Apakah Anda memiliki pasangan yang suka tidur mendengkur sekaligus menggeretakkan gigi? Bisa jadi ia mengalami sleep apnea sekaligus bruxism.
Bagaimana kedua jenis gangguan tidur ini terjadi? Simak uraian beberapa penelitian yang mencari tahu korelasinya di bawah ini.
Mengurai Hubungan Sleep Apnea dan Bruxism
Sleep apnea merupakan kondisi ketika pernapasan berhenti sejenak selama tidur. Kondisi ini disebabkan karena terhambatnya saluran napas bagian atas.
Akibatnya, pengidap sleep apnea bisa mendengkur keras, terengah-engah, tersedak, mendengus, maupun mengalami gangguan pernapasan selama tidur.
Adapun bruxism merupakan kondisi menggeretakkan atau menggesekkan gigi bawah dan atas secara tidak sadar. Bruxism dapat terjadi berulang kali selama tidur.
Dokter Arina Heidyana mengatakan hingga saat ini penyebab bruxism belum diketahui secara pasti. “Faktor risikonya salah satunya sleep apnea. Tapi, ada juga orang yang tidak alami sleep apnea bisa bruxism saat tidur,” jelasnya.
Para peneliti sendiri belum menemukan hubungan sebab-akibat yang jelas antara bruxism sebagai efek sleep apnea.
Artikel Lainnya: Menguak Fakta di Balik Mitos tentang Sleep Apnea
Berdasarkan Sleep Foundation, Amerika Serikat, sebuah studi epidemiologi mengungkapkan orang dengan sleep apnea cenderung mengalami bruxism.
Penelitian lainnya yang menggunakan metode polisomnografi (pemeriksaan untuk mendiagnosis gangguan tidur) juga menemukan hal serupa.
Kedua riset ini mengungkapkan sleep apnea dan bruxism dapat terjadi bersamaan. Tapi, peneliti tidak dapat mengurai pengaruh kedua jenis gangguan tidur tersebut terhadap satu sama lain.
Beberapa peneliti menduga bruxism terjadi sebagai efek sleep apnea. Dugaan tersebut didasari oleh respons tubuh terhadap jeda napas sleep apnea, yaitu menggemeretakkan gigi.
Ketika jalan napas menyempit, otot-otot mulut berusaha membukanya kembali. Salah satu caranya dengan melakukan gerakan mengunyah.
Mulut yang tertutup ketika tidur membuat gerakan mengunyah terbatas. Akibatnya, orang dengan sleep apnea menggertakkan giginya.
Dugaan lainnya menyebut aktivitas bruxism membantu melumasi jaringan belakang tenggorokan. Sebab, bagian tersebut kering akibat jeda napas sleep apnea.
Artikel Lainnya: Sleep Apnea Bisa Memperburuk Gejala COVID-19, Benarkah?
Hipotesis ini memandang bruxism merupakan salah satu reaksi tubuh untuk melindungi diri dari gangguan pernapasan akibat sleep apnea. Kendati demikian, dugaan ini mungkin tidak berlaku untuk semua orang dengan sleep apnea.
Sementara itu, penelitian lain mengungkapkan hal sebaliknya. Bruxism diduga menjadi penyebab sleep apnea.
Pasalnya, aktivitas menggertakkan gigi disebut-sebut dapat menyebabkan terbatasnya jalan napas. Akibatnya, pernapasan menjadi tidak teratur sebagaimana dialami orang dengan sleep apnea.
Cara Mengatasi Sleep Apnea dan Bruxism
Kedua gangguan tidur ini dapat dialami secara bersamaan. Tapi, komplikasi yang diakibatkannya bisa dicegah.
Mengutip Healthline, gangguan pernapasan akibat sleep apnea yang tidak ditangani dapat menyebabkan komplikasi penyakit.
Contohnya, mengalami sakit kepala terus-menerus, hipertensi, penyakit jantung, gangguan hati, hingga diabetes.
Menurut Metropolitan Dental Care, Amerika Serikat, bruxism yang tidak diatasi dapat menyebabkan sejumlah masalah.
Misalnya, terjadi insomnia, gigi retak dan lebih sensitif, sakit telinga dan kepala, leher kaku, rahang nyeri, hingga susah membuka mulut.
Sleep apnea dan bruxism dapat diatasi menggunakan terapi pengobatan yang aman dan efektif seperti Positive Airway Pressure (PAP).
Artikel Lainnya: Pentingnya Pelindung Gigi Ketika Tidur
Berdasarkan Stanford Health Care, Amerika Serikat, PAP mengalirkan udara positif guna mendukung jalan napas selama tidur.
Aliran udara tersebut membantu menjaga jalan napas tetap terbuka dan memungkinkan pernapasan normal.
Cara menggunakannya, kenakan masker PAP ketika tidur. Mesin portabel PAP akan mengalirkan udara ruangan yang sudah dikompresi.
Udara dialirkan dari tabung menuju masker. Udara kemudian dihirup saluran napas bagian atas.
Bila mengalami gangguan tidur, jangan tunda pemeriksaan ke dokter. Kualitas tidur yang buruk dapat memengaruhi kesehatan tubuh secara keseluruhan. Gunakan LiveChat dokter untuk konsultasi lebih cepat.
(FR/AYU)