Torakosintesis atau thoracentesis merupakan prosedur medis untuk menyedot cairan di rongga pleura, yaitu lapisan tipis yang melapisi paru-paru dan dinding dada. Cairan ini disebut sebagai cairan pleura.
Dalam kondisi normal, cairan pleura mengisi rongga pleura dalam jumlah sedikit. Namun, gangguan kesehatan tertentu, seperti kanker paru, pneumonia, TBC, hingga gagal jantung dapat memicu efusi pleura atau kondisi meningkatnya jumlah cairan pleura.
Untuk mengatasi kondisi tersebut, dokter dapat melakukan torakosintesis. Ketahui prosedur serta risiko kesehatan yang dapat terjadi setelah menjalani torakosintesis.
Prosedur Torakosintesis
Disampaikan oleh dr. Astrid Wulan Kusumoastuti, terdapat dua tujuan dilakukannya prosedur sedot cairan paru-paru ini.
Artikel Lainnya: Mengenal Prosedur Lung Lavage, Operasi Pembersihan Paru
“Tujuannya ada dua, bisa untuk keperluan diagnostik dan terapeutik. Misalnya, tujuan diagnostik dapat digunakan untuk mengambil sampel cairan pleura. Nantinya, cairan tersebut akan diperiksa di laboratorium,” kata dr. Astrid.
“Sedangkan pada tujuan terapeutik, misalnya digunakan untuk mengurangi jumlah cairan efusi pleura yang mengganggu pernapasan, menyebabkan sesak, dan napas pendek,” tambahnya.
Dengan mengambil sampel cairan pleura melalui torakosintesis, dokter dapat menganalisis penyebab terjadinya efusi pleura. Prosedur ini juga membantu dokter dalam menentukan metode perawatan dan pengobatan terbaik bagi pasien.
Untuk melakukan torakosintesis, dokter terlebih dahulu akan memeriksa lokasi yang tepat untuk menyedot cairan pleura. Untuk menentukan lokasi penyedotan, dokter dapat melakukan prosedur ultrasonografi (USG) dada.
USG disebut lebih akurat dalam mengetahui lokasi efusi pleura. Metode ini juga lebih akurat dalam mengukur jarak dari kulit menuju lokasi menumpuknya cairan. Hal ini berlaku jika dibandingkan dengan rontgen dada maupun pemeriksaan fisik.
“Setelah diketahui di area mana yang cairannya mau diambil, pasien dalam posisi duduk tegak, dibius lokal di titik yang akan ditusuk,” kata dr. Astrid.
Posisi duduk tegak membantu dokter mengakses lokasi efusi pleura. Pasien juga akan diminta agar tetap diam selama prosedur berlangsung.
Hal ini bertujuan agar cairan tidak bergeser saat proses torakosintesis dilakukan.
Selanjutnya, cara penyedotan paru-paru ini dilakukan dengan memasukkan jarum di titik entry untuk mencapai lokasi cairan.
“Kemudian cairannya disedot. Biasanya digunakan juga bantuan imaging untuk memastikan jarum posisinya pas di area yang akan dilakukan penyedotan,” jelas dr. Astrid.
Artikel Lainnya: Beragam Cara Tingkatkan Kesehatan Paru dengan Lari
Komplikasi Torakosintesis
Prosedur torakosintesis umumnya tidak menyebabkan komplikasi. Namun ketika terjadi komplikasi, gejala yang timbul biasanya tidak berat dan mudah diobati. Berikut komplikasi yang harus Anda tahu:
1. Perdarahan
Komplikasi ringan akibat prosedur sedot cairan paru-paru dapat menyebabkan sejumlah gejala, seperti nyeri, pusing, hingga perdarahan. Dalam kasus yang jarang, perdarahan dapat terjadi di dalam atau sekitar paru-paru.
2. Infeksi
Risiko sedot cairan di paru-paru lainnya juga dapat menyebabkan komplikasi berupa infeksi. Infeksi dapat terjadi karena bakteri masuk melalui tusukan jarum.
3. Hati atau Limpa Tertusuk
Tusukan jarum yang tidak tepat bisa menyasar hati maupun limpa. Oleh karena itu, duduk dalam posisi tegak dan diam sangat penting dilakukan agar dokter atau tenaga medis dapat meminimalkan risiko ini.
Artikel Lainnya: Perbedaan Penyakit Paru Obstruktif dan Restriktif
4. Pneumotoraks
Prosedur torakosintesis juga dapat menyebabkan Anda mengalami kondisi medis langka berupa pneumotoraks. Kondisi kolapsnya paru-paru ini dapat terjadi jika jarum yang digunakan untuk mengambil cairan pleuran menusuk paru-paru.
Umumnya, lubang tusukan jarum ini dapat menutup dengan sendirinya secara cepat. Namun dalam kondisi tertentu, lubang tersebut enggan tertutup sehingga menyebabkan udara masuk dan menumpuk di sekitar paru-paru. Akibatnya, paru-paru Anda mengalami kolaps.
5. Edema Paru
Edema paru merupakan kondisi menumpuknya cairan di dalam kantong paru-paru secara mendadak. Risiko sedot cairan di paru-paru ini dapat menyebabkan Anda mengalami batuk hingga sesak napas.
Konsultasikan dengan dokter, jika hasil pemeriksaan menunjukkan Anda memiliki efusi pleura. Hal ini dilakukan guna mengetahui apakah Anda membutuhkan prosedur torakosintesis atau tidak.
Jika ingin bertanya lebih lanjut seputar kesehatan paru, konsultasi ke dokter via Live Chat di aplikasi Klikdokter.
(OVI/JKT)