Kebiasaan mengorok atau mendengkur sering membuat pasangan, teman atau keluarga merasa terganggu saat tidur. Lebih jauh lagi, mengorok dapat menyebabkan kelelahan yang berkepanjangan, penurunan performa kerja akibat kurangnya konsentrasi, hingga dapat menimbulkan penyakit jantung dan stroke yang dapat berakibat buruk jika tidak diatasi. Ya, kebiasaan mengorok juga bisa menandakan adanya penyakit berbahaya.
Banyak yang beranggapan bahwa mengorok bukanlah suatu hal yang perlu dikhawatirkan. Padahal, ternyata mengorok bisa disebabkan oleh penyakit berbahaya, yaitu sleep apnea atau henti napas saat tidur, yang ditandai dengan dengkuran keras yang diikuti dengan henti napas selama kurang lebih 10 detik.
Sleep apnea merupakan kondisi yang umum ditemukan di masyarakat, terutama pada laki-laki paruh baya. Obstructive sleep apnea (OSA) merupakan jenis yang sering ditemui. Pada OSA, terjadi sumbatan total atau sebagian pada jalan napas atas saat tidur yang dapat menyebabkan berkurang atau terhentinya aliran udara, sehingga menyebabkan penurunan jumlah oksigen di dalam tubuh.
Kenali penyebab OSA
OSA disebabkan oleh banyak faktor yang kompleks yang melibatkan bentuk anatomi, faktor otot dan saraf, penyakit medis yang mendasari, serta pengaruh genetik. Saat tidur, otot-otot tenggorok akan menjadi relaks. Pada sebagian besar orang, hal ini tidak akan menyebabkan gangguan napas. Namun, ada keadaan tertentu - seperti kekuatan otot melemah dan kelebihan jaringan lunak akibat kegemukan - dapat menyebabkan jalan napas menyempit.
Kelemahan otot tersebut menyebabkan langit-langit lunak dan lidah jatuh ke belakang sehingga orang menjadi mengorok. Otak akan menangkap sinyal adanya gangguan bernapas sehingga mencari cara agar udara dapat masuk ke dalam saluran napas secara adekuat, yaitu dengan respons tersedak atau terbatuk tiba-tiba saat tidur, sehingga jalan napas bisa terbuka kembali. Biasanya Anda tidak akan menyadari kejadian ini karena terjadi secara cepat dan tiba-tiba.
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko OSA:
- Kegemukan
- Laki-laki
- Usia lebih dari 40 tahun
- Memiliki ukuran leher yang besar (> 43 cm)
- Menggunakan obat-obatan yang memberi efek kantuk
- Amandel, adenoid (tempat hidung menyatu dengan tenggorokan), dan lidah besar
- Rahang bawah kecil
- Konsumsi alkohol dan merokok
- Menopause pada wanita
- Ada riwayat keluarga yang mengalami OSA
- Gangguan hidung seperti deviasi septum (kondisi dinding tipis yang membatasi kedua lubang hidung tidak berada tepat di tengah), polip hidung, alergi, dan sinusitis
Apa saja gejala OSA?
Tidak semua orang yang mengorok disebabkan oleh OSA. Namun, ada baiknya untuk mengetahui gejala OSA agar dapat mengetahui bahaya atau tidaknya mengorok yang Anda alami. Berikut ini adalah beberapa gejala yang umum dijumpai pada orang yang mengalami OSA:
- Mengorok keras
- Ada periode henti napas sesaat ketika tidur
- Tersedak atau terbatuk tiba-tiba di tengah tidur
- Kelelahan dan mengantuk berlebih di siang hari
- Berkurangnya konsentrasi dan atensi
- Sakit kepala pada pagi hari
- Mulut kering saat bangun tidur
- Depresi atau iritabilitas
- Menurunnya gairah seksual
Salah satu terapi yang dapat digunakan untuk mengatasi OSA ialah Continue Positive Airway Pressure (CPAP), yaitu alat yang membuka saluran napas dengan mengalirkan udara bertekanan positif. Terapi lain seperti mouthpiece dapat digunakan untuk OSA derajat ringan-sedang. Operasi juga dapat menjadi pilihan pada OSA derajat berat yang tidak membaik setelah ditangani oleh terapi lainnya atau akibat adanya kelainan fisik struktur leher dalam yang tidak lazim.
Bila tidak ditangani dengan baik, OSA dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup dan meningkatkan risiko tekanan darah tinggi, stroke, serangan jantung, irama jantung yang tidak teratur, bahkan hingga kematian. Beberapa studi telah menunjukkan bahwa seseorang yang mengalami kekurangan waktu tidur akibat OSA memiliki 12 kali lebih besar kemungkinan mengalami kecelakaan saat berkendara.
Mengorok saat tidur bisa jadi merupakan pertanda adanya penyakit berbahaya. Jika Anda merasa memiliki risiko dan gejala OSA, periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Tak perlu khawatir jika Anda didiagnosis mengalami OSA karena kondisi ini dapat diobati dan sudah banyak terdapat variasi obat-obatan untuk mengurangi gejala, termasuk perubahan gaya hidup seperti menurunkan berat badan, menghindari rokok dan alkohol.
[RN/ RVS]