Selama ini kamu mungkin menganggap jika posisi berdiri saat buang air kecil pada pria adalah sesuatu yang lumrah. Pasalnya, hal ini telah dilakukan secara alami. Bahkan, kebanyakan toilet umum pria menyediakan tempat berkemih sambil berdiri.
Ada banyak alasan yang juga mendukung pria memilih posisi itu, salah satunya yaitu kenyamanan. Buang air kecil sambil berdiri juga jauh lebih praktis untuk pria.
Namun, tidak semua negara memiliki kebiasaan kencing berdiri untuk pria seperti di Indonesia. Di beberapa negara Afrika dan Asia, justru kencing jongkok lebih umum dilakukan pria.
Lalu, adakah bahaya kencing berdiri menurut kesehatan? Apakah kencing jongkok justru lebih bermanfaat bagi pria? Simak di sini.
Bahaya Kencing Berdiri
Terdapat beberapa hal yang dapat terjadi saat kencing berdiri, yang bisa menjadi bahaya tersendiri.
Bagi mereka dengan posisi kurang stabil sehingga takut jatuh, dapat timbul kontraksi dari otot dasar panggul yang dapat menghambat aliran kencing.
Artikel Lainnya: Berapa Kali Normalnya Buang Air Kecil dalam Sehari?
Lebih lanjut, mengutip dari Times of India, kencing dengan posisi jongkok dinilai lebih higienis jika dibandingkan dengan kencing dengan posisi berdiri.
Pasalnya, urine yang keluar saat buang air kecil sambil berdiri akan menyebar ke bagian lain selain toilet. Hal itu tentu akan menimbulkan bau tak sedap yang mengganggu.
Nah, area toilet yang terkena urine dapat menjadi sarang kuman sehingga mempermudah penyebaran penyakit.
Tak hanya merugikan diri sendiri, kondisi tersebut juga dapat mengancam kesehatan orang lain di sekitar kamu. Inilah mengapa kencing berdiri dikatakan bisa berbahaya bagi kesehatan.
Kencing Jongkok Lebih Baik?
Dibandingkan posisi berdiri, posisi duduk umumnya lebih stabil dengan kedua kaki tertopang dengan nyaman. Posisi duduk juga mengurangi ketegangan otot di bagian pinggul depan dan samping.
Beberapa faktor ini membantu membuat otot dasar panggul lebih relaks, sehingga tidak mengganggu aliran kemih.
Penelitian yang dilakukan oleh Leiden University Medical Centre di Belanda menemukan fakta bahwa kencing sambil duduk lebih optimal bagi mereka yang memiliki gejala pada saluran kemih bawah, seperti adanya pembesaran prostat.
Kencing duduk membantu pengosongan kandung kemih, mempersingkat waktu yang dibutuhkan saat buang air kecil, juga pancaran air seni yang lebih maksimal.
Artikel Lainnya: Ingin Buang Air Kecil Saat Berhubungan Seks, Kebelet atau Tanda Orgasme?
Kantong kemih yang kosong sempurna dapat menurunkan risiko timbulnya masalah kesehatan, seperti peradangan kandung kemih atau batu pada saluran kemih.
Namun, penelitian tersebut tidak menemukan adanya perbedaan posisi berkemih pada pria sehat.
Temuan tersebut juga dikaitkan dengan kualitas hubungan seksual dengan pasangan yang lebih baik. Saat bercinta dengan pasangan, kamu mungkin tak akan sering terganggu oleh masalah kecil seperti sulit menahan buang air kecil.
Meski demikian, perkara posisi berkemih sambil jongkok pada pria masih menjadi perdebatan berbagai pihak.
Bahkan, penelitian tahun 2020 yang ditampilkan di American Journal of Men’s Health justru menemukan jika kencing berdiri lebih baik untuk mereka dengan pembesaran prostat.
Kini kamu sudah mengetahui bahaya kencing berdiri. Jika tidak sepakat dengan saran dan pandangan dari temuan-temuan di atas, kamu tetap bisa memilih posisi yang paling sesuai dan nyaman untukmu.
Yuk, #JagaSehatmu selalu. Dapatkan informasi kesehatan lainnya dengan mengunduh aplikasi KlikDokter. Konsultasikan juga masalah kesehatanmu kepada dokter melalui layanan Tanya Dokter.
[WA]
Referensi:
Plos One. Urinating Standing versus Sitting: Position Is of Influence in Men with Prostate Enlargement. A Systematic Review and Meta-Analysis. Diakses 2022.
Alrabadi, A., Al Demour, S., Mansi, H., AlHamss, S., & Al Omari, L. (2020). Evaluation of Voiding Position on Uroflowmetry Parameters and Post Void Residual Urine in Patients With Benign Prostatic Hyperplasia and Healthy Men. American Journal of Men’s Health. Diakses 2022.