Tuberkulosis atau TBC adalah penyakit yang masih menjadi masalah serius di Indonesia. Di antara semua kelompok usia, remaja dituding menjadi yang paling rentan. Benarkah demikian?
Mengenal tubekulosis
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi paru, yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Ini berbeda dengan penyakit infeksi paru oleh virus atau bakteri lainnya (pneumonia).
Gejala utama dari penyakit tuberkulosis adalah batuk berdahak lebih dari 3 minggu, berkeringat di malam hari dan berat badan menurun. Gejala lain dapat berupa sesak napas, nyeri dada, demam hingga 1 bulan, dan batuk berdarah.
Remaja dan tuberkulosis
Ada beberapa golongan orang yang rentan terkena tuberkulosis, yakni usia lanjut, bayi, anak-anak, penderita HIV, pasien kanker, pengidap diabetes, dan malnutrisi. Sedangkan remaja, justru memiliki risiko terkena tuberkulosis yang lebih rendah.
Hal itu berkaitan dengan sistem kekebalan tubuh. Pada dasarnya usia remaja adalah masa di mana sistem kekebalan tubuh sedang tinggi-tingginya. Sedangkan tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang menyerang orang dengan sistem kekebalan tubuh rendah.
Tangani segera
Jika Anda mencurigai adanya gejala tuberkulosis, jangan ragu untuk segera berkonsultasi pada dokter. Sebab pengobatan tuberkulosis memerlukan waktu minimal enam bulan. Jika setelah enam bulan masih ditemukan kuman pada dahak, maka pengobatan akan diperpanjang hingga sembilan bulan atau satu tahun.
Selain itu, penanganan tuberkulosis juga membutuhkan empat macam kombinasi obat, sehingga cenderung membuat pasien bosan. Belum lagi dengan efek samping yang ditimbulkan tiap-tiap obat. Mulai dari mual, muntah, dan kencing merah, yang tentu membuat tidak nyaman.
Jangan remehkan tuberkulosis. Meski remaja memiliki risiko yang lebih rendah, tak berarti harus diabaikan. Jadi, tetap penuhi kebutuhan gizi harian, dan terapkan pola hidup sehat setiap hari, ya!
(NB/ RH)