan hormon antiinflamasi. Ini bisa berada pada titik terendah pada malam hari dan menyebabkan tingkat peradangan yang lebih tinggi di hidung dan paru-paru.
- Paparan terhadap tungau debu dan/atau hewan peliharaan adalah hal yang cukup umum. Risiko terjadinya paparan paling tinggi malam hari, sehingga meningkatkan risiko tercetusnya gejala alergi.
- Histamin, bahan kimia penting dalam reaksi alergi. Ini juga terlibat dalam pengaturan tidur. Dapat memperburuk gejala rinitis alergi dan asma.
Tidur dan rinitis alergi
Sejumlah penelitian memberikan informasi bahwa sebagian besar orang dengan rinitis alergi merasa bahwa gejala yang merasa rasakan kian mengganggu waktu tidur di malam hari. Hidung tersumbat tampaknya menjadi gejala utama yang kualitas tidur, meski gejala lain seperti bersin, pilek, dan hidung serta mata gatal, juga dapat berkontribusi pada gangguan tidur.
Orang-orang dengan rinitis alergi, terutama anak-anak, juga lebih berisiko mengalami pembesaran amandel dan kelenjar gondok. Jika keadaan tersebut ditambah dengan hidung yang tersumbat, maka dengkuran saat tidur maupun sleep apnea sangat mungkin terjadi dan mengganggu kualitas tidur di malam hari.
Tidur dan asma
Menurut National Asthma Education Prevention Program, gejala asma pada malam hari jauh lebih buruk daripada siang hari. Hal ini setidaknya terjadi karena sebagian paru-paru lebih rentan terhadap bronkospasme akibat kadar kortisol yang lebih pada malam hari.
Asma yang memburuk di malam hari dapat memberikan dampak buruk yang signifikan pada kualitas tidur penderitanya. Hal ini biasanya dapat menyebabkan kelelahan dan kinerja yang buruk di keesokan harinya, serta penurunan kualitas hidup secara keseluruhan.
Kemudian, asma juga bisa semakin parah jika dipadukan dengan sleep apnea. Keadaan ini menyebabkan pernapasan berhenti selama tidur, sebagai akibat dari adanya sumbatan di jalan napas bagian atas. Sleep apnea menyebabkan kadar oksigen dalam darah menjadi lebih rendah, juga penekanan pada jantung. Selain itu, penyempitan saluran napas juga menyebabkan peningkatan risiko iritasi dan kontraksi otot polos di sekitar bagian tersebut, sehingga gejala asma yang terjadi bisa semakin buruk di malam hari.
Apabila Anda adalah penderita alergi atau asma yang kerap mengalami gangguan tidur di malam hari, sebaiknya segera minta pertolongan lebih lanjut pada dokter. Jangan biarkan keadaan tersebut terjadi berkelanjutan, karena dapat menurunkan kesehatan tubuh dan kualitas hidup secara keseluruhan.
(NB/ RVS)