Aktivitas perkotaan terkadang membuat orang malas jalan kaki. Padahal, kegiatan tersebut merupakan aktivitas olahraga yang baik untuk tubuh, terutama bagi orang yang memiliki gangguan pernapasan.
Berjalan kaki sejatinya telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari Anda, mulai dari saat bangun pagi dan berjalan kaki ke kamar mandi atau ketika menyeberang jalan. Kegiatan ini sebenarnya dapat menjadi salah satu pilihan bentuk olahraga dengan intensitas rendah hingga sedang yang bermanfaat untuk kesehatan tubuh.
Mirisnya, sebuah survei yang dilakukan oleh peneliti Universitas Stanford Amerika menempatkan Indonesia sebagai negara yang penduduknya malas jalan kaki. Hal ini ditunjukkan dengan persentase pejalan kaki Indonesia berada di peringkat 31 dari 46 negara yang penduduknya sering berjalan kaki.
Jika ditinjau menurut fakta lapangan, di Indonesia sendiri sudah hampir tak ada ruang untuk pejalan kaki. Trotoar yang diperuntukkan bagi pejalan kaki pun sebagian besar tidak layak dan kerap dilewati pengguna sepeda motor. Pantas saja bila Indonesia mendapatkan peringkat tersebut.
Namun yang perlu Anda ketahui, dari sekian banyak manfaat yang bisa diperoleh dari jalan kaki, olahraga ini diketahui dapat bermanfaat bagi penderita gangguan pernapasan seperti Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK).
Jalan kaki untuk atasi gangguan pernapasan
Pada dasarnya, PPOK terjadi ketika saluran dan kantung udara di paru-paru menjadi meradang atau rusak, biasanya disebabkan oleh merokok dan lebih sering terjadi setelah usia 45. Pada penderita PPOK, paru-paru menghasilkan lendir berlebih, yang kemudian tubuh akan secara refleks mencoba untuk membersihkannya dengan batuk.
Sebuah studi yang melibatkan para peneliti dari Curtin University, Rumah Sakit Sir Charles Gairdner dan Universitas Sydney, memeriksa efek dari program olahraga jalan kaki pada penderita PPOK. Mereka mengkaji apakah jalan kaki dapat memberikan efek yang signifikan bagi para pasien.
Penelitian ini melibatkan lebih dari 140 orang penderita PPOK berusia rata-rata 69 tahun. Mereka diacak menjadi 2 kelompok, yakni yang menjalani program berjalan kaki intensitas tinggi selama 8 minggu dan kelompok yang tidak menjalankan aktivitas olahraga.
Peserta dalam kelompok yang menjalankan program melakukan sesi pelatihan 3 kali seminggu selama 8 minggu. Detak jantung serta daya oksigennya diukur sebelum dan sesudah berolahraga.
Pelatihan berjalan dilakukan di dalam ruangan rumah sakit yang diawasi oleh fisioterapis ahli PPOK. Sesi pelatihan berlangsung sekitar 30 hingga 45 menit.
Hasilnya ditemukan bahwa pelatihan ini memberikan dampak signifikan untuk meningkatkan kapasitas pernapasan dan kualitas hidup dibandingkan yang tidak melakukan sama sekali.
Mudah untuk dilakukan
Olahraga jalan kaki sangat mudah untuk dilakukan. Anda tidak memerlukan peralatan khusus. Jalan kaki juga bisa dilakukan di mana saja, selama tempatnya nyaman untuk digunakan berjalan kaki. Mengenai hal tersebut, dr. Rio Aditya kepada KlikDokter memberikan pendapatnya.
“Banyak orang yang menganggap olahraga jalan kaki itu sepele. Karena sebagian besar orang beranggapan untuk mendapatkan tubuh yang sehat harus ditempuh dengan olahraga yang ekstrem, menghindari banyak makanan, dan juga mengonsumsi vitamin atau obat-obatan,” ucapnya.
Padahal, seperti telah dijelaskan di atas, olahraga jalan kaki merupakan olahraga yang paling praktis dan mudah. Menyambung penjelasan dr. Rio, kebiasaan jalan kaki dapat memberikan manfaat kesehatan di masa depan. Oleh sebab itulah saat seorang pasien berkonsultasi, dokter sering menyarankan untuk lebih banyak jalan kaki.
Olahraga jalan kaki ternyata memang sangat baik untuk dilakukan, termasuk oleh penderita gangguan pernapasan seperti PPOK. Selain mudah, jenis olahraga ini bisa dilakukan di mana saja.
[NP/ RVS]