Pernapasan

Mengenal Nama dan Cara Kerja Obat TBC

dr. Arina Heidyana, 12 Okt 2022

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Pasien tuberkulosis perlu mengonsumsi obat dalam jangka waktu yang cukup lama. Yuk, kenali nama dan cara kerja obat TBC.

Mengenal Nama dan Cara Kerja Obat TBC

Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Kuman ini umumnya menyerang paru-paru.

Bakteri penyebab TBC menyebar melalui tetesan kecil yang dilepaskan ke udara ketika penderita batuk dan bersin. 

Apabila kamu positif terinfeksi TBC aktif, kamu harus mengonsumsi obat-obatan sesuai anjuran dokter selama 6-12 bulan. Hal ini juga bergantung dengan tingkat keparahan penyakit. 

Jika tidak dikonsumsi sesuai anjuran, kuman penyebab TBC akan menjadi kebal sehingga penyakit makin sulit disembuhkan. Lalu, apa saja obat-obat TBC yang bisa digunakan?

Artikel lainnya: Alasan Pengidap TBC Lebih Rentan Terkena Virus

Kenali Dulu Tahapan Pengobatan TBC

Ilustrasi Berkonsultasi dengan Dokter Mengenai Tips Bebas Efek Samping Tramadol

Sebelum mengenal obat-obatan yang dikonsumsi pasien tuberkulosis, ketahui dulu tahapan pengobatannya. Pengobatan TBC dibagi menjadi 2 tahap, yaitu:

1. Tahap Awal

Pada tahap awal, obat untuk TBC diberikan setiap hari. Hal ini bertujuan untuk menurunkan jumlah kuman dalam tubuh pasien.

Pengobatan tahap awal diberikan selama dua bulan. Ketika pengobatan dijalani secara rutin, setidaknya selama dua minggu, potensi penularan penyakit TBC pun berkurang pesat.

2. Tahap Lanjutan

Obat antituberkulosis tahap lanjutan ditujukan untuk membunuh sisa-sisa kuman yang masih ada dalam tubuh pasien. Alhasil, tingkat kekambuhan penyakit makin kecil. Bahkan, penyakit TBC bisa hilang sama sekali.

Jenis obat TBC yang digunakan pada tahap ini berkurang. Namun, jangka waktu konsumsinya lebih lama. 

Artikel lainnya: Penyebab Penderita TBC Rentan Depresi

Beberapa Jenis Obat TBC

Inilah Daftar Obat yang Harus Anda Bawa Saat Mudik

Beberapa obat TBC yang wajib dikonsumsi oleh penderita, di antaranya:

1. Isoniazid (H)

Isoniazid bersifat bakterisidal atau membunuh kuman. Antibiotik untuk TBC ini bisa menimbulkan efek samping, berupa neuropati perifer, psikosis toksis, gangguan fungsi hati, hingga kejang.

2. Rifampisin (R)

Sama seperti isoniazid, rifampisin bersifat bakterisidal. Efek samping obat ini bisa memicu flu, gangguan saluran cerna, urine berwarna merah, gangguan fungsi hati, trombositopeni, demam, ruam kulit, sesak napas, dan anemia hemolitik.

3. Pirazinamid (Z)

Memiliki sifat bakterisidal, pirazinamid bisa menyebabkan efek samping, berupa gangguan pencernaan dan fungsi hati, maupun artritis gout.

4. Streptomisin (S)

Streptomisin memiliki sifat bakterisidal. Efek samping yang ditimbulkan obat antituberkulosis ini, berupa nyeri di tempat suntikan, gangguan keseimbangan dan pendengaran, renjatan anafilaktik, anemia, agranulositosis, serta trombositopeni.

5. Etambutol (E)

Etambutol bersifat bakteriostatik, artinya menghentikan pertumbuhan bakteri, bukan membunuh bakteri. Obat TBC ini menimbulkan efek samping, berupa gangguan penglihatan, buta warna, penyempitan jarak pandang, sakit kepala, sakit perut, mual, dan muntah.

Artikel lainnya: Cegah Penyakit TBC dengan Langkah-Langkah Ini

Kombinasi Obat TBC Berdasarkan Kategori Pasien

Inilah Jenis Obat yang Mempengaruhi Kesuburan Pria

Nah, kombinasi obat TBC bisa diberikan berdasarkan kategori pasien. Pasien TBC dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu:

1. Kategori I Kasus Baru

BTA positif menandakan adanya bakteri tahan asam pada sampel dahak orang yang diduga terinfeksi TBC. Sementara BTA negatif artinya ada kemungkinan tidak terjadinya infeksi TBC.

Pasien kategori I kasus baru memiliki BTA positif, tapi belum pernah mendapatkan pengobatan antituberkulosis selama kurang dari 4 minggu. 

Golongan ini juga bisa memiliki BTA negatif dengan TB ekstra paru, yaitu infeksi bakteri menyerang organ selain paru) yang berat.

Berdasarkan rumus yang direkomendasikan oleh WHO, kombinasi obat standar nasional untuk kategori I kasus baru adalah 2(HRZE) / 4(HR)3.

Berikut keterangannya:

H = Isoniazid 

R = Rifampisin

Z = Pirazinamid

E = Etambutol

S = Streptomisin

Nah, angka pada rumus kombinasi obat merupakan durasi konsumsi dan frekuensi pemberian per minggu. Angka yang terdapat di depan regimen obat untuk TBC merupakan durasi konsumsinya, sedangkan angka dibelakang regimen merupakan berapa kali pemakaian obat dalam seminggu.

2. Kategori II 

Pasien tergolong kategori II jika memiliki kondisi di bawah ini:

  • Relaps

Pasien telah dinyatakan sembuh setelah menyelesaikan pengobatan, tapi hasil BTA kembali positif. Untuk pasien relaps, kombinasi obat TBC yang direkomendasikan adalah 2(HRZE)S / 5(HR)3E3.

  • Kasus Gagal

BTA pasien tetap positif atau kembali positif setelah pengobatan selama 5 bulan. Seperti pasien relaps, kombinasi obat untuk kasus gagal, yaitu 2(HRZE)S / 5(HR)3E3. 

  • Pengobatan Terputus

Pasien yang telah berobat, tapi berhenti, dan kembali dengan keadaan BTA positif atau hasil radiologi menunjukan status TB aktif. Pasien dengan pengobatan terputus haru memperoleh kombinasi obat TBC 1(HRZE)

Artikel lainnya: Ketahui Penyebab dan Gejala TBC Ginjal

3. Kategori III

Kriteria kategori ini adalah pasien dengan hasil rontgen positif dengan kondisi TB ekstra paru ringan. Pasien kategori III harus memperoleh kombinasi obat TBC, berupa 2(HRZ) / 4 (HR)3

4. Pasien Kasus Kronik

Pasien dengan BTA tetap positif setelah menjalani pengobatan ulang. Kombinasi obat TBC untuk pasien kasus kronik adalah 1 HRZE.

5. Kategori Anak

Sementara itu, pasien TBC anak harus memperoleh kombinasi obat TBC, berupa 2(HRZ) / 4(HR) atau 2HRZA(S) / 4-10HR.

Untuk mempermudah konsumsi obat TBC yang cukup banyak, kini tersedia kombinasi obat yang terdiri dari 2-4 jenis obat antituberkulosis (OAT). Kombinasi ini dikenal sebagai FDC atau fixed drug combination. Keuntungan FDC, antara lain:

  • Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga efektivitasnya lebih tinggi dan kemungkinan terjadinya efek samping bisa ditekan
  • Mencegah penggunaan obat tunggal sehingga menurunkan risiko terjadinya resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep
  • Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pengobatan jadi lebih sederhana
  • Meningkatkan kepatuhan pasien untuk mengonsumsi obat-obatan sesuai anjuran dokter

Artikel lainnya: Ini yang Harus Anda Lakukan Saat Kena TBC

Meski tergolong penyakit berbahaya, tuberkulosis dapat disembuhkan dengan konsumsi obat TBC secara rutin dan teratur. 

Karena itu, #JagaSehatmu dengan mematuhi segala aturan yang diberikan dokter mengenai penggunaan obat antituberkulosis, ya! 

Apabila ada pertanyaan seputar obat TBC lainnya, konsultasikan bersama dokter spesialis paru lewat layanan Tanya Dokter di aplikasi KlikDokter.

(ADT/JKT)

tuberkolosis
Jornal Brasileiro de Pneumologia (Rabahi, M. F., Silva Júnior, J., Ferreira, A., Tannus-Silva, D., & Conde, M. B.) Diakses 2022. Tuberculosis treatment. BPOM RI. Diakses 2022. Antituberkulosis.