Penyakit paru restriktif merupakan kondisi menurunnya total volume udara yang dapat ditampung oleh paru-paru. Akibatnya, organ pernapasan ini sulit mengembang.
Dokter Theresia Rina Yunita menjelaskan, sering kali penyakit paru restriktif terjadi karena berkurangnya elastisitas paru-paru.
Penyakit ini mungkin pula dipicu oleh masalah yang berkaitan dengan ekspansi dinding dada selama inhalasi (proses menghirup oksigen melalui hidung dan masuk ke paru-paru).
Karenanya, penderita paru restriktif mengalami sejumlah gejala berupa nyeri dada, sesak napas, batuk, dan mengi. Untuk mengatasi hal tersebut, terdapat sederet prosedur perawatan penyakit paru restriktif yang direkomendasikan, antara lain:
1. Inhaler
Fibrosis paru merupakan salah satu jenis penyakit paru restriktif. Ini merupakan kondisi ketika dinding saluran napas meradang dan kaku, akibat terbentuknya jaringan parut.
Untuk membuat dinding saluran pernapasan lebih relaks, pengidap fibrosis paru dapat menggunakan inhaler.
Inhaler (bronkodilator) berfungsi membantu penderita paru restriktif untuk menghirup obat. Tujuannya, agar obat dapat masuk secara mudah dan cepat ke paru-paru sehingga dapat mengendurkan otot-otot yang mengencang di sekitar saluran pernapasan.
Pada saat bersamaan, inhaler juga membuka jalan pernapasan dan mempermudah udara masuk ataupun keluar lewat paru-paru. Proses pernapasan pun menjadi lebih mudah.
Artikel Lainnya: Jenis Terapi Alternatif untuk Pengobatan Kanker Paru
2. Imunosupresan
Beberapa jenis penyakit paru restriktif dipicu oleh autoimun, yaitu kondisi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat. Untuk mengatasi hal tersebut, penderita paru restriktif dapat menggunakan imunosupresan.
Imunosupresan merupakan golongan obat yang digunakan untuk menekan atau menurunkan sistem kekebalan tubuh. Jadi, reaksi imun berlebih yang merugikan paru-paru maupun tubuh dapat diminimalkan.
3. Ekspektoran
Pneumokoniosis merupakan jenis penyakit paru restriktif yang menyebabkan penumpukan lendir dahak di saluran napas.
Orang yang bekerja di pabrik berisiko tinggi mengalami penyakit tersebut. Karena, paru-paru tidak sanggup menghilangkan kontaminasi debu.
Akibatnya, paru terluka kemudian lantas menciptakan jaringan parut dan menyebabkan organ pernapasan menjadi kaku.
Kondisi tersebut menurut dr. Theresia dapat dikurangi gejalanya dengan menggunakan ekspektoran.
“Ekspektoran berperan dalam mengencerkan lendir dahak, sehingga lebih mudah keluar. Saluran napas pun menjadi lebih bersih,” paparnya.
4. Terapi Oksigen
Dalam kasus tertentu, penyakit paru restriktif dapat membatasi jumlah oksigen yang diangkut darah ke organ tubuh. Kondisi ini misalnya terjadi pada pengidap fibrosis paru idiopatik, yaitu jenis fibrosis paru yang penyebabnya tidak diketahui pasti.
Terapi oksigen bertujuan mengembalikan kadar normal oksigen di dalam tubuh. Prosedur ini dilakukan dengan menyalurkan oksigen yang dipompa dari tangki portabel. Oksigen kemudian dikirimkan melalui selang yang terhubung dengan masker oksigen.
Artikel Lainnya: Ragam Jenis Penyakit Paru-Paru yang Perlu Anda Tahu
5. Transplantasi Paru-Paru
Jika penyakit paru restriktif tidak dapat lagi diobati dengan pengobatan maupun prosedur medis lainnya, maka mungkin solusi satu-satunya yaitu transplantasi paru.
Metode ini dilakukan dengan mengganti paru pasien yang rusak menggunakan paru pendonor yang sudah meninggal. Kendati meningkatkan harapan hidup pasien, transplantasi paru merupakan prosedur yang sangat berisiko.
Pasalnya, penerima transplantasi paru dapat mengalami komplikasi medis serius, seperti penolakan organ. Pasien juga berisiko mengembangkan komplikasi serius akibat penggunaan imunosupresan yang wajib dikonsumsi pascatransplantasi.
Itu dia sejumlah prosedur perawatan penyakit paru restriktif. Jika ingin tanya lebih lanjut seputar pengobatan penyakit paru lainnya, konsultasi dengan dokter spesialis paru via LiveChat di aplikasi KlikDokter.
(FR/AYU)
Referensi:
- Wawancara dr. Theresia Rina Yunita.
- Healthline. Diakses 2022. What Treatment Options Are Available for Restrictive Lung Disease?
- Healthline. Diakses 2022. About Immunosuppressant Drugs.
Ditinjau oleh dr. Theresia Rina Yunita