Beberapa waktu belakangan wabah difteri melanda beberapa wilayah di Indonesia. Pemerintah pun menyebut wabah ini sebagai kejadian luar biasa (KLB), karena penyebarannya hingga 142 kabupaten/kota di 28 provinsi.
Bahkan, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengungkapkan, bahwa dalam rentang waktu dari Januari-Desember 2017, kasus KLB difteri di Indonesia terhitung yang terbesar di dunia. Kondisi ini bisa dibilang sangat memprihatinkan, mengingat di belahan kasus difteri sudah jarang ditemukan di belahan dunia lain.
Meski difteri biasanya menyerang anak-anak, tetapi juga bisa menyerang orang dewasa. Tanda dan gejala penyakit ini biasanya terjadi setelah 2-5 hari pasca infeksi. Sakit tenggorokan (nyeri menelan), pembengkakan kelenjar pada leher, kesulitan bernapas, demam, kulit kemerahan disertai pembengkakan, dan perasaan tidak nyaman adalah beberapa gejala yang biasanya terjadi. Saat terkena difteri, pada lapisan selaput lendir di saluran napas akan terlihat lapisan tipis bewarna putih keabu-abuan yang menempel erat. Jika diambil paksa, akan menimbulkan perdarahan di dalam saluran napas.
Penularan difteri
Penyakit difteri merupakan infeksi bakteri yang memiliki efek serius pada selaput lendir hidung dan tenggorokan. Bakteri penyebab penyakit ini, Corynebacterium diphtheria, mampu menghasilkan racun yang merusak jaringan pada manusia, terutama pada hidung dan tenggorokan.
Penularan difteri bisa melalui droplet (partikel air kecil dari dalam tubuh yang keluar saat bersin atau batuk), baik dari penderita maupun dari orang-orang yang hidup di sekitarnya. Menurut dr. Dyah Novita Anggraini, penyebaran bakteri ini paling sering terjadi melalui partikel udara.
Meskipun jarang terjadi, namun tak menutup kemungkinan juga menyebar melalui benda-benda atau perabotan rumah tangga. Misalnya, jika Anda menggunakan gelas bekas penderita yang belum dicuci. Pada kasus tertentu, Anda juga bisa terkena penyakit difteri bila bersentuhan dengan luka orang yang sudah terinfeksi.
Pada umumnya, penyakit difteri terjadi di negara beriklim tropis. Biasanya, penyakit ini menyerang ketika kondisi kebersihan tidak dipelihara dengan baik dan kurangnya imunisasi. Akibatnya, mereka yang tinggal di pemukiman padat berisiko tinggi terjangkit penyakit tersebut.
Selanjutnya
Cara efektif mencegah difteri
Menurut dr. Resthie Rachmanta Putri, M.Epid, sebetulnya pencegahan penyakit difteri sangat mudah, yaitu dengan melakukan imunisasi. Cara paling efektif adalah dengan melakukan vaksinasi difteri sesuai jadwal, agar vaksin yang diberikan dapat bekerja secara optimal.
Vaksin DPT merupakan vaksin mati, sehingga untuk mempertahankan kadar antibodi di dalam tubuh anak tetap tinggi. Diperlukan pemberian imunisasi ulangan sampai 5 kali pemberian.
Penyakit difteri sangat berbahaya, dan dapat menular ke siapa saja. Jika Anda mencurigai adanya penyakit ini pada diri sendiri, kerabat, atau orang-orang di sekitar Anda, jangan ragu untuk segera memeriksakan diri ke dokter.
Selain menerapkan pola hidup sehat yang seimbang dengan olahraga demi daya tahan tubuh yang lebih baik, vaksin DPT dan isolasi diri penderita merupakan cara terbaik untuk mencegah penyebaran penyakit difteri.
[RN/ RVS]