Pasien asma, tuberkulosis, COVID-19, dan penyakit lain sejenis lebih berisiko mengalami gangguan pernapasan.
Saat terjadi, pasien penyakit tersebut mengalami kesulitan bernapas, dokter biasanya akan segera melakukan tindakan intubasi endotrakeal (EI).
Lalu, bagaimana prosedur intubasi endotrakeal dilakukan? Apakah prosedur ini membuat saluran pernapasan pasien dimasuki banyak selang untuk membantu bernapas?
Agar tak salah kaprah dan mengira yang tidak-tidak, simak fakta medisnya berikut ini!
Mengenal Intubasi Endotrakeal Lebih Jauh
Menurut dr. Devia Irine Putri, intubasi endotrakeal merupakan cara untuk membuka jalan pernapasan.
“Tindakan tersebut umumnya dilakukan pada kondisi gawat darurat yang membutuhkan pertolongan dengan segera. Bisa juga dilakukan untuk memberi bantuan pernapasan saat operasi bedah,” jelas dr. Devia.
Artikel Lainnya: Perbedaan Pernapasan Dada dan Perut yang Penting Diketahui
Beberapa hal yang perlu dilakukan sebelum, selama, dan sesudah tindakan intubasi endotrakeal adalah sebagai berikut:
-
Sebelum Tindakan
Saat hendak menjalani operasi yang melibatkan anestesi umum, pasien mesti berhenti merokok 1–2 hari sebelum operasi. Hal ini dilakukan untuk menurunkan risiko komplikasi.
Melansir dari Very Well Health, tabung endotrakeal merupakan benda fleksibel yang dibuat dari sejumlah bahan yang berbeda.
Walaupun tabung lateks tidak umum digunakan, penting untuk memberi tahu dokter jika memiliki alergi terhadap bahan tersebut.
Sebelum pipa endotrakeal dipasang, segala jenis perhiasan harus dilepas, terutama tindik lidah.
Mereka yang ingin menjalani prosedur ini tidak boleh makan atau minum setidaknya 6 jam sebelum operasi guna mengurangi risiko aspirasi selama intubasi.
-
Selama Tindakan
Prosedur pemasangan pipa endotrakeal akan bervariasi, tergantung sadar atau tidaknya pasien.
Dalam kondisi pasien tidak sadar, dokter akan memastikan ulang keadaan tersebut. Hal ini guna mengurangi kemungkinan muntah dan komplikasi lain yang mungkin terjadi akibat gerakan-gerakan tak terduga.
Pada pasien yang sadar, dokter mungkin akan memberikan obat antimual (antiemetik) guna mengurangi risiko muntah. Anestesi pun mungkin diberikan guna membuat tenggorokan mati rasa.
Artikel Lainnya: Latihan Pernapasan untuk Meringankan Gejala Asma Berat
-
Setelah Tindakan
Setelah pipa endotrakeal terpasang dan pasien terhubung ke ventilator, dokter akan memantau pipa dan pengaturan, juga memberikan perawatan pernapasan serta penyedotan udara sesuai kebutuhan.
Perhatian yang cermat terhadap perawatan mulut juga akan dilakukan. Karena terdapat tabung di bagian tenggorokannya, pasien yang sadar tidak dapat berbicara.
Risiko dari Tindakan Intubasi Endotrakeal
Menurut dr. Devia, ada beberapa risiko yang bisa terjadi akibat tindakan intubasi endotrakeal.
“Risikonya adalah suara menjadi serak, sakit tenggorokan, dan mulut terasa kering,” ujar dr. Devia.
“Risiko lain yang bisa terjadi, yaitu perdarahan di rongga mulut dan tenggorokan, isi lambung dan asam naik ke paru-paru (aspirasi), serta cedera paru-paru,” pungkasnya.
Punya pertanyaan terkait intubasi endotrakeal? Ingin tahu mengenai prosedur operasi atau tindakan medis lain?
Anda bisa chatting langsung dengan dokter melalui LiveChat 24 jam atau aplikasi Klikdokter.
(NB/AYU)