Inhaler atau bronkodilator merupakan alat medis yang digunakan untuk membantu pasien asma menghirup obat. Tujuan penggunaan inhaler agar obat asma lebih mudah masuk ke paru-paru.
Inhaler membantu mengendurkan otot-otot yang mengencang di sekitar saluran pernapasan. Alat ini juga membantu membuka jalan napas dan memungkinkan lebih banyak udara masuk dan keluar melalui paru-paru. Dengan demikian, proses pernapasan menjadi lebih mudah.
Salah satu kondisi medis yang memerlukan bantuan inhaler adalah asma. Kondisi ini menyebabkan gejala berupa batuk, mengi, hingga kesulitan bernapas. Pengidap asma menggunakan inhaler karena saluran napasnya menghasilkan lendir serta menyebabkan pembengkakan dan penyempitan.
Artikel Lainnya: Berbagai Cara Alami untuk Mengatasi Sesak Napas Karena Asma
Setidaknya, terdapat empat jenis inhaler untuk asma. Berikut macam-macam inhaler yang perlu Anda ketahui.
1. Inhaler Dosis Terukur
Inhaler dosis terukur atau metered dose inhaler (MDI) menggunakan propelan untuk mendorong obat ke luar dari tabung inhaler. Obat di dalamnya berbentuk aerosol.
Jenis inhaler untuk asma ini dapat digunakan ketika kondisi gangguan pernapasan tersebut kambuh. Caranya, masukkan inhaler ke dalam mulut. Tutup bibir Anda dengan rapat. Lalu tekan inhaler, sambil menarik napas secara perlahan melalui mulut.
Obat MDI akan langsung masuk ke saluran napas, dan meredakan gejala asma.
Ketika menggunakan inhaler dosis terukur, penting untuk mencatat dosis obat yang telah Anda hirup. Hal ini dapat diketahui melalui meteran yang umumnya disertakan di belakang perangkat.
Meteran tersebut juga membantu Anda mengetahui kapan waktu yang tepat untuk mengganti inhaler.
Artikel Lainnya: Propolis untuk Asma, Bikin Sembuh atau Makin Parah?
2. Inhaler Serbuk Kering
Inhaler serbuk kering atau dry powder inhaler (DPI) dapat mendistribusikan obat tanpa bantuan propelan. Obat dalam perangkat ini dapat dihirup secara langsung menggunakan tarikan napas yang dalam dan cepat.
Partikel obat DPI sendiri berbentuk serbuk berukuran sangat kecil dan tidak basah layaknya inhaler dosis terukur sehingga dapat mencapai saluran udara terdalam.
Bagi beberapa orang, alat ini mungkin lebih praktis dibandingkan inhaler dosis terukur. Namun karena membutuhkan kekuatan napas, alat ini sulit digunakan beberapa pasien, terutama yang mengalami serangan asma mendadak.
3. Soft Mist Inhaler
Berdasarkan Allergy Asthma Network, soft mist inhaler (SMI) bekerja menggunakan obat berbentuk aerosol yang bergerak lambat. Karena memasuki paru-paru lebih lambat, ada lebih banyak obat yang berpeluang masuk ke paru-paru pasien.
Obat di dalam SMI didesain lebih mudah dihirup dibandingkan dengan inhaler dosis terukur. Untuk menghirupnya, Anda juga harus menghirup napas secara mendalam.
4. Nebulizer
Ada beberapa hal yang akan dipertimbangkan dokter ketika merekomendasikan inhaler untuk pengidap asma.
Dokter dapat mempertimbangkan usia, kemampuan kognitif, dan koordinasi gerak tubuh pasien dalam menggunakan inhaler.
Karena hal ini, dokter merekomendasikan pengidap asma berusia di bawah usia 5 tahun menggunakan inhaler berjenis nebulizer.
Artikel Lainnya: Pertolongan Pertama Jika Asma Kambuh Saat Naik Gunung
Nebulizer merupakan inhaler yang memungkinkan pasien memperoleh dosis obat serupa satu kali tarikan napas.
Obat tersebut dihirup melalui masker atau corong khusus yang terhubung dengan kompresor udara, wadah obat cair, dan tabung nebulizer.
Dijelaskan dr. Reza Fahlevi, Sp. A, “Nebulizer bekerja mengubah obat-obatan yang berbentuk cair menjadi gas atau uap. Sehingga obatnya menjadi lebih mudah masuk ke paru-paru.”
Perangkat ini tersedia dalam bentuk tenaga baterai maupun listrik. Kendati memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan inhaler genggam, nebulizer ideal digunakan orang yang tidak dapat mengoperasikan inhaler, seperti anak usia di bawah 5 tahun.
Setiap jenis inhaler untuk asma punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Adapun efektivitasnya sangat tergantung dengan seberapa banyak obat yang masuk ke dalam paru-paru.
Jika ingin bertanya lebih lanjut seputar masalah kesehatan atau cara menggunakan alat medis lainnya, Anda bisa berkonsultasi langsung dengan dokter melalui fitur Live Chat.
(OVI/JKT)