Berdasarkan data yang diperoleh dari Kementerian Kesehatan RI, munculnya kembali penyakit difteri saat November tahun lalu ditandai dengan terjadinya 593 kasus dan 32 kematian di 20 provinsi. Salah satu gejala awal yang timbul adalah terdapatnya bull neck atau leher yang membengkak seperti leher banteng.
Atas kejadian tersebut, Kementerian Kesehatan RI menggalakkan imunisasi ulang atau ORI (Outbreak Response Immunization) di tiga provinsi, yakni DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten. Ketiganya dipilih karena faktor kepadatan masyarakatnya.
Difteri sendiri merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphteriae dan sangat mudah ditularkan melalui droplet (partikel cair) yang keluar saat seseorang bersin atau batuk. Penularan bisa dilakukan dari penderita ataupun seseorang yang tampak sehat namun membawa bakteri.
Menurut dr. Fiona Amelia MPH dari Klikdokter, masa inkubasi penyakit difteri rata-rata terjadi selama 2-5 hari dengan rentang 1-10 hari. Gejala awalnya bisa bermacam-macam seperti flu biasa dan tidak spesifik pada gejala tertentu. Meskipun begitu, gejala umum yang biasa terjadi adalah sebagai berikut:
- Demam suhu rendah sekitar 38 derajat Celsius yang disertai badan menggigil.
- Tenggorokan terasa nyeri saat menelan.
- Pembesaran kelenjar getah bening dan pembengkakan jaringan lunak di leher (bull neck).
- Batuk dan suara menjadi serak.
- Nafsu makan menurun dan badan terasa lemas.
Salah satu ciri fisik yang terlihat saat seseorang terkena difteri adalah timbulnya bull neck. Mengenai gejala ini, dr. Fiona berpesan, “Pembengkakan pada jaringan di bagian leher atau bull neck ini tak boleh dianggap sepele. Karena artinya, bakteri semakin parah menginvasi.”
“Bedanya dengan penyakit lain, bull neck pada difteri ini terjadi pada jaringan lemak saja. Secara fisik seperti orang yang terlihat menggemuk. Nah, pembengkakan leher yang diakibatkan difteri atau bukan, biasanya perlu dipastikan dari hasil pemeriksaan darah,” tambahnya.
Selain itu, bull neck yang merupakan gejala penyakit difteri dapat dipastikan dengan munculnya pseudomembran atau selaput putih keabu-abuan di tenggorokan.
Seperti dilansir dari Medical News Today, pseudomembrane tersebut dapat menyebabkan kesulitan bernapas. Jika selaput meluas ke laring, maka suara serak dan batuk akan bertambah parah. Membran tersebut juga bisa meluas ke bawah sistem pernapasan hingga paru-paru.
Waspada terhadap penyakit difteri bukan hanya diperlukan bagi orang yang tinggal di daerah yang terinfeksi. Anda juga perlu berhati-hati sejak dini dengan melakukan imunisasi vaksin DPT. Meskipun memberikan efek demam pada anak, imunisasi ini sebaiknya Anda lakukan.
Selain itu, untuk menghindari kemunculan bull neck atau pembengkakan leher sebagai gejala difteri, dr. Fiona juga menyarankan agar Anda menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Apabila gejala-gejala di atas mulai terlihat, segeralah melakukan pemeriksaan ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
[RVS]