Dari berbagai jenis penyakit pada paru-paru, penyakit paru-paru popcorn mungkin merupakan satu yang terdengar asing di telinga Anda. Namanya yang unik bisa jadi membuat Anda bertanya-tanya apakah penyakit ini berhubungan dengan berondong jagung. Apa sebenarnya penyakit paru-paru popcorn?
Penyakit Ini Memang Berhubungan dengan Berondong Jagung
Penyakit paru-paru popcorn merupakan istilah populer untuk penyakit bronkiolitis obliterans (obliterative bronchiolitis). Penyakit ini merupakan suatu kondisi dimana terjadi peradangan di saluran pernapasan terkecil, yaitu bronkiolus.
Peradangan tersebut terjadi dalam waktu lama dan membuat bronkiolus mengalami penyempitan. Sebagai imbasnya, pertukaran udara pun akan terganggu dan membuat timbul gejala sesak napas.
Disebut penyakit paru-paru popcorn karena memang berhubungan dengan proses pembuatan popcorn. Awalnya, bermula dari para buruh zaman dahulu yang bekerja di pabrik popcorn. Mereka sering menggunakan bahan kimia diacetyl yang dipakai dalam pembuatan camilan tersebut.
Diacetyl biasanya dipakai untuk menimbulkan aroma dan rasa seperti mentega (buttery) dalam produk popcorn, karamel, atau produk olahan susu. Zat ini memang membuat makanan terasa lebih nikmat.
Bila zat tersebut terhirup terus-menerus, dapat membuat kerusakan paru-paru permanen. Itulah sebabnya, penggunaan zat tersebut kini telah dihentikan dalam pembuatan popcorn.
Selain itu, diacetyl juga banyak terkandung dalam rokok elektrik alias vape sebagai penambah aroma. National Institutes of Health, Amerika Serikat menyebutkan bahwa penyakit paru-paru popcorn juga dapat terjadi akibat paparan zat lain, seperti nitrogen oxide, klorin, dan amonia. Bahkan, bisa karena infeksi virus atau bakteri.
Dilansir dari WebMD, orang dengan penyakit paru-paru popcorn akan mengalami sejumlah gejala seperti berikut ini.
- Sesak napas atau sulit bernapas terutama setelah aktivitas dengan intensitas berat.
- Pernapasan menjadi tidak teratur.
- Muncul batuk kering
- Suara mengi (wheezing) saat bernapas.
Gejala-gejala tersebut muncul secara perlahan antara dua minggu hingga dua bulan setelah menghirup zat iritan atau toksik. Setelah itu, gejala akan terus memberat, batuk menjadi berdahak, sesak napas dirasa semakin mengganggu aktivitas sehari-hari, dan penderitanya akan merasa mudah lelah.
Karena gejalanya yang serupa dengan penyakit paru lain, bronkiolitis obliterans kerap sulit dibedakan. Misalnya, mirip dengani PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik), asma, atau infeksi paru.
Pemeriksaan yang umum dilakukan di antaranya tes fungsi paru (spirometri), rontgen dada, CT-scan dada, dan bronkoskopi. Tidak semua pemeriksaan tersebut sekaligus terhadap satu pasien. Biasanya, dokter akan melakukan satu atau dua tes untuk membantu memperkuat diagnosis.
Penyakit paru-paru popcorn bersifat permanen (ireversibel). Artinya, sekali terjadi kerusakan bronkiolus, akan sulit untuk disembuhkan. Penyakit ini juga dapat menjadi penyakit mengancam nyawa bila sudah terjadi lama dan gejalanya tidak berhasil dikontrol.
Itu sebabnya, pengobatan yang diberikan bertujuan untuk mengurangi gejala sesak, mengatasi peradangan, dan mencegah penyakit makin memburuk.
Selain itu, pasien juga akan disarankan untuk membatasi paparan terhadap zat iritan atau toksik (seperti diacetyl). Pengidap paru-paru popcorn juga harus menghentikan kebiasaan menggunakan rokok elektrik. Upaya-upaya tersebut dapat membantu mengurangi gejala agar tidak bertambah parah.
Meski jarang terdengar, penyakit paru-paru popcorn dapat membahayakan jiwa pengidapnya. Catat apa saja gejalanya, dan bila Anda mengalami beberapa diantaranya maka segera hubungi dokter untuk berkonsultasi lebih lanjut.
(FR/AYU)