Pneumonia merupakan peradangan paru-paru yang disebabkan oleh infeksi patogen, seperti bakteri, virus, maupun jamur. Kondisi ini menyebabkan penderitanya mengalami sejumlah gejala, seperti demam, menggigil, batuk, sesak napas, dan kelelahan.
Lebih dari itu, pneumonia lambat laun juga bisa menyebabkan sepsis. Berdasarkan Centers for Disease Control and Prevention (CDC), Amerika Serikat, sepsis merupakan kondisi darurat medis yang dapat mengancam jiwa.
Pneumonia Penyebab Sepsis
Sepsis merupakan respons ekstrem tubuh terhadap infeksi. Umumnya, sepsis terjadi karena infeksi pada saluran kemih, saluran pencernaan, kulit, maupun paru-paru.
Infeksi paru seperti pneumonia yang dialami seseorang dapat menyebabkan sistem kekebalan bereaksi berlebihan. Begini kira-kira rangkaian mekanismenya:
Sistem imun mulanya memproduksi sitokin guna melawan infeksi. Sitokin merupakan protein yang berperan di dalam sistem imunitas tubuh.
Pada keadaan normal, protein ini bekerja membantu sistem kekebalan melawan serangan patogen. Namun, pada kondisi tertentu, misalnya ketika menghadapi infeksi pneumonia yang tidak ditangani, protein ini diproduksi terlalu banyak, hingga mencetuskan badai sitokin.
Artikel Lainnya: Waspada, Diabetes Bisa Meningkatkan Risiko Sepsis
Badai sitokin menyebabkan reaksi peradangan berantai di seluruh tubuh. Kondisi ini menyebabkan pengidap pneumonia mengalami gejala awal sepsis, berupa rasa sakit di sekujur tubuh, peningkatan detak jantung, kebingungan, demam dan kedinginan, sesak napas, kulit lembap dan berkeringat, hingga tekanan darah menurun.
Jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat, sepsis dapat menimbulkan syok septik berupa penurunan tekanan darah drastis. Kondisi ini bisa menyebabkan gagal jantung, gagal napas, stroke, kegagalan organ, hingga kematian.
Faktor yang Tingkatkan Risiko Sepsis Akibat Pneumonia
Terdapat sejumlah faktor yang meningkatkan risiko sepsis akibat pneumonia. Disampaikan dr. Reza Fahlevi, pengidap radang paru kian berisiko mengembangkan sepsis jika memiliki daya tahan tubuh yang rendah.
“Hal ini misalnya terjadi pada pasien pneumonia yang punya gizi buruk, sakit berat, HIV, penyakit kronik, ataupun diabetes,” katanya.
Artikel Lainnya: Fakta Sepsis Neonatorum, Infeksi Darah pada Bayi Baru Lahir
Menurut dr. Chirag Choudhary dari Cleveland Clinic, AS, faktor risiko sepsis berikutnya yaitu pertambahan usia. Kendati dapat menyerang segala umur, komplikasi pneumonia ini umumnya dialami lansia berusia di atas 65 tahun.
Ia mengatakan, seiring bertambahnya usia, efektivitas sistem kekebalan dalam melawan infeksi juga kian menurun. Sementara, semua jenis infeksi dapat berkembang menjadi sepsis.
Itu dia penyebab sepsis pada pasien pneumonia. Untuk mengatasi sepsis karena peradangan paru, dibutuhkan langkah pengobatan yang cepat dan tepat.
Menurut studi yang dimuat jurnal Annals of Research Hospital, pengidap pneumonia yang mengalami sepsis harus segera mendapatkan pengobatan antibiotik yang efektif. Hal ini berlaku dalam satu jam pertama ketika memasuki UGD.
Untuk mencegah komplikasi pneumonia berupa sepsis, segeralah berkonsultasi kepada dokter ketika mengalami gejala radang paru.
Jika ingin bertanya lebih lanjut seputar pneumonia, gunakan Live Chat di aplikasi KlikDokter untuk konsultasi dengan dokter.
(FR/JKT)
Referensi:
AARP. Diakses 2022. Protect Yourself From Sepsis.
CDC. Diakses 2022. What is sepsis?
Annals of Research Hospital. Diakses 2022. Sepsis and community-acquired pneumonia.
Ditinjau oleh dr. Reza Fahlevi