Berdasarkan jurnal Baillière's Clinical Anaesthesiology, sepertiga pasien luka bakar mengalami gangguan pernapasan. Mortalitas (angka kematian rata-rata) penderita masalah pernapasan akibat luka bakar bahkan mencapai 50 persen.
Setidaknya, terdapat beberapa faktor penyebab gangguan pernapasan akibat luka bakar. Faktor yang dimaksud meliputi keracunan asap kebakaran, cedera luka bakar di area wajah, hingga infeksi bakteri.
Bagaimana sederet faktor ini menyebabkan komplikasi luka bakar berupa masalah pernapasan? Yuk, cari tahu:
1. Keracunan Asap Kebakaran
Menurut dr. Reza Fahlevi, keracunan asap kebakaran bisa menjadi penyebab gangguan napas pada pasien luka bakar.
Kondisi ini mencetuskan trauma inhalasi, yaitu cedera saluran napas yang menjadi penyebab umum kematian korban kebakaran.
Menurut Baillière's Clinical Anaesthesiology, trauma inhalasi umumnya dialami korban kebakaran yang terjebak di ruangan tertutup. Kondisi ini juga dialami korban yang hilang kesadaran di tengah kebakaran.
Hal ini terjadi karena korban menghirup asap kebakaran dalam jumlah besar. Asap kebakaran mengandung karbon monoksida.
Menghirup terlalu banyak asap kebakaran menyebabkan penumpukan kadar kabon monoksida di dalam darah. Pada gilirannya, kadar karbon monoksida berlebih mengurangi kemampuan darah dalam mengikat oksigen.
Senyawa karbon memang lebih mudah terikat dengan hemoglobin (protein di dalam darah). Perpaduan keduanya menghasilkan carboxyhemoglobin (COHb).
Semakin banyak COHb, semakin sedikit oksigen yang diedarkan ke seluruh tubuh. Akibatnya, korban kebakaran mengalami hipoksia alias kekurangan oksigen.
Artikel lainnya: Pengaruh Asap Rokok pada Alveoli Paru
Keracunan karbon monoksida menyebabkan sejumlah gejala, seperti batuk berdahak, mengi, sesak napas, mag, sakit perut, mual, muntah, dan mudah lelah.
Jika keracunan berlanjut dan karbon monoksida yang dihirup semakin banyak, gejala lanjutan dapat terjadi. Beberapa contohnya seperti nyeri dada, sulit berkonsentrasi, pusing, pucat, gangguan penglihatan, penurunan kesadaran, hingga kejang.
Kebanyakan korban kebakaran yang pulih dari trauma inhalasi dapat memiliki fungsi paru yang normal. Meski begitu, tidak sedikit korban yang mengalami obstruksi saluran napas alias penyumbatan pada saluran pernapasan.
2. Luka Bakar di Area Wajah
Dokter Reza mengatakan gangguan pernapasan juga dapat terjadi karena korban mengalami luka bakar di sekitar wajah, misalnya mulut, hidung, leher, maupun dada.
“Hal ini menyebabkan luka atau bengkak (peradangan) pada saluran napas,” jelasnya.
Peradangan saluran napas menyebabkan jalan napas terhambat. Korban luka bakar akhirnya berisiko tinggi mengalami gangguan pernapasan.
Salah satu masalah pernapasan yang umum dialami korban luka bakar yaitu pneumonia. Kondisi ini merupakan peradangan alveoli (kantung udara) di salah satu atau kedua paru yang disebabkan infeksi bakteri, virus, ataupun jamur.
Korban luka bakar sangat mungkin mengalami pneumonia. Karena, kerusakan lapisan kulit akibat terbakar api menyebabkan kulit rentan terinfeksi patogen.
Masih mengutip Baillière's Clinical Anaesthesiology, sekitar 70 persen korban luka bakar kulit maupun trauma inhalasi mengalami pneumonia. Peradangan paru ini juga menjadi penyebab kematian sepertiga pasien luka bakar yang dirawat di rumah sakit.
Artikel lainnya: Pentingnya Vitamin C untuk Kurangi Gangguan Pernapasan
3. Infeksi Bakteri
Penyebab gangguan pernapasan akibat luka bakar selanjutnya yaitu infeksi bakteri. Pasalnya, luka bakar menyebabkan penderitanya rentan terinfeksi patogen, termasuk bakteri.
Bakteri umumnya menyebabkan komplikasi pernapasan sekitar 48 jam pascainfeksi pertama.
Salah satu bakteri yang paling umum menginfeksi pasien luka bakar yaitu Staphylococcus aureus. Infeksi bakteri ini berkembang sekitar 3-7 hari setelah pasien mengalami luka bakar.
Staphylococcus aureus merupakan bakteri yang dapat menyebabkan beragam penyakit, contohnya bakteremia atau sepsis.
Sepsis terjadi karena infeksi bakteri menyebar melalui pembuluh darah. Penyakit ini dapat merusak berbagai organ tubuh, termasuk organ pernapasan.
Selain itu, Staphylococcus aureus juga bisa menyebabkan gangguan kesehatan lainnya seperti endokarditis, osteomielitis, dan penyakit kulit.
Bakteri lainnya yang dapat memicu masalah pernapasan pada korban luka bakar yaitu bakteri gram negatif. Jenis bakteri ini cenderung resisten terhadap antibiotik.
Tipe bakteri gram negatif di antaranya Salmonella sp., Enterobacteriaceae, E. coli, dan Shigella sp.
Itu dia sederet penyebab gangguan pernapasan akibat luka bakar. Penanganan medis sesegera mungkin dibutuhkan dalam hal ini.
Jika ingin bertanya lebih lanjut seputar komplikasi luka bakar, konsultasikan kepada dokter dengan lebih cepat lewat Live Chat di aplikasi KlikDokter.
(FR/JKT)
Referensi:
Baillière's Clinical Anaesthesiology. Diakses 2022. Respiratory problems in burns.