Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit infeksi akibat bakteri Mycobacterium tuberculosis. Meskipun Indonesia telah membuat kemajuan luar biasa selama dekade terakhir, TBC tetap menjadi salah satu dari empat penyebab utama kematian di negara ini. Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TBP) Indonesia telah menetapkan target untuk mengakhiri epidemi TBC pada tahun 2030.
Strategi pemerintah Indonesia menuju Indonesia bebas TBC adalah:
- Menemukan semua kasus TBC dan mengobatinya sampai sembuh serta melaporkan kasus tersebut.
- Mencegah penularan TBC melalui pengendalian faktor risiko, baik lingkungan dan rumah.
- Mengatasi hambatan akses layanan bagi pasien TBC.
- Menguatkan jaringan layanan, baik pemerintah maupun swasta dengan kewajiban melaporkan kasus yang diobati.
- Meningkatkan anggaran program.
- Menerapkan Program Indonesia Sehat Pendekatan Keluarga. Dengan melakukan kunjungan ke rumah untuk melakukan screening dan menemukan tersangka TBC, melihat faktor risiko dan perilaku keluarga dalam penularan TBC, melakukan edukasi, serta memantau kepatuhan minum obat.
Menurut situs Depkes, berdasarkan laporan WHO 2017 diperkirakan ada 1.020.000 kasus TBC di Indonesia, namun baru terlaporkan ke Kementerian Kesehatan sebanyak 420.000 kasus. Mereka yang belum diperiksa akan menjadi sumber penularan bagi orang-orang di sekitar.
Pada bulan Maret 2019 ini, Menteri Kesehatan RI Prof. Dr. dr. Nila Djuwita F. Moeloek, Sp.M (K) menyampaikan bahwa pemerintah Indonesia telah menetapkan Pencegahan dan Pengendalian TBC sebagai Prioritas Pembangunan Nasional 2015-2019 dengan 12 indikator yang dimonitor langsung oleh presiden. Prof. Nila menjelaskan, “Presiden memiliki komitmen politik yang kuat untuk eliminasi TBC pada tahun 2030 dan mendorong pendekatan multi-sektor.”
Tips mencegah penularan TBC
1. Hindari kontak dengan orang yang memiliki TB aktif
Jangan berada di dekat orang yang memiliki TB aktif. Apabila Anda terpaksa berada di sekitar pasien, misalnya jika Anda bekerja di fasilitas perawatan, Anda perlu mengambil tindakan perlindungan, seperti memakai masker wajah.
2. Ketahui apakah Anda "berisiko"
Kelompok orang tertentu dianggap lebih berisiko mengembangkan TBC daripada yang lain, seperti:
- Orang dengan sistem kekebalan yang lemah, seperti orang dengan HIV atau AIDS
- Orang yang hidup dengan atau merawat seseorang dengan TB aktif, seperti kerabat dekat atau dokter/perawat
- Orang yang lahir di luar negeri, dan yang telah berimigrasi dalam 5 tahun terakhir dari daerah dengan tingkat TBC tinggi
- Orang-orang yang tinggal di ruang yang padat dan terbatas seperti penjara, panti jompo, atau tempat penampungan tunawisma
- Orang yang menyalahgunakan narkoba dan alkohol
- Orang yang memiliki sedikit atau tidak ada akses ke perawatan kesehatan yang layak
- Orang yang tinggal di atau bepergian ke negara-negara dimana TBC aktif adalah umum, seperti Amerika Latin, Afrika, dan sebagian Asia.
3. Menerapkan gaya hidup sehat
Orang yang kesehatannya buruk lebih rentan terkena virus TBC. Karena itu, penting untuk melakukan yang terbaik dengan menjalani gaya hidup sehat. Konsumsilah makanan yang sehat dan seimbang, berolahraga 3-4 kali seminggu, kurangi konsumsi alkohol dan merokok, serta tidur 7-8 jam sehari.
4. Vaksin BCG
Vaksin yang disebut Bacillus Calmette-Guerin (BCG) pertama kali dikembangkan pada 1920-an. Vaksin ini terbukti dapat memberikan perlindungan yang baik terhadap TBC bagi anak-anak. Namun, vaksin BCG umumnya digunakan untuk melindungi anak-anak, daripada untuk menghentikan penularan di antara orang dewasa.
Tuberkulosis bisa disembuhkan total jika diobati dengan benar. Semakin cepat TBC terdeteksi, pengobatan akan semakin baik. Tentunya Indonesia bisa bebas TBC jika masyarakat sadar akan vaksinasi dan langkah-langkah pencegahan TBC. Dengan memperingati Hari Tuberkulosis Sedunia ini, diharapkan target Indonesia untuk mengakhiri epidemi TBC pada tahun 2030 dapat tercapai.
[RS/ RVS]